Unbeatable Beat [Part 1]

Title                  : Unbeatable Beat [Part 1]
Genre               : Fantasy
Type                : Multichapter, One Shoot



Unbeatable Beat



“Ya ampun! Apasih yang aku pikirkan?!” ucap Ginnie sambil mengacak-acak rambutnya.
Setelah melirik jam dinding yang terpasang di tembok dekat foto keluarga yang dimabil beberapa tahun lalu, Ginnie segera bergegas mengambil alat mandi dan segera mempersiapkan diri untuk sekolah.
Setelah mandi, seperti biasa Gennie melakukan ceklis didepan cermin.
“Sepatu sudah.” Ujarnya setelah mengenakan sepatu kemudian ia mengetuk-ngetuk bagian ujung sepatunya ke lantai.

“Dasi sudah.” Tambahnya setelah mengikatkan simpul sederhana di lehernya.
“Terakhir, topi baret kesukaanku!” kali ini ia berujar dengan riang. Setelah topi itu terpasang dengan benar di posisinya, Gennie tersenyum manis sambil mengedipkan sebelah matanya berpose seperti seorang idol didepan kaca.
“Kanpeki da.” Ujarnya sebelum meninggalkan cermin dan berjalan menuju sekolah.
April tahun lalu ia berhasil masuk di sekolah kemiliteran, lebih tepatnya angkatan laut. Menjadi seorang pelaut merupakan cita-citanya, meskipun ia seorang wanita.
Entah mendapat wangsit apa, tiba-tiba saja ia ingin menjadi seorang idol. Ya, meskipun secara fisik ia tentu saja masuk ke dalam syarat seorang idol karena parasnya yang cantik.
“Apa? Ingin jadi idol?” ujar beberapa teman Gennie kompak dan tentu saja bernada kaget. Dengan polosnya, Ginnie mengangguk senang dengan sudut-sudut bibir terangkat ke atas.
“Kau pasti gila.” Umpan Rizuka salah seorang temannya.
“Benar! Bukannya kau sudah mati-matian untuk masuk ke sekolah ini ya? Dan sekarang kau malah menginginkan hal yang nyleneh!” tambah Daiki.
“Sebenarnya aku tidak benar-benar ingin meninggalkan dunia angkatan laut ini. Tetapi aku juga tidak ingin meninggalkan kesempatan sebagai seorang idol.” Jawab Ginne.
“Kesempatan? Memangnya kau sudah ikut audisi? Agensi apa? Avex trax? Ponny Canyon? Atau menjadi 48 family?” Tanya Rizuka tiba-tiba heboh.
Ginnie menggelang sambil tersenyum aneh.
“Pasti agensi yang abal-abal ya?” Rizuka menyimpulkan.
“Dari pada hidupmu menjadi artis abal-abal, lebih baik kau tetap bertahan di dunia angkatan laut ini, Gennie. Aku yakin, kau tidak akan menyesal jika kau bertahan disini sampai akhir.” Kali ini Daiki berbicara.
“Terima kasih, Daiki. Aku paham.” Kata Gennie lembut. Ia senang memiliki teman yang perhatian seperti mereka berdua. Sebenarnya Gennie ingin menjelaskan mengenai audisi dadakan itu. Mengenai betapa tidak masuk diakal kejadian itu. Namun ia memilih untuk bungkam, ia tidak ingin teman-temannya khawatir jika ia sudah tidak waras dan dilarikan ke rumah sakit jiwa.
“Ya sudah. Belajar dengan giat ya, Gennie. Jangan berkhayal di kelas. Harus bisa fokus. Semangat ya Gennie sayang.” Ucap Rizuka sebelum akhirnya kembali ke tempat duduknya lalu diikuti Daiki.
“Ummm..” jawab singkat Gennie sambil mengangguk.
Gennie menyandarkan punggungnya dikursi, mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Kejadian gila itu.

*
Suara musik membangunkan tidur Gennie yang nyenyak itu. Genie berusaha mencari sumber suara. Mengecek telepon genggamnya, hasilnya nihil. Laptopnya, juga nihil. Televisinya, juga nihil. Semuanya mati. Namun saura musik itu masih terdengar. Gennie mengambil jaket tidurnya di kursi kemudian memakainya.
Genie melangkahkan kakinya ke luar kamar. Musik itu terdengar semakin jelas meskipun lirih. Di ruang tamu, terdapat sebuah rak buku. Music itu bersumber dari sana.
Gennie membuka satu persatu buku yang ada didekat sumber suara. Sudah beberapa judul buku yang ia buka, dan bukan buku itu pula yang menjadi sumber buku. Sampai akhirnya Gennie menemukan sebuah buku tebal bersampul sederhana bewarna merah marun dengan judul yang terpampang Unbeatable Beat. Buku itu bergetar karena sepertinya ada sesuatu didalamnya. Tangan Gennie juga gemetar, terselip rasa takut didalam dirinya karena keanehan ini.
“Unbeatable Beat.” Ujar Gennie membaca judul buku tersebut. Menarik, judul buku yang bewarna emas ini memancarkan cahaya. Kemudian dibawahnya muncul tulisan dengan font yang lebih kecil.
“Yang selalu ada, namun tak dapat dijamah. Yang selalu menjadi tempat sampah (dari perasaan dan pikiranmu), namun selalu dicintai.” Kata Gennie membaca tulisan itu.
Sekali lagi, buku itu bercahaya, memancarkan cahaya emas yang indah dengan percikan-percikan berbentuk bintang dan juga note tangga nada lagu yang juga bewarna emas. Ajaib, buku itu membuka halaman-halaman dengan sendirinya. Bukan ketakutan namun rasa takjub memenuhi diri Gennie.
Pupil mata Gennie melebar meilhat apa yang ia saksikan. Ia melihat sebuah panggung disana. Di dalam buku itu. Sekarang giliran tubuh Gennie yang berpendar emas. Dari ujung jari sebelah kanan lalu menjalar secara ajaib ke seluruh tubuhnya. Cahaya itu hilang setelah pakaian Gennie berubah. Ia menggunakan setelan tuksedo bewarna kuning. Ia berdiri melihat perubahan itu.
“Wow..” ujarnya tak percaya. Sejenak, tubuhnya terasa seperti kesemutan, membuatnya meggeliat karena tak tahu harus melakukan pelemasan seperti apa. Kini tubuhnya berpendar lagi, namun aksi yang diberikan berbeda. Ia tersedot ke dalam buku itu. Ia masuk ke buku itu. Sebuah dunia di dalam sebuah buku. Unbeatable Beat.

====

TBC

Komentar

Postingan Populer