Really I Didn’t Know [cerpen]


Judul                     : Really I Didn’t Know
Author                  : Uci Pradipta
Genre                   : Fantasi, Romance.
Type                     : Oneshoot
Ratting                  : PG
Disclaimer            : Cerita ini hanya fiktif belaka. Kesamaan tema cerita ataupun alur mungkin sebuah kebetulan atau karena tema ceritanya sudah pasaran. Tapi cerita ini 100% dari hasil imajinasi saya. Masih membutuhkan kritik dan saran karena kesalahan masih ada disana sini. Sekian. Please enjoy the story J



Really I Didn’t Know

Perkenalkan, namaku Suzuki Saaya. Aku berjalan menyusuri  jalan setapak di taman kota. Menikmati suasana sore yang membuat hatiku tenang. Suara tawa anak kecil yang sedang bermain yang renyah, juga keindahan dari burung dara membuatku tak bosan-bosannya datang ke taman kota.
Warna langit sudah berubah jingga. Mengingatkanku akan seseorang.
Masih teringat jelas dibenakku. Kami memandangi langit jingga yang begitu indah. Tangan kami saling terhubung. Aku juga masih ingat aroma tubuh serta kehangatan pria itu. Kenangan ini ku dapatkan dari sebuah mimpi. Mimpi ini terasa sangat nyata dan melekat di otakku. Sampai sekarangpun aku belum mengetahui siapa pria itu, pria yang menggenggam tanganku dan memelukku dengan lembut itu.
“Selamat sore nona cantik” sapa seorang pria memecahkan lamunanku.

Ah, ternyata hanya Zuko. Ia adalah pria yang selalu mengejar-ku. Mungkin sudah 100 kali aku menolakknya, namun dia tetap bersikeras. Aku tak tahu apa yang ia fikirkan sampai ia sangat ngotot untuk menjadi seseorang yang mendampingiku.
“Ada apa?” tanyaku datar
“Judes sekali wanita yang satu ini” jawabnya
“Kenapa? Ada masalah?”
“Ada, kamu tidak mau menerima cintaku adalah sebuah masalah besar untukku”
“Itu sih deritamu” jawabku
Dia mulai naik pitam, pikirku.
Dia mendekat, memaksakan nafsunya yang begitu besar. Ia menarik tanganku kasar.
“Jadilah milikku, maka kau tak akan merasakan kesakitan ataupun kesendirian” kata pria menjijikkan itu dengan nada mengancam.
“Mati saja kau!”  jawabku sambil mencoba untuk melepaskan tanganku.
Kemudian ia semakin meremas tanganku. Ia semakin mendekat. Aku kalah tenaga darinya, tentu saja. Aku hanya bisa menutup mata. Berharap ketika membuka mata, semua akan kembali baik-baik saja.
“Aaaaaarrghh” jerit Zuko kesakitan.
Aku membuka mata. Aku tercengang. Entah ada angin apa, ada seekor kucing yang menyerangnya. Dan dia kalah. Hanya satu kali cakar dan satu kali gigitan, Zuko melarikan diri. Dia memang pria pecundang.
Masih dalam keadaan tercengang, kucing yang menyerang pria pecundang tadi menghampiriku. Aku menjadi agak sedikit ngeri. Namun ketika kucing itu berhenti didepanku, ia berubah menjadi jinak dan lucu. Aku mendekatinya.
“Terimakasih kucing, aku berhutang budi padamu” kataku pada kucing itu.
Aku mendekati kucing itu. Aku mengecek tanda pengenal dikucing itu, hasilnya nihil. Kemungkinan besar tidak ada yang menjadi majikan atas kucing ini.
“Karena kau telah menyelamatkanku, aku akan menjadi majikanmu” kataku kemudian menggendong kucing itu kepelukanku.
Diperjalanan pulang, aku merasa senang. Dalam sentuhan pertama, aku merasa nyaman dengan kucing ini. Rasanya sudah seperti bertahun-tahun aku menjadi majikannya.
****
Kenapa begitu banyak orang disini? Batinku bertanya-tangya.
Aku berjalan melewati serambi putih, kemudian aku melihat banyak orang mengitari sesuatu. Wajah mereka terlihat sedih. Semuanya terasa begitu putih dan bersih. Kemudian aku melihat seorang pria datang menuju orang-orang disana. Wajahnya tampak samar. Kemudian aku menoleh kearah lain, ada kucing disana. Aku merasa tidak asing dengan tempat itu.
KRINGGGG… KRINNGGG.. suara alarm membangunkanku.
Ternyata hanya sebuah mimpi.
Semilir angin pagi membelai pipiku. Terasa nyaman dan segar. Sudah lama aku tidak merasakan hal yang seperti ini.
“Angin? Kenapa bisa ada angina?” gumamku.
Aku tersadar. Jika ada angina, maka jendela terbuka. Aku segera mengeceknya. Dan yang benar saja. Jendela yang semalam sudah ku tutup, kini terbuka lebar.
Aneh, fikirku…
Kemudian aku teringat, bahwa sekarang aku memiliki hewan peliharaan.
“Kucing… kucing, dimana kau bersembunyi?”
Aku mencari-cari peliharaanku itu. Nihil, tidak ketemu.
Kemudian aku mendengar ada orang yang melompat masuk melalui jendela. Maling, hanya itu yang ada dibenakku. Aku langsung mengambil raket tennis-ku. Raket tennis-ku ini adalah senjata yang kumiliki satu-satunya.
Aku sudah memasang kuda-kuda. Siap untuk memukul maling yang masuk. Nihil. Tak ada seorangpun disana. Aku justru menemukan kucing-ku. Aku bernafas lega.
“Ahh~ ternyata hanya dirimu. Dasar kucing nakal” kataku sambil mengangkat kucing-ku itu, kemudian mengelusnya.
Sedetik kemudian kucing itu berubah menjadi manusia.
Aku jatuh tertimpanya. Hal gila ini membuatku terkejut setengah mati, aku tidak percaya.
Wajah manusia yang tadinya kucing itu dekat sekali dengan wajahku. Matanya indah, hidung yang macung. Sial, wajahnya begitu indah.
Sedetik kemudian aku mendorongnya.
“Siapa kau sebenarnya?!” tanyaku dengan nada shock
“Aku adalah kucing yang menyelamatkanmu kemarin. Sudah lupa?” jawabnya kemudian tersenyum kecil.
Sial! Indah sekali wajah ini, aku membatin lagi.
“Kau itu sebenarnya apa?” tanyaku
“Aku? Aku peliharaanmu. Oh iya, aku belum punya nama lho. Beri aku nama~” kata kucing itu ah tidak, manusia setengah kucing itu kemudian merangkak dan mendekatiku. Ekor dan kupingnya bergerak-gerak.
“Ehhh?”
“Beri aku nama, kau adalah majikanku”
Dia adalah kucing palsu, maka akan kuberi nama gizoo-nyan.
“Gi.. Gizoo-nyan” balsku terbata-bata
“Tidak buruk” jawabnya
Disinilah awal dari pertemuanku dengan Nishijima Ryosuke.
Awalnya memang aneh untuk hidup dengan seorang pria —setengah kucing—  berdua saja dalam satu apartemen. Namun aku merasa nyaman dengan Gizoo-nyan.
Pada suatu malam, aku mendengar  Gizoo-nyan berbicara pada seseorang.
‘Dia tidak berubah sama sekali. Ia masih sama seperti yang dulu. Reina-chan masih seperti dulu’ kata Gizoo-nyan tenang namun terdengar gembira.
Kemudian aku menghampirinya, namun aku terlamat. Gizoo-chan sudah melompat keluar jendela. Aku seperti pernah melihat punggung yang seperti itu, tapi entah dimana rasanya sangat familiar. Gizoo-nyan bergerak lincah. Dengan penerangan bulan purnama yang indah, aku dapat melihatnya dari beranda kamarku. Ia bergerak menjauhi apartemen.
Aku berjalan menuju meja kerjaku. Menatap foto-fotoku bersama Gizoo-nyan. Tak terduga, aku menemukan sebuah lonceng kecil. Aku menggoyangkannya sebanyak 3 kali. Suaranya indah, namun sedetik kemudian aku merasa pusing. Seperti berputar dalam pusaran angin.
Aku berjalan melewati serambi putih. Nampak taka sing bagiku. Aku menemukan orang-orang mengerumuni sesuatu. Kemudian aku tersadar. Ini mimpiku yang waktu itu. Wajah mereka terlihat sedih. Semuanya terasa begitu putih dan bersih. Kemudian aku melihat seorang pria datang menuju orang-orang disana. Wajahnya tampak samar. Kemudian aku menoleh kearah lain, ada kucing disana. Aku merasa tidak asing dengan tempat itu.
Sekali lagi aku merasakan kebingungan. Wajah pria itu kini menjadi jelas. Pria itu adalah Ginzoo-nyan. Aku tertegun. Aku melanjutkan melihat hal-hal yang mereka lakukan. Ternyata mereka sedang berkabung. Mereka mengitari peti mati seorang gadis. Aku belum bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas.
Ginzoo-nyan nampak sedih. Ia meneteskan air mata, tak ku sangka Ginzoo-nyan yang begitu ceria dan baik dapat meneteskan air mata.
‘Aku akan terus menicintaimu. Aku akan menunggumu sampai kembali. Aku akan mencarimu kelak.’ Kata Ginzoo-nyan nampak sedih dan serius kemudian mengecup kening gadis yang telah tiada itu.
‘Kau harus sabar sampai renkarnasi Reina-chan muncul’ kata seseorang..
Reina-chan? Tanyaku pada diri sendiri.
Apakah Reina-chan yang dimaksud Ginzoo-nyan tadi adalah gadis yang sudah tiada itu? Lalu mengapa Ginzoo-nyan bilang bahwa ‘Dia tidak berubah sama sekali. Ia masih sama seperti yang dulu. Reina-chan masih seperti dulu’ apa maksudnya ini?
‘Tentu saja’ jawab Ginzoo-nyan
‘Ryosuke-kun, kelak kau akan bertemu dengan renkarnasi Reina-chan, jika kau ingin berkorban, kau harus pergi ke dunia manusia untuk menemukannya dan membawanya kembali disini’ jelas seorang lainnya.
‘Selama aku bisa bersama dengan Reina-chan, entah di dunia manusia ataupun disini aku akan merasa bahagia. Begitu saja sudah cukup untukku’ jawab Ginzoo-nyan kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
Ryosuke? Apakah itu nama asli Ginzoo-nyan? Pikianku mulai tidak beres. Banyak pertanyaan yang timbul di otakku. Siapakah Reina yang dimaksud itu?
Aku semakin penasaran. Aku mendekat. Betapa terkejutnya aku. Gadis yang terbujur kaku didalam peti mati itu adalah aku. Aku dengan wujud manusia setengah kucing.
Pipiku terasa hangat, air mataku meluap.
Aku? aku adalah makhluk seperti Ginzoo-nyan? Mustahil. Fikirku….
Kemudian aku merasa seperti terpental keluar.
Aku kembali ke apartemenku.
Aku melihat Ginzoo-nyan memegang lonceng kecil tadi.
Wajahnya nampak sedih dan penuh beban.
“Maafkan aku. Tidak seharusnya kau melihat kenanganku. Maaf..” kata Ginzoo-nyan
“Maafkan aku Reina-chan” lanjutnya
Entah mengapa tenggorokanku terasa sangat sakit saat aku menahan tangisku. Bahkan saat aku menangispun masih terasa sakit juga.
“Aku bukan Reina!” jeritku
Aku frustasi. Tidak mungkin aku mati, kemudian hidup kembali. Sangat mustahil.
“Apakah kau tidak mengingatku sama sekali Reina-chan?” kata Ginzoo-nyan sedih. Entah mengapa tatapannya begitu dalam dan terasa mengiris hati.
“Kau itu Ginzoo-nyan! Bukan ryosuke atau siapapun, kau hanya Ginzoo-nyan!” jawabku frustasi.
Dengan tatapan yang sedih, Ginzoo-nyan menghampiriku.
Dengan lembut ia menghapus air mataku yang mengalir. Ia menempelkan dahinya di dahiku. Wajah kami benar-benar dekat. Nafasnya yang berat terdengar olehku. Beserta rasa sedih yang begitu besar juga sangat terasa.
Kemudian ia menciumku lembut.
Entah mengapa, cahaya putih tiba-tiba menyeruak dari segala arah. Semuanya menjadi putih… sku seperti masuk ke dunia yang belum pernah kudatangi.
“Ryosuke-kun!!!! Lihat ini, bagus tidak? Aku menggambarnya sendiri” kataku dengan gembira
“Lumayan. Tetapi masih bagus gambarku” jawab Ryosuke-kun mngejek.
“Yaaahh jahat~ aku akan berusaha lagi supaya bisa setara denganmu” jawabku penuh semangat.
Dan Ryosuke-kun membalas tersenyum, senyum indah andalannya yang membuatku jatuh cinta dengannya.
Kemudian banyak kenangan lagi menyeruak disana. Seperti mimpiku.
Kami memandangi langit jingga yang begitu indah. Tangan kami saling terhubung. Aku menghirup aroma tubuh dan merasakan kehangatan pria itu. Kami berdua tampak saling mencintai satu sama lain. Kami saling menatap. Ya, benar. Orang yang kutatap ini adalah Nishijima Ryosuke, orang yang kucintai.
Kemudian kami kembali. Dan aku tersadar. Aku sungguh tidak tau bahwa aku adalah renkarnasi dari reina-san. Dan aku sungguh tidak tau bahwa orang yang kucintai adalah Ginzoo-nyan. Aku sungguh tidak tau bahwa orang yang selama ini aku lihat dan aku rindukan adalah Ginzoo-nyan, tidak bukan Ginzoo-nyan, melainkan Ryosuke-kun. Aku sungguh tidak tau jika cinta sejati itu benar-benar ada. Mungkin ini yang dinamakan cinta sejati.
Ryosuke-kun mengakhiri ciuman itu. Ia menjauhkan wjahnya dari wajahku.
“Ryosuke-kun..” aku memanggilnya. Mataku tetap saja mengeluarkan air mata.
“Bersamamu aku telah melewati dari 1000 malam. Bersamamu aku telah melewati segala rintangan yang ada. Bersamamu aku menghabiskan waktuku. Aku mencintaimu apa adanya. Dan ketika kau tiada, hidupku terasa hampa. Aku merasa kosong. Namun jika waktuku telah habis denganmu, biarkan rasa ku ini hidup untuk sekali saja. Jika kita memang tidak ditakdirkan untuk bersama, izinkan aku untuk tetap mengingat saat-saat kita bersama.” kata Ryosuke-kun sedih
Mendengar kata-katanya yang begitu dalam, aku ingin menangis lebih kencang lagi.
“Tidak, jangan pergi. Aku juga membutuhkanmu. Aku ingin melanjutkan hidup bersamamu, Ryosuke-kun” balasku.
Ryosuke-kun nampak kaget, namun setelah itu ia seperti merasa bersyukur.
“Aku mencintaimu lebih dari apapun” lanjutku. Kemudian kuping dan ekor kucingku muncul begitu saja. Sedetik kemudian, aku dan Ryosuke-kun tersenyum.
“Aku fikir cinta sejati itu memang ada” kata Ryosuke-kun
Kini aku ada dalam pelukkannya. Kini aku ingat aroma dan kehangatan tubuhnya. Persis seperti yang kurasakan dalam mimpi.
“Dan aku berharap, aku akan hidup bersamamu sampai kapanpun”
“Akupun juga merasakan hal yang sama. Setelah aku kehilanganmu, dan sekarang aku merasa kalau aku lebih mencintaimu” kemudian Ryosuke-kun memelukku lembut.

****
Takdir. Takdirlah yang mempertemukanku dengan Ryosuke-kun. Sungguh aku tak mengerti mengapa banyak hal diluar logika yang terjadi di dunia ini. Sebuah kenanganpun dapat menjadi mimpi, dan begitu juga sebaliknya. Sebuah mimpi dapat menjadi sebuah kenangan.
Sekarang hanya ada kau dan aku disini. Sebuah ketidaktahuan mungkin akan mempertemukan kita pada takdir kita. Jadi jangan sepenuhnya kita menyalahkan sebuah ketidaktahuan. Karena kau juga pasti tidak tahu bahwa ada seseorang disini yang menyimpan rasa untukmu. Ketidaktahuan akan siapa orang yang kita rindukan, bahkan kita cintai. Ketidaktahuan siapa pemilik rasa yang kumiliki adalah sebuah kesalahan besar. Karena aku mencintaimu lebih dari apapun, Ryosuke-kun. Dan sekarang aku telah mengetahui untuk siapa sebenarnya perasaanku ini. Jika tuhan memberikan kita kesempatan untuk bersatu kembali, aku berharap hanya ada satu kali perpisahan diantara kita.
Dan sekarang, apakah kalian percaya bahawa cinta sejati dan takdir itu ada?

Komentar

Postingan Populer