Fatamorgana

Panasnya sinar mentari membuat keringatku semakin deras saja. Tubuhku kian ringkih semenjak aku menlanjutkan perjalananku sendiri.
Tak dapat ku pungkiri bahwa berjalan sendiri merupakan hal yang sungguh melelahkan.
Teriknya matahari membuatku melihat sebuah fatamorgana yang indah dan menyenangkan namun sekaligus menyiksa.
Kulihat diujung sana terdapat seorang gadis seperti diriku sedang tersenyum senang disamping seorang lelaki. Gadis itu penuh semangat, senyumnya begitu menyenagkan dan penuh ceria. Disampingnya ada seorang lelaki yang sama cerianya. Keduanya nampak sangat mencintai dan saling mengerti satu sama lain. Gadis itu sudah menemukan soulmate-nya, begitu juga dengan si lelaki itu.
Tak sadar, air mataku mulai menetes dibarengi dengan keringat yang juga ikut menetes dari dahiku. Aku melihat sebuah fatamorgana yang begitu menyenangkan dan sekaligus menyakitkan. Aku sedang melihat apa yang aku harapkan, apa yang aku inginkan, dan apa yang aku cintai. Dan semua yang ku lihat itu hanyalah ilusi belaka.
Dan aku tersadar, bahwa aku hanyalah seorang pejuang yang berdiri sendiri tanpa ada kesatria yang berjuang bersamaku. Aku dan hanya dengan diriku sendiri. Hanya aku, tanpa ada kamu disisiku.

Komentar

Postingan Populer