FanFic: Tears and Smile


Ini adalah sebuah cerita fiktif yang menyenangkan, dan jika akan menjadi kenyataan, aku tidak akan menolak(hehe, siapa yang nggak mau jadi di posisi aku sih? Rugi berat kalo gak mau). So, let’s check this out!!



Suatu hari, ada salah satu lembaga bimbingan belajar bahasa Jepang mengadakan sebuah lomba karya sastra berbahasa Jepang. Peraturan utamanya, satu karya sastra diciptakan satu kelompok yang beranggotakan dua orang. Dan, hadiah untuk juara pertama,kedua,,dan ketiga serta harapan satu adalah pergi tour ke Jepang selama dua minggu. Perlombaan ini tidak hanya di ikuti oleh murid SMP-SMA di Jogjakarta saja. Melainkan beberapa kota besar lainnya seperti Semarang,Surabaya,Jakarta,Bandung,dan Medan. Temanku Zahra dan Nisa iseng-iseng mencoba lomba tersebut. Yah, karena mereka memang bisa berbahasa Jepang. Mereka sudah setahun mengikuti bimbingan belajar bahasa Jepang. Kini mereka akan menguji hasil belajar mereka selama setahun
Setelah mereka mendaftar, mereka kebingungan. Mereka tidak punya ide untuk karya mereka.
“Uduhh,, aku nggak punya ide nih.. gimana ini Nis?” tanya Zahra
“Aku juga bingung e Zah”
“Halo Zah! Nis! Pada ngapa e mukanya kok kusut gituu?” Tanyaku
“Ini Cik, kita nggak punya ide e buat lomba nya itu”  jawab Zahra
“Emang cerita nya mau di kumpul kapan e?”
“Paling lambat minggu depan Cik, hari Sabtu” kata Nisa
“Iya, terus pengumumannya hari Sabtu minggu depannya lagi” tambah Zahra
“Yang ikut banyak?”
“Iya, lombanya tu diadain di kota besar semua e Cik, 6 kota termasuk Jogja”
“Berat dong Zah,Nis.”
“Iya, makanya itu! Kita lagi bingung cari tema cerita yang bagus.” Kata Zahra setengah putus asa.
“Ayooolah, jangan putus asa dulu!”
“Iya Cik. Aku butuh semangat dari Yama nih.. huhuhu” kata Zahra
“Nisa nggak butuh semangat dari Yabu nih??hahahaa” godaku
“Yabu udah sms aku kok, katanya suruh semangat!” kata Nisa
“Halah Nis, kayak Yabu kenal sama kamu aja” kata Zahra
“Ahahaha,, yaudah. Semangatnya kita charger dulu yok! Mari kita ber-HSJ-an” kataku.
Zahra pun langsung menghidupkan laptop nya. Jeng..jemg.. setelah melihat wallpaper laptop nya Zahra kembali ceria. Yamada dan Chinen. Lalu,Zahra langsung memutar pv Arigatou- Sekai no Doko ni Itemo yang langsung membutanya berjingkrak kegirangan. Begitu juga Nisa dan aku. Yaah, walaupun bagian Ryutaro sangat sedikit di semua pv. Lumayanlaah, ada Yama sma Chinen keluar terus. Setelah kami Arigatou Sekai no Doko ni Itemo selesai, Youe Seed pun di putar. Satu yang selalu aku yakini, Yamada dari kecil memang sudah punya pesona uang bikin cewek-cewek pingsan saking gantengnya. Berjam-jam kami memutar pv Hey! Say! JUMP. Zahra dan Nisa mulai semangat lagi. Berjingkrak-jingkarak ketika melihat pv HSJ tadi, membuta kami lapar. Akhirnya, kami pergi ke depan sekolah untuk makan mie ayam.
Ditengah-tengah kami sedang makan, tiba-tiba aku punya ide untuk cerita mereka. Untung saja Zahra dan Nisa merespon dengan baik ide dariku.
“Eheh, kalo ‘seorang anak punya impian terus ujung-ujungnya bakal kesampaian’ gimana?”
“Itu udah terlalu sering dibuat cerita.” Kata Nisa
“Kita buat versi yang beda kalo gitu. Kalo ada ide begini, sekalian aja dibuat gila”
Zahra langsung berhenti makan.
“Maksudmu?” kata Zahra nggak jelas,karena dimulutnya penuh mie ayam.
“Jadi gini nih, aku jelasin garis besarnya aja ya.
“Ada seorang anak pengen banget jadi penulis komik manga. Nah, dia tu pengen karyanya terkenal di Jepang. Dia bela-belain kerja sambilan ini itu tiap hari biar dia bisa les bahasa Jepang sama nggambar manga. Ceritanya dia orang nggak punya. Nah, pas bisa les bahasa Jepang sama nggambar dia seneng banget. Dia juga akhirnya jadi semangat belajar disekolah. Dia dapet pujian sama hadiah dari gurunya. Hadiahnya 500ribu. Dan,uang itu ditabung sama dia untuk keperluannya. Orang tuanya sedih ngeliat anaknya kerja sambilan di umur 15 tahun. Orang tuanya ngedukung dia. Beliin alat-alat gambar, ini itu yang ia butuhin. Dia seneng banget ortu nya bisa ngertiin dia.. akhirnya dia janji sama siri sendiri supaya bisa berhasil gimanapun caranya. Dengan jujur tanpa ada kecurangan. Dia ikut lomba ini itu, tapi belom juga juara.
“Dia sempet putus asa. Pas mau pulang ke rumah, dia kan naik bis tuh, terus dia ketemu bapak-bapak tua. Ternyata bapak tuanya itu kernetnya. Nah, si bapaknya itu kan ngeliat anak itu. Terus dia tanya, kenapa mukanya kusut gitu. Terus di jelasin deh sama anak itu. Tiba-tiba bapaknya itu..”
“Ngilang?” potong Zahra
Muka ku langsung berubah bete. Nggak enak juga ternyata, lagi ngomong udah di potong -___-
“Yayayaya, lanjutin lanjutin” kata Zahra setelah melihat peubahan mimik wajahku
“Tiba-tiba tu bapaknya cerita tentang akibat ’putus asa’ dan anak itu juga di certain tentang sejarah-sejarah orang hebat yang nggak pernah putus asa karena gagal. Bapak itu juga ngasih kalimat-kalimat yang memotifasi. Nah, setelah denger cerita bapak itu, anak tadi jadi termotifasi. Dia pengin, jadi salah satu orang itu. Orang-orang yang kisah hidupnya di ceritakan kepada orang-orang. maksudnya, tentang kerja jeras dia,pengorbanan dia,dan kesuksesannya dia.
“Nah, dia kan jadi semangat lagi tuh, bertahun-yahun dia belajar, ikut lomba sana sini, akhirnya dia dapet nyandang nama ‘juara’. Akhirnya pas umur 23 tahun, dia berhasil sampek Jepang. Dia buat komik tentang kisah hidupnya yang dapet respon bagus dari orang-orang Jepang. Dan dari situ lah dia berterimakasih ke bapak-bapak kernetnya itu tadi, orang tuanya dan tentu aja sama tuhan, karena dia nggak di bolehin putus asa. Gimana kalo judulnya ‘Si Kecil Yang Tak Pernah Menyerah’ ?”
“Bagus Cik ceritanya. Makasih ya Cik! You’re my hero!!! Muah muah” kata Nisa sama Zahra
“Hehehe.. anything for you guys!”
Setelah panjang lebar menceritakan, aku jadi lapar lagi. Dan menyelesaikan mie ayam yang belum selesai aku makan tadi. Tapi karena masih kurang, aku jadi tambah satu porsi lagi.(hehehe, lambungku kayaknya nggak normal deh? Atau perutku emang kayak gentong?) Dan kali ini di traktir Nisa.
*****************************
 Setelah mereka menulis cerita nya, mereka langsung mengirim nya ke pihak perlombaan. Dan tentu saja karya mereka berbahasa Jepang.
Sebelum mereka mengumpulnya, mereka meminta pendapatku dam memperlihatkan tulisan itu.
“Hah? Apaan nih bacanya?” Tanyaku lugu
“Itu persis sama yang kamu certain kemarin Cik” kata Zahra
“Oh,  good work guys! Semoga kalian yang jadi juaranya ya! Kalo kalian pergi ke Jepang, salamin sama Ryutaro ya.. salam muah muah..hehe”
“Berarti tak cium no Cik?”goda Zahra
“Enak aja! Nggak boleh! Muah-muah nya nggak jadi aja kalo gitu!”
“Haahaha, bercanda cik”
“Kalian mau ngumpulin kapan?”
“Nanti, pas habis pulang sekolah. Untung aja lombanya pas masih awal-awal kelas sembilan. Jadinya belum begitu sibuk. Nanti kamu ikut ngumpulin ya?”
“Ah, iya bener. Boleh-boleh. Mumpung hari Sabtu.”
“Oke,, sip! Nanti tak samperin ke kelas mu”
“Oke,, dadahh YamaZa”
“Dadah RyuCi”

Setelah bel pulang sekolah berkumandang nyaring (yang membuatku terbangun dari tidur sewaktu pelajaran sosiologi yang menyebalkan. Mungkin guru nya lebih tepat menyandang nama ‘pendongeng’ daripada ‘guru’. Karena sukses membuat setengah seisi kelas tertidur. Termasuk aku) Zahra dan Nisa datang ke kelasku.
“Ucik! Ucik!” teriak Zahra dan Nisa
Aku berdiri mendatangi mereka dengan wajah masih kurang meyakinkan (lagi ngumpulin nyawa).
“Apa Zah? Nis?” tanyaku dengan suar parau bangun tidur
“Kamu tidur o pas pelajarannya bu nganu? Ahahaha, selamat ya selamat!” kata Zahra sambil menyelamatiku. Tanganku diguncang-guncang. Sedikit membantu mengumpulkan nyawa. Aku cuma senyum.
“Entar ya. Aku mau cuci muka dulu. Kalian tunggu di sini aja” pintaku.
Aku berjalan menuju kran air. Sedikit terhoyong. Keseimbanganku masih buruk. Mataku langsung melotot begitu melewati lapangan. Aku mempercepat langkah. Aku tidak mau melihat orang itu lagi. Akhirnya aku cuci muka di kran yang lebih jauh dari lapangan. Aku membasuh mukaku dengan air. Segar. Rasanya lebih relax. Aku kembali ke kelas. Memutar jalan. Tidak lewat lapangan. Aku mampir ke kelas IX-I. hanya tegur sapa sih, tapi itu lumayan untuk melupakan orang yang ku lihat tadi. Begitu melihat Regina, aku langsung ceria. Sahabatku yang hiperaktif ini selalu bisa membuatku senang. Aku berpamitan untuk kembali ke kelas. Ku lihat jam di handphone ku. Aku terlonjak. Aku lupa bahwa Zahra dan Nisa ada di kelasku. Semoga saja mereka nggak lumutan nungguin aku.
“Hey Zah, Nis, maaf nunggu lama” kataku ngos-ngosan sambil menunduk.
“Nggak papa, ngapae kok ngos-ngosan?”
“Lari”
“Ngapa?”
“Biar kalian nggak nunggu lebih lama lagi”
“Ohh,, Ucik so sweet deh..” kata Zahra
Setelah nafasku lebih teratur. Aku masuk ke kelas mengambil tasku dan meminum air yang kubawa dari rumah. Dan, kembali lagi ke luar kelas
“Ayok let’s go!” kataku
“Yooookkkk” kata Zahra dan Nisa serempak

*****************************.
Kami bertiga sampai dengan selamat ke gedung lembaga bimbingan belajar bahasa Jepang itu. Tadi kami naik bis. Kami membiasakan peraturan Jepang, bahwa tidak boleh memainkan dan mengaktifkan handphone. Kami setuju dengan peraturan itu. Karena mengganggu penumpang lain, di lain sisi juga agar tidak mengundang penjahat untuk merampok handphone kami.
Setelah kami bertanya ke receptionis, kami pergi ke ruang pengumpulan hasil karya untuk lomba. Sebelum aku masuk ruangan itu, aku berhenti di depannya. Ada papan pengumuman. Di situ banyak tertempel poster-poster tentang lomba ini. Aku membacanya. Aku mengerti isi bacaan poster itu karena berbahasa inggris, bukan bahasa Jepang. Dan ada tempelan menarik lainnya. Aku menyusul Zahra dan Nisa ke dalam ruang itu. Banyak sekali tumpukan-tumpukan kertas diasana, dan sudah di kategorikan. Mungkin, di kategorikan sesuai waktu mengumpulkannya.
Mbak-mbak nya yang bertugas sangat ramah. Wajahnya juga bukan seratus persen Indonesia. Mungkin turunan ada Jepang.
“Yang ikut lomba banyak juga ya?”kataku asal
“Iya. Ini baru Jogja lho dek, belom kota-kota yang lainnya. Persaingannya sangat berat. Nanti karya-karya ini akan di nilai lewat beberapa tahap. Tahap pertama, yang akan meniliai seperti mbak, Sarjana sastra Jepang asal Indonesia, lalu akan disaring dulu. Tahap kedua, akan di nilai oleh orang yang lebih berpengalaman, seperti penulis. Terus, karya yang akan di nilai akan semakin sedikit kan dek, nah, tahap terakhir akan di nilai oleh sastrawan asal  Jepang dan beberapa juri lainnya. Makanya itu proses penilaian lama, atau bahkan akan molor lebih lama nanti dek. Jadi harap-harap cemas dulu ya dek. Jangan lupa berdoa. Kalo belum berhasil, jangan putus asa dulu. Masih ada kesempatan lain” kata mbaknya perhatian
“Oh, ternyata itu yang bikin proses penilaian lama. Iya, maksaih ya mbak. Sebenernya mereka yang lomba. Bukan aku.hehe” kataku sambil menunjuk Zahra dan Nisa
“Iya mbak, hehe. Maksih ya mbak” kata Zahra
“Sama-sama. Semoga kalian berhasil” kata mbaknya, ia berdiri dan menunduk memberi hormat.
Loh? Kok kebalik? Harusnyakan kita yang ngasih hormat. Batinku. Kami bertiga pandang-pandangan. Lalu kami membalas menunduk memberi hormat.
“Arigatou” ucap kami bertiga ketika keluar ruangan.

Setelah lumayan jauh dari ruang itu. Aku menungkit lagi kejadian tadi
“Harusnya kan kita dulu yang ngasih hormat. Kok malah mbaknya dulu?”
“Enggak tau juga Cik. Mingkin itu pertanda baik” kata Nisa
“AMINN!!!” kataku dan Zahra serempak.
“Sekarang tinggal nunggu hasilnya deh” kataku ceria
“Iya. Semoga Allah mendengar doa kita” kata Nisa
“Weissss, dewasa nih ya Nisa”
Kami bertiga tertawa.
“Mau kemana lagi nih kita?” tanyaku di tengah perjalanan menuju halte.
“Gramed aja yuk baca komik” kata Zahra
“Ayok ayok!!”

******************
Setelah menuggu seminggu lamanya, pengumuman belum juga tersebar. Mungkin mbak-mbaknya kemarin itu bener. Molor. Kami bertiga jadi sedikit galau. Lagu-lau mellow mendampingi kami.
“Kalian kok lemes gitu e? kekuatan HSJ nya pada kemana ini?” Tanya Harum
“ Iya. Lagi galau kita Rum. Nunggu pengumumannya.” Kata Zaahra
“Ayok lah, kita gila-gilaan dulu”
“Ya udah deh. Yamaaaa, doain kita menang ya!!!” kata Zahra
Zahra lansung membuka laptop nya. Karena kami sedangberharap impian kami menjadi kenyataan, Zahra memutar Dream Come True. Warna oranye merenyuak, dan wajah-wajah member HSJ yang masih imut-imut keluar. Dan suara Chii yang melengking pada saat kalimat “we can dream!” membuat kami semangat lagi. Lalu diputarlah Arigatou Sekai no Doko ni Itemo, Your seed, Ultra Music Pwer, yang sukses membuat kami ikut joget. Dan, Zahra juga memutar pv perfume Yamada dengan lagunya Asia No Yoru yang sukses membuat kami jerat-jerit klepek-klepek.
Sewaktu kami sedang tersihir perfume Yamada, hp Nisa bunyi. Ternyata telpon dari lembaga belajar bahasa Jepang itu. Pv Yamada kami pause sampai telpon ditutup. Wajah Nisa jadi sangat bahagia. Kami penasaran
“Pengumumannya udah ada. Katanya kita suruh ngecek ke sana” jelas Nisa
“Ayok ayok! Ayo buruan kita ke sana” kata Zahra
“Ya ayok! Keburu sore entar. Ucik ngikut? Ayo Cik, ngikut aja”
“Nggak usah Nis, aku di sini aja. Aku Bantu doa aja. Aku aja yang nggak ikut lomba udah deg-deg an kaya gini. Huhuh.. good luck ya guys! Berkat Yamada nih, jadi jelas sekarang” kataku
“Huhuhhuh, makasih ya Yamada. Penyelamatku.” Kata Zahra
“Ya udah ya Cik, kita duluan. Dadah Ucik, Harum!” kata Nisa
“Dadah semuanya!” kata Zahra setelah membereskan barang-barangnya.
“Huhh,, semoga mereka menang ya rum”
“Iya..aminnn”
*********************
“Uduhhh,, gimana nih Nis?” kata Zahra
“Udah, nggak papa. Kamu berdoa aja ya. Aku juga deg-deg an ini” kata Nisa
Mereka mengmbil nafas dalan-dalam dan mengeluarkannya lagi. Berharap bisa lebih tenang. Mereka mendekati papan pengumunan. Masih banyak orang disana. Zahra dan Nisa menyelusup ke dalam kerumunan orang itu. Mereka berharap nama mereka tercantum disana. Walaupun hanya sebagai juara harapan. Ternyata mereka salah. Bukan nama mereka yang berada di peringkat juara harapan, mereka naik lagi melihat, juara ke tiga juga bukan mereka, juara kedua juga bukan mereka. Ternyata nama mereka duduk di peringkat pertama sebagai juara.  Mereka berdua tidak menyangka. Mereka melihat nama mereka di barisan paling atas. “ Putri Zahra Nafisa, Nabila Anisa : Si Kecil yang Tak Pernah Menyerah” mereka menganga. Hampir menangis. Mereka keluar dari kerumunan lalu melonjak-lonjak kegirangan. Senang-puas-terharu manjadi satu. Mereka tak bisa berkata apa-apa.
Lalu, ada bapak-bapak (yang sepertinya bukan orang Indonesia, tapi sudah paseh berbahasa Indonesia. Dari wajahnya sudah kentara bahwa dia orang Jepang) menghampiri mereka.
“Selamat ya atas kemenangannya. Kalian Putri Zahra dan Nabila Anisa kan?” kata bapak-bapak yang memakai jas itu.
“Iya terimakasih, saya Nisa dan dia Zahra” sambil menunjuk Zahra
“Karya kalian bagus sekali. Cerita yang memotifasi semua anak. Aku yakin, jika karya kalian di pasarkan, pasti akan menjadi best seller”
“Amin, semoga saja begitu”
“Oh,iya. Kalian akan berangkat lusa. Dan lagi satu kabar yang baik, kalian boleh mengajak seorang lagi teman kalian. Dan masalah paspor dan lain-lain pihak dari kami yang menyelesaikan. Jadi kalian tenang saja, kalian hanya akan bersenang-senang disana”
“Boleh mengajak teman? Terimakasih banyak. Kami akan mengajak seorang teman kami yang baik. Pasti dia akan senang jika dia akan di ajak juga”
“Baiklah kalau begitu,  kalian bisa menulis data diri kalian dan teman kalian itu? Mari kita masuk ke ruangan saya” kata bapak-bapak ramah itu. Bapak itu menunjukkan jalan ke arah ruangannya. Kata bapak itu, disana sudah ada sekretarisnya yang sudah menunggu Zahra dan Nisa.
Ketika menuju ke ruangan bapak itu, Nisa kembali berbicara.
“Zah, kita ajak Ucik ya? Dia kan yang ngasih ide cerita ke kita. Gimana?”
“Iya, kukira kamu udah yakin. Ngapain nanya? Udah jelaslah Ucik yang di ajak.”
“Iya, iya. Eh, ini bukan yang dimaksud ruangannya itu?” sambil menunjuk ke arah ruangan yang ada di depannya dengan dagu.
“Iya kali. Yaudah masuk aja yuk”
“Permisi Assalamualaikum” kata Zahra ketika membuka pintu.
“Waalaikumsalam. Aah, kalian akhirnya datang juga. Silakan duduk dek” kata sekretaris bapak itu
“Lho? Mbaknya? Mbaknya yang waktu itu kan? Yang waktu ngumpulin karyanya itu kan? Mabaknya ini sekretaris bapak-bapak yang tadi?” Tanya Zahra
“Iya, saya yang waktu itu. Saya memang sekretaris di sini. Ayo, silakan duduk” kata mbaknya itu tadi.
Sebelum keduluan seperti yang sebelumya, Zahra dan Nisa menunduk memberi hormat. Mbak sekretaris tersenyum lalu membalas memberi hormat. Mereka berbincang sebentar sebelum mengisi selebaran data-data yang di butuhkan untuk membuat paspor.
“Mbak, kita berangkat ke Jepang beneran besok lusa?” Tanya Zahra akrab.
“Iya. Kalian berangkat besok hari Senin”
“Tapi bukannya buat paspor tu lama ya mbak?”
“Semuanya sudah di atur oleh pihak kami. Tugas kalian hanya mengisi data ini, lalu besok datang lagi untuk memberi foto. Ukurannya 3X4 saja. Bewarna ya. Besok datang jam 7 pagi ya.”
“Jam 7 pagi? Okelah mbak. ”
“Bagus. Besok kalian akan mbak kasih tahu beberapa hal yang akan di lakukan disana.”
“Oke mbak. Terimakasih. Ini sudah selesai datanya” kata Zahra
“Jangan terlambat ya”
“Terimakasih mbak, kami pulang dulu. Terimakasih” kata Nisa. Mereka memberi hormat lagi sebelum pergi.
Mereka kembali ke Sekolah. Untung saja aku belum di jemput. Jadinya, aku bisa bertemu mereka lagi.
“Gimana Nis? Zah?” tanyaku semangat
“Cik, besok kamu dateng ke tempat bimbel kemaren ya. Jam 7 pagi. Bawa foto bewarna, ukuran 3X4. oke?” kata Zahra
“Untuk apa?”
“Buat paspor.”
“Apa? Jadi kalian menang? Dan aku di ajak? Oh terimakasih ya Allah. Bneneran nih Zah? Nis? Kalian nggak bercanda kan?”
“Emang tampang kita kayak pelawak ya? Kita serius Ucik!!” kata Nisa.
“Terimakasih ya Allah. Makasih ya temen-temen. Jadi nambah saying sama kalian. Muah muah”
“Kami menangkan juga gara-gara idemu Cik. Masak kita nggak ngajak kamu? Kan nggak adil. Kami juga pengen kamu ngikut kok!” kata Zahra
“Oh, nggak usah dilebih-lebihin guys, itu juga dari usaha kalian juga. Belajar bahasa Jepang setahun penuh”
“Ya udah, besok kamu siap-siap ya! Lusa kita berangkat soalnya.”
“Hah? Lusa? Lhoh, kan paspornya baru dibikin kan?”
“Iya, tenang aja. Katanya udah di atur sama pihak bimbel nya kok. Maklum, bimbel nya kan udah punya nama. Bawa kamera yang memorinya banyak yaa..hehe.”
“oh gitu,, oke Zah.” Kataku
“Belum di jemput Cik? Aku udah di jemput e. itu” kata Nisa sambil menunjuk ibunya.
“Aku juga udah di jemput e” kata Zahra
“yaudah nggak papa. Lagian aku juga udah di jemput tuh. Dadah, see yaaa guys!”

********************
Sesampainya dirumah, timbul masalah baru lagi. Kini, masalah persetujuan ortu. Aku yakin, Zahra dan Nisa juga sama. Aku sudah menjelaskan panjang lebar bahwa kami akan baik-baik saja. Tetapi orangtua kami mengelak dengan kalimat “Kalian kan masih anak-anak. Jadi kalian belum bisa jaga diri” selalu saja itu yang di ungkit ungkit.
Akhirnya aku menelepon Zahra dan Nisa. Dia juga sama sepertiku. Akhirnya kita sepakat membawa orang tua besok pagi. Mungkin sekretaris bapak-bapak itu bisa menenangkan hati dan meyakinkan orang tua kami. Sebenarnya juga sedih meninggalkan keluarga. Tapi kami pergi untuk sementara saja. Dan di Jepang, kami juga tidak Cuma bersenang-senang. Kami pasti juga belajar disana. Aku yakin itu.
Keesokan paginya, kami pergi ke bimbel itu bersama orangtua masing-masing. Sebelumnya kami sudah memberi tahu mbak Tanya, sekretaris bapak-bapak itu. Ia setuju, ia sudah menduga bahwa pasti ada problem yang satu ini.
“Selamat pagi” sapa mbak Tanya dan memberikan hormat
“Zahra,Nisa,Uci bisa menunggu di sini. Kami akan membicarakan itu dulu. Mari pak, bu kita bicarakan di dalam saja.” Kata nbak Tanya ramah

Kami bertiga duduk di depan. Kami terdiam. Tiba-tiba saja aku menyanyikan reff That Should Be Me nya Justin Bieber.
“Cik, nggak usah galau. Lagunya nggak usah mellow gitu dongse. Pasti mbak Tanya bisa jelasin semuanya kok. Till them belive” kata Zahra
“Aku nggak galau Zah, enak aja. Oke, aku percaya kok sama mbak Tanya”
“Kita main aja yuk?” tanya Nisa
“Main apa?” tanyaku
“Main permainan jempol yok.” Kata Zahra
“Ayok ayok” kataku
 Setelah suasana kembali relax. Mbak Tanya kembali.
“Hey girls. Masuk yuk. Orangtua udah sepakat kalo kalian udah pergi. Ayok, mbak jelasin untuk acara apa aja yang kalian ikuti besok” ajak mbak Tanya
“Fyuhh, alhamdulillah” kataku
“Apa aku bilang?” kata Zahra
“Y”
Lalu kami mengikuti mbak Tanya ke ruangannya.

Komentar

Postingan Populer