FanFic: Tears and Smile #5



·  


    #Dai Pov


Eh? Kenapa rame-rame di depan pintu gini? Ada apa sih?batinku
“Ada apa sih?” Tanyaku ke Chii
“Aku sedang menjodohkan mereka (sambil menunjuk ke dalam).. kamu mundur dikit ya Dai-chan. Kita lagi memata-matai mereka” jelas Chii
“Eh? Mereka siapa?”
Aku lansung mengintip.
“Ohh, Ryutaro-kun. Eh? Siapa itu?” tanyaku lagi.
Ahh, kawaii. Siapa cewek itu?manis sekali. Bukan orang jepang.Batinku.
Aku tersenyum girang.
Dari pandangan pertama, aku langsung suka dengan cewek itu.
“Eh Dai-chan. Seneng juga kan Ryutaro akhirnya kita comblangin sama cewek itu. Dia temannya Zahra. Nih orangnya ada di belakngmu” kata Chii mengagetkanku.
Senyumku memudar.
Apa? Dicomblangkan dengan Ryutaro?!batinku
Aku berubah jadi lesu.
“Oh.. Tapi siapa mereka ini?” tanyaku sambil menunjuk cewek berambut pendek disebelah Keito
“Sudahlah, nanti kujelaskan saja di dalam. Oke Dai-chan?” kata Chii ceria seperti biasa.
Akhirnya aku menurut saja. Dengan perasaan tidak enak, aku melihat cewek yang kusukai pada pandangan pertama itu mengobrol. Bahkan foto bersama.
Yaa tuhan. Berikanlah aku kekuatan dan kesabaran batinku.
Aku mendenarkan dan memperhatikan mereka.
“Ryu, kau tahukan kalau aku ini fansnya HSJ ” kata cewek itu
“Iya. Kenapa?” jawab Ryu
“Bolehkan aku minta foto bareng? Lewat webcam saja”
“Boleh”
What? Foto bareng. Ya tuhaaannnnn. Batinku  penuh dengan nada putus asa.
Aku beubah jadi lemas.
Kulihat lagi mereka.
Dari pose canggung, senyum normal, sampai pose lirik-lirikan.
Aku benar-benar lemas.
Kami terus memperhatikan mereka. Sampai akhirnya kami semua ketahuan Ryutaro.

“KENAPA KALIAN SEMUA DISITU?” Teriak Ryutaro
Cewek itu menghampiri Ryotaro. Wajahnya shock ketika melihat ke sembilan member HSJ dan seorang cewek berambut pendek yang sedang bersembunyi di balik pintu.
“Apa-apaan kalian ini?” kata cewek itu shock.
“Katanya kalian membeli camilan? Kenapa lama sekali dan kenapa kalian malah menggerombol di balik pintu?” kata Ryu
Akhirnya otak atas kejadian ini keluar. CHINEN.
Chinen menggaruk-garuk kepalanya yang benar-benar tidak gatal. Ia tersenyum tak besalah.
“Kami sebenarnya ingin membeli camilan. Tapi karena suatu hal, kami jadi nggak jadi.hehe” kata Chii
“Lalu, yang lainnya kenapa nggak masuk?” tanya Ryu ngambek
“Kami di larang Chi” kata ke sembilan member HSJ bersamaan.
Ryutaro dan cewek itu menatap Chi bebarengan.
“Chi..” kata cewek itu dengan nada kecewa
“Iya, iya. Maafkan aku” chi menggaruk-garuk kepalanya lagi. Ia tersenyum minta maaf dan menunduk.
 “Baiklah. Kami maafkan” kata Ryutaro
“Benarkah? Terimakasih Ryutaro-kun sayangggg” kata Chi, lalu ia mencium pipi Ryutaro.
Astagaa, nggak beubah nih anak. Keadaan kayak gini pun masih bisa-bisanya sun Ryu.batinku ketika melihat Chii mencium pipi Ryu
“Stop-stop! Hentikan! Jangan ulangi lagi” Kata Ryu
“Baiklah”
Lalu semua oraang masuk ke ruangan latihan. Kami duduk melingkar. Ternyata cewek itu duduk di sebelahku
Hore!!! Aku di sebelahnya! Aduh, kawaii ne~
Membentuk sebuah lingkaran besar. Chinen menjelaskan semuanya. menceritakan kenapa ia bisa bertemu dengan  kedua cewek itu. Sebelum Chi menceritakankedua gadis itu memperkenalkan diri pada semua member HSJ.
“Hajimemashite, watashiwa Uci desu. From Indonesia” kata cewek yang kusuki itu.
Ahh, jadi namanya Uci.batinku setelah mengetahui namanya.
“Hajimemashite, watashiwa Zahra desu. Indonesia kara.” Kata cewek berambut pendek itu sambil tersenyum.
“Ya udah. Ayo kita latihan. Nanti kita lanjut lagi” kata senpai.
“Yuk. Kita latihan dulu. Kalian tunggu aja disini ya. Kita nggak lama kok” kata Chii semangat seperti biasa.
Tapi hari ini aku nggak semangat.
Entah kenapa.
Aku jadi nggak focus. Banyak ketinggalan. Yama dan Keito juga. Aneh. Chii, Yuto dan Ryu malah semangat banget. Nggak kayak biasanya.
Akhirnya latihan Cuma 15 menit.
Setelah latihan selesai. Kami duduk membentuk lingkaran lagi.
“Jadi kalian sekarang nggak ada tempat tinggal?” kata Hikaru
“Iya. Kami akan mencari motel yang sesuai dengan bajet kami.” Kata Uci ringan
“Bajet kami tidak banyak” tambah Zahra
“Aku tahu tempat yang cocok dan aman untuk mereka” kata Yama tiba-tiba.. Bahkan Yuto, Hika, Yuya, Chii menawarkan kami untuk tinggal dirumah mereka. Tapi mereka  menolak. Sebenarnya aku juga ingin menawari mereka untuk tinggal dirumahku, tapi kemungkinan untuk mereka menyetujui sangat kecil, jadi ku urungkan lagi niatku.

“Baiklah, karena mereka tidak mau tinggal di rumah kita. Ku serahkan saja padamu Yam” kata Chii
“Baiklah. Karena ini sudah petang. Ayo. Akan ku antarkan kalian” kata Yama ramah.
Aku ingin ikut mengantarkan. Tapi aku sudah di dahului Ryu. Padahal aku sudah membuka mulut dan siap-siap berbicara.
“A…” kataku
“Bolehkah aku ikut?” tanya Ryu mendahuluiku
“Pakai mobilmu sendiri” kata Yama. Lalu Yama melihatku.
“Kamu mau ngomong apa Dai-chan?”
“Ahh, nggak.”aku ngeles.
“Yasudah. Pakai mobilmu sendiri ya bocah!” ulang Yama
“Tentu saja. Uci-san. Kau bersamaku”
“Sudah seharusnya kau bersama Uci-san. Aku bersama Zahra-san. Ayo kita berangkat”
Mereka berpamitan.
****************
“Aaahh,, sial! Kenapa aku kepikiran terus?”
“Astagaaa” tambahku..
Aku tidak bisa tidur. Tidak tahu kenapa, Wajah Uci-san terbayang-bayang terus. Kata-kata Yama-chan juga terngiang-ngiang..

‘Sudah seharusnya kau bersama Uci-san’

“Aaahhh, Yama-chan.. kenapa kamu bilang seperti itu.. haaahh” kataku dengan nada uring-uringan
Aku sudah berkali-kali berpindah posisi tidur yang nyaman. Tetapi tetap saja tidak mempan. Mataku tetap terbuka.
Aku menyerah. Akhirnya aku ke kamar mandi. Membasuh muka.
Ku hidupkan kran di wastafel.  Ku basuh wajahku dengan air wastafel yang segar.
“Ahh, segar”
Lalu aku melihat ke cermin. Menatap bayanganku sendiri.
Ku sentuh bayangan pria di cermin. Rambut, dahi, mata, pipi, hidung, bibir. Aku tidak mengenalinya. Dia bukan diriku yang ku kenal.
“Kemana aku yang dulu?”
“Arrrrghhh..” kataku sambil mencipratkan air wastafel. Semuanya jadi basah.
Aku putuskan untuk sekalian mandi. Berendam air hangat.
Ku hidupkan knop air hangat. Menunggu bak penuh dengan air hangat.
Ku tanggalkan semua kain yang berada di tubuhku.
Aku masuk ke dalam bak.
Mulai kurasakan kehangatan merasuki tubuhku.
Ku masukkan kepalaku ke dalam air.
Baru setelah itu, aku dapat berfikir jernih.
“Benar.. Uci-san memang untuk Ryutaro-kun. Terlihat sekali bahwa Uci-san juga suki Ryutaro-kun. Benar. Aku bisa menganggapnya sebagai adik. Ya. Benar.”

*******************

“Hoooaaamm” kataku ketika bangun tidur.
“Hmm.. nyenyak juga tidur sehabis berendam”
Aku melihat kea rah jam dinding.
“hhmm.. jam 8”
“HAH? JAM 8? GAWAT BISA TELAT LATIHAN KALO GINI. BISA DI SEMPROT TAKAKI-KUN NIH”
Aku bergegas mandi. Untung saja Cuma menghabiskan waktu lima menit. Jadi ada waktu untuk sarapan.
Selesai sarapan, aku langsung berangkat ke tempat JUMP pakai mobil sport hitam kesayanganku. Dengan tujuan supaya nggak telat datang ke tempat latihan JUMP.
Sesampainya di tempat JUMP, ternyata mobil yang ada di parkiran masih dua.
“Fyuuuhh, untung nggak telat” kataku.
Ku matikan mesin mobilku. Lalu loncat ke luar mobil.

“Ohayou~” sapaku
“Ohayou~” kata Keito
“Ohayou~” susul Takaki-kun
“Yang datang baru kita?” tanyaku
“Iya”  kata Keito singkat sambil membenarkan senar gitarnya.
“Aku kira, aku akan terlambat. Ternyata belum. Haha. Selamat deh, nggak dapet semprot..haha”
“Kamu mau ya dapet semprot dari aku? Aku siap kok. Hahah” kata Takaki-kun
“Nggak kok Takaki-kun hehe” aku nyengir..
“Ya sudah. Kita tinggal nunggu yang lainnya dateng aja” kata Takaki-kun sambil mencorat-coret kertas dihadapannya. Sepertinya ia sedang menulis lirik.
Ku lihat Keito yang sedang serius dengan gitarnya. Aku nggak ada kerjaan. Akhirnya aku menyerah. Aku mengambil laptop ku di mobil. Setelah itu, aku duduk di sebelah Keito. Aku melanjutkan membuat musik yang kemarin belum jadi. Lalu, satu persatu member JUMP lainnya datang. Yuto duduk di sebelah Keito yang kosong.
Sampai akhirnya Yama-chan dan Zahra-san datang.

Yama menggiring Zahra-san sampai masuk ke ruang latihan.

“Ohayou~” kata Yama ceria
“Ohayou Yama-chan, Zahra-chan” kata Yuya ramah
“Ohayou~Eh? Sudah datang?” Kata Chii dengan suara khas nya.
“Ohayou semuaa~” kataku,Hika,Yabu,Inoo bebarengan
“Ohayou~” kata Zahra-san
Zahra-san lihat Yuto dan Keito yang sedang sibuk dengan stick drum dan gitarnya.
Sepertinya Zahra-san suki Yuto. Terlihat sekali diwajahnya.
“Ohayou Yuto~ Ohayou Keito~” sapa Zahra-san ceria beserta senyum dengan lesung pipinya yang nggak ketinggalan.
Mereka yang tadinya enggak mengetahui kehadiran Zahra-san, mereka langsung menoleh ke arahnya. Wajah mereka yang tadinya serius, berubah menjadi ramah dan mereka tersenyum ke arah Zahra-san.

“Ohayououou Zahra-chan” sapa Yuto dan Keito bebarengan.
“Nah, karena hamper semua sudah datang, kita main yuk! Sini-sini. Ngumpul disini semua!” kata Chii ceria seperti biasa
Mendengar ucapan Chii, aku jadi semangat. Aku matikan laptopku.

Asikk! Main!!

Kami semua merapat. Duduk di lantai. Karena sofanya nggak cukup.
“Mau main apa Chii?” kata Yama ceria

Main permainan jempol ahhh

“Main permainan jempol aja yuk!” tambahku
“Ayo!!!” kat Inoo tak kalah semangat.
“Baiklah, dimulai dari siapa? Aku dulu ya..” kata Chii
“18!” tambah chii semangat.
“Woow, hebat! Disini jempol yang berdiri ada 20. hahaha” kata Hika
“Yee.. daripada kamu, kalah terus” kata Chii

Semua langsung tertawa.
“Stt.. diam! Whatever. Lanjutkan” bantah Hika
“10!” kata Zahra-chan
“1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 wah! Hebat Zahra-chan!” kata Yuto semangat disertai takjub
“Hehe..”kata Zahra-san cenge-ngesan
 “12” kata Yabu
“1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11, ah hamper” kata Yuto
“Sial” kata Yabu
Aku baru mau membuka mulut untuk meneriakkan angka. Tapi Chii sudah berkata lebih dahulu. Yang membuatku sangat kaget.
“Wah!! Gandengan tangan! Cieee,, Ryutaroooo!!!!”kata Chii tiba-tiba mengagetkan kami semua.
Otomatis kami semua menoleh kea rah pintu.
Aku mangap.
Kaget nggak percaya
Ryutaro dan Uci-san gandengan tangan!!!
“Wah, iyaa, gandengan tangan” kata Zahra-san dengan nada takjub dan terharu.
Setelah semua mata memadang kearah mereka, mereka malah melepas gandengan.
“Yaah, kok malah di lepas?” goda Yabu.
Chii berdiri. Lalu menghampiri mereka.
“Ayo masuk!” kata Chii, lalu menggeret mereka masuk.
Hamper semua dari kami berdiri menyambut mereka. Aku tidak berdiri. Terlalu kaget. Terlalu cepat.
Uci-san berdiri dekat Yuto dan Chii. Sedangkan Ryu, didekat Zahra-san dan Yama.
“Heh kamu! Panggil aku ‘oppa’ !” todong Yama tiba-tiba ke Uci-san dengan nada yang nggak santai.
Kami semua yang berada diruangan ini terkejut.
“EEEHHHHH????” kata semua member JUMP(kecuali Yama) dan Uci-san.
Zahra-san hanya diam.
Uci-san menoleh ke arah Zahra-san.
Zahra-san malah cengengesan
“Panggil aku ‘oppa’, dan aku siap menjadi kakakmu!” ulang Yama dengan nada yang lebih nggak santai.
“NGGGG…” kata Ucik sambil menatap Yama aneh.

Hal ini benar-benar membuatku bingung.

“NGGAK MAU!” kata Uci-san nggak nyantai
“Kenapa hah bukannya kamu udah nganggep aku jadi abangmu, hah! Jadi sekarang kamu harus panggil aku ‘oppa’!”
“Mintanya nggak bisa baik-baik ya? Nyantai ngapa”
“Ehh,,dasar ni anak!..” kata Yama
“Kenapa? Cantik? Imut? Hah?” kata Uci-san nyolot
“Dasar gendut! Pendek! Pesek!”
“SITU TUH YANG GENDUT! PENDEK! GALAK PULA! PESEK-PESEK GINI JUGA BANYAK YANG SUKA TAUUU!!!!”
“APA? KAMU NGATAIN AKU PENDEK?! GENDUT?!  GALAK?! PINGIN DIJEWER YA?!”
“Jewer Aja kalo bisa! Weeekkk :P” kata Uci-san sambil mencet hidungnya ke atas membentuk hidung babi (sedel pespa).
“Eeeehhh” kata Yama.
Mimic wajah Yama sepertinya kesal sekali. Matanya melotot waktu Uci-san memencet hidungnya. Seperti ibu-ibu yang kesal melihat anaknya main tanah becek-becekan.
“Mau benar-benar ku jewer ya?!” kata Yama. Ia sudah mengambil ancang-ancang. Bahkan sudah maju satu langkah. Tapi untung saja Takaki-kun melerai mereka.

“Cukup!!!! Kalian apa-apaan sih? Kayak anak kecil aja. Cukup!” kata Takaki-kun menengahi mereka.
Keduanya diam. Masih ngos-ngosan. Tangan bersedekap. Wajah kesal. Kelihatan sekali mereka ngedumel dalam hati. Tapi sepertinya mereka bisa mengontrol emosi mereka.
“Nah. Gini kan lebih tenang” kata Hika
Aku dan yang lain diam saja.
“Uci-san, mau kan, manggil Yama-chan dengan sebutan ‘oppa’ ?” kata Yabu lembut
“Asal dia janji dulu” kata Uci-san dengan nada ngambek ala anak kecil
“JANJI APAAN HAH?!” kata Yama.
Eehh, ni anak. Bukannya memperbaiki keadaan malah nambah nyolot -_- batinku.
Akhirnya aku mencoba menasihati Yama-chan.
“Cobalah, dengarkan dulu. Nggak peru pakai emosi Yama-chan” kataku lembut
Nafas Yama-chan mereda. Ia mengulangi kata-katanya. Kali ini lebih lembut dan sopan.
“Janji apa?” kata Yama-chan
“Berjanjilah, jadi kakak yang baik, mengerti perasaanku, enggak egois. Yang terpenting, jadilah seorang kakak yang selalu ada untuk adikya” kata Uci-san
Yama-chan terdiam. Terpaku oleh kata-kata Uci-san
“Janji?” kata Uci-san sambil mengulurkan kelingking di hadapan Yama-chan. Yama-chan tersenyum. Lalu membalas melingkarkan kelingkingnya di kelingking Uci-san.
“Aku berjanji” kata Yama-chan sambil mengeluarkan senyum imut nya.
“Baiklah, terimakasih oppa Yamada Ryosuke” kata Uci-san lalu melepaskan kelingkingnya dari kelingking Yama-chan
“Huaaaa.. so sweeeet nyyaaaaaa” kata Zahra-san terharu
*******************

Setelah latihan, kami nggak langsung pulang. Ngumpul bareng, ngobrol ini itu.

“Eh,iya Yama. Aku lupa. Aku sama Ucik belum punya baju ganti. Kami mau pamit untuk beli dulu ya” kata Zahra-san
“Mauku temani beli? Kia ke Harajuku saja” kata Yama-chan
“Eh? Memang nggak papa ya? Ucik gimana?”
“Biarkan dia sama Ryutaro. Ryu pasti mau menemaninya. Iyakan Ryu?”

‘BZZZZTTT.. KRRRRINNGGGGG.. KRRIIIIINGGGG
BZZZZTTT.. KRRRRINNGGGGG.. KRRIIIIINGGGG’

 HP Ryu bunyi.

“Moshi-moshi..”
“Aahh,,sekarang?”
“Yaaahhh. Yasudah. Akan ku jemput sekarang” kata Ryu
“Ada apa Ryu?” tanyaku
“BAKKA! Aku harus menjemput ibu dan Natsune. Mereka baru pulang dari wisata sekolah Natsune. Gomen Uci-san. Aku nggak bisa nemenin kamu. Gomen ya” kata Ryu dengan nada dan mimic wajah kecewa dan sedih.
“Nggak papa Ryu. Kamu jemput aja ibu sama Natsune, nanti mereka kelamaan nunggunya” kata Uci-san perhatian
“Aah, arigatou Uci. Ehmm, Dai-cahn, bolehkah aku minta tolong? Tolong temani Uci-san pergi sama Yama-chan&Zahra-san. Maukan? Please..” Pinta Ryu padaku
“Eh? Aku?”
“Please Dai-chan” tambah Ryu
AKU JALAN SAMA UCI-SAN?! TERIMAKASIH YA TUHANNNNN:D batinku senang setengah mati..
Tidak tahu kenapa, rasanya sangat senang dan semangat sekali. Tenagaku terasa full. Seperti habis di charger.
“Baiklah, dengan senag hati” kataku (mencoba) santai menutupi rasa girang ku.
“Arigatou Dai-chan!” kata Ryu ceria.
“Bukannya kamu tadi jalan kaki ya Ryu?” tanya Yabu
“Eh,, iya. Aku lupa. Hehe”
“Pakailah mobilku” kata Yabu sambil melemparkan kunci mobilnya ke Ryu.
“Waaaahh, Arigatou Yabu!! Kamu baik banget!!!”
“Pergilah, keburu nunggu tuh ibumu sama Natsune nanti”
“Oh. Hai. Jhaaa ne~”
“Oh iya Uci, mata keitai suru ne~” tambah Ryu
“Hai” kata Uci-san sambil mengangguk
“Ciee, mau ngapain hayo nelpon Uci-san?” goda Inoo
“Ada dehh” kata Ryu nakal
Aku jadi penasaran­­ ¬_¬
Tapi sedetik kemudian, kubuang rasa penasaran itu jauh-jauh.
“Yasudah. Aku pergi dulu ya. Jhaaaaa” kata Ryu ceria seperti biasa.
Akhirnya Ryu pergi dengan mobil Yabu.

“Nah, kalian kapan mau berangkat?” tanya Takaki-kun tiba-tiba
“Eh,iya. Berangkat sekarang aja yuk!” kata Yama-chan
“Hai” kata ku
“Jhaaa ne~” kata kami berempat.
Aku membukakan pintu untuk Uci-san.
“Eh? Arigatou Dai-chan”
“Un~” kataku singkat.
Lalu aku masuk mobil. Dan mulai tancap gas.
“Uci-san udah nyiapin banyak tenaga kan? Di Harajuku pasti nguras banyak tenaga”
“Udah kok Dai-chan. Tenang aja! Aku udah makan banyak tadi pagi” kata Uci-san sambil menyunggingkan senyumnya.

Deg.. deg.. deg.. deg..

Eeehh, kok aku jadi deg-degan gini ya? Batinku bingung.

Beberapa saat, didalam mobil jadi sepi. Akhirnya ku nyalakan saja radio.

“Eh? Ini soundtracknya Naruto ya?” tanya Uci-san tiba-tiba
“Iya. Kok tau?”
“Yeee, aku juga tau kali. Di Indonesia juga sempet di puterin animenya sampek beberpapa season”
“Oo,,hehe. Aku kira disana nggak ada”
“Ya adalah. Ngece-_-”
Setelah lagu soundtrack Naruto habis, Uci-san minta di ganti frekuensinya.
“Boleh dig anti nggak frekuensinya? Nggak dong lagunya”
“Mau radio yang nyiarin lagu apa? Internasional aja ya”
“Sip..”
Kira-kira Uci-san suki lagu apa ya? batinku
“Kamu suki lagu apa Uci-san?” tanya ku nggak sadar, kelepasan
Aku jadi gelagapan sendiri.
“Aku suka apa aja, yang penting enak di denger. Oh iya, Dai-chan suka ngasih refrensi lagu-lagu ke Ryutaro kan? Pasti selera Dai-chan bagus”
Yaah, lgi-lagi Ryutaro
“Iya. Banyak yang aku refrensiin ke dia, hip hop, RnB juga ada”
“Hebat yaa bisa nge dj. Aku langsung jatuh cinta sama Dai-chan pas aku tau kalo yang mixing musik TIME itu Dai-chan. Itu keren banget” kata Uci-san
Apa? Uci-san jatuh cinta sama aku?tapi masa sih?

“Uso! Ichibanmu kan Ryu, nggak mungkin kamu jatuh cinta sama aku”
“Nggak bohong kok. Seenggaknya Dai-chan menempati urutan ke dua dihatiku” jawab Uci-san santai
Aku senang bukan main.
Apa maksudnya ya? Mungkinkah aku punya kesempatan?tanyaku dalam hati.
Tanpa sadar, aku melamun.

“Dai-chan, doushita no? kok melamun??”
“Eh? Nggak apa-apa kok..hehe”
“Jangan ngelamun ya Dai-chan? Nggak baik lho melamun itu” kata Uci-san
Perhatian banget..
“Hai. Aduh, perhatian banget siihh nih anak” kataku sambil cubit pipi Uci-san. Mencoba bersikap seperti biasanya.
Lembut. Chubby juga ternyata
“Aduhh jangan dong!” kata Uci-san ngambek sambil ngelus-elus pipinya sendiri
“Wah. Kau chubby juga ya?”
“ Iya dong. Tapi tetep kalah sama situ¬_¬
“Hehe.. tapi kamu lucu kok”
“Eh? Aku dibilang imut? Aduuuh, arigatou. Speechless nih di bilang imut..huhhu”  kata Uci-san sambil gerak-gerak enggak jelas, tengok sana sini, pegang pipinya sendiri, cengar-cengir, kayak cacing kepanasan. Lucu banget.
“Iyaa kok”
“Eh? Lagu Indonesia diputer di radio yang muterin lagu Internasional? Wah, hebat”
“Kamu baru tau ya? Kasian. Ah, iya. Musik di Indonesia kayak apa sih?”
“Musik di Indonesia? 2-3 tahun terakhir lagi booming lagu melayu. Dan di Indo, lebih banyak band daripada boyband atau solois. Tahun lalu, boyband jadi booming lagi. Lumayan lah musiknya, nggak melayu. Aku nggak suka musik melayu. Ah. Satu lagi. Lagu di Indonesia, banyak yang galau. Aku nggak suka kayak gitu aku lebih suka lagu yang ceria. Tapi kalo lagi pingin, ya denger lagu mellow juga oke. Dan, lebih parahnya lagi, lirik lagunya nggak banget. Jazz juga booming lagi. Aku lebih suka musik jazz ketimbang melayu. Aku juga suka lagu yang menohok, kayak lagunya kalian, Too Shy. Nah, kalo di Jepang gimana?” jelas Uci-san panjang lebar.
Ekspresinya lucu banget sewaktu menjelaskan tadi. Menggebu-gebu seperti anak TK yang cerita kepada temannya sewaktu di belikan mainan baru.
“Ya seperti ini lah. Hehe. Mengingat disini banyak anime terlahir, jadi kebanyakan lagu disini semangat semua. Kalo disini kebalikan sama Indonesia, disini boyband dan soloisnya banyak.”
“Ohehe. HUAAA! BIGBANG DIPUTER! ASIK!!!” Jerit Uci-san girang
“Boleh di gedein ga volume suaranya? Hehe” tambahnya
“Boleh. Kamu suka Big Bang? Boyband dari Korea itu?” kata
“Iya. Hehe. Especially Tae Yang. Seksi, hehe~”
“Eh? Jadi Uci-san suka yang seksi-seksi?” tanyaku shock.
“Eh? Ya nggak gitu juga. Semua cewek kalo dilihatin orang macem Tae-Yang pasti juga bakal ngeces. Hehe” kata Uci-san nakal
“Eh?!! Dasar kamu ini! Kamukan masih kecil!!!” kata ku sambil mencet hidung Uci-san.
“Aduh. Ampun! Ampun!” kata Uci-san
Ku lepaskan tanganku dari hidungnya. Kasihan Uci-san.
Uci-san mengusek-usek hidungnya yang mereah karena kupencet. Lucu sekali.
“Sakit tau:3 Jahat ihhh” kata Uci-san masih ngusek-usek hidungnya.
“Iya iya. Maaf. Hehe. Aku traktir ice cream deh”
“Vanilla!”
“Oke, ice cream vanilla”
“Extra large”
“Hah? Extra large? Enggak! Ukuran biasa aja”
“Large?”
“Nggak!”
“Medium”
“Oke. Cewek kok makannya ukuran extra large. Gak lazim. Cewek seumuran kamu kan pantang makan banyak-banyak”
“Itu kan mereka. Bukan aku. Kalau mereka pilih itu, ya biarkan saja. Aku bukan mereka, aku dan mereka berbeda Dai-chan”
Kamu memang berbeda batinku tanpa sadar
“Lagian, sekarang juga lagi masa pertumbuhan. Jadi nggak apa kalo makan banyak”Tambah Uci-san

Deg

Alasan ini, sering sekali di pakai Ryutaro. Mereka memang sama. Kenapa bisa begitu?

“Persis Ryutaro”
Kalimat itu keluar tanpa kusadari. Membuat Uci-san bingung
“Hah?” tanya Uci-san
“Eh? Nggak papa. Kita udah sampai Uci-san. Ayo kita turun”
“Hai”

Sebelum masuh Harajuku, kami berkumpul di depan dahulu.
“Yama-chan, kau mau sendiri-sendiri atau bareng aja?”
“Sendiri aja ya Dai-chan” kata Yama bernada memohaon.
“Hmm.. un~ kita berkumpul disini lagi ya”
“Hai”
“Oke,, Yuk Zahra! Jhaa ne~” kata Yama sambil menggandeng tangan kanan Zahra-san. Lalu mereka tersenyum dan melambaikan tangan padaku dan Uci-san.
Aku memalingkan pandangan kea rah Uci-san
“Jadi, Uci-san. Kita mau mulai dari mana?”
“Hmm, pertama, panggil saja aku Uci. Tidak usah pake san atau chan atau sebagainya. Oke?”
“Un~ baiklah. Uci-san, eeh, maksudku Uci”
“Aah, begitu lebih baik”
“Apalagi?”
“Cuma itu kok”
“Lalu sekarang?”
“Ayoo kita jelajahi Harajuku! Fighting!” kata Uci sambil menggeret tangan kiriku untuk bergegas memasuki Harajuku.
Aaihh, aku digandeng Uci? Arigatou ya tuhan
Aku jadi ikut semangat melihat Uci yang sangat semangat menjajaki satu toko, ke toko lainnya. Aku tersenyum melihatnya.
Kami melihat-lihat dan mencoba topi. Lucu-lucu. Uci mengambil topi yang hiasannya buah-buah super besar. Lebih mirip piring berisi buah-buahan ketimbang sebuah topi. Lalu topi itu ia pakai, lucu sekali. Lalu Uci mencoba-coba topi lain, dari topi ala Lady Gaga sampai opi seperti caping. Ia sangat bersemangat sekali.
Kami mencoba-coba topi yang lainnya. Lalu, si pemilik tokonya bertanya.
“Permisi, cari topi yang kembar ya? Disana ada sepasang topi. Tribbily hat. Itu satu-satunya topi yang sepasang disini. Topi itu kujual hanya untuk pasangan yang benar-benar cocok.” Kata pemilik toko ini, cewek dengan dandanan stylish dan mungkin umurnya duapuluh akhir-akhir.
“Oh, hai. Arigatou” kataku. Lalu aku mengambil topi itu.
Ukurannya pas. Satu ukuran cowok, satu ukuran cewek.
Ku ambil topi itu, kupasangkan dikepalaku. Cocok. Kubayar topi ini  ke pemilik toko yang stylish itu. Lalu aku menghampiri Uci yang sedang asyik memilah topi.
Kupegang tangannya, sampai Uci-san menghadap kea rahku.
“Eh? Ada apa Dai-chan?” kata Uci kaget
“Pakailah ini. Sudah kutemukan yang cocok denganmu” kataku sambil memakaikan topi itu di kepala Uci.
Uci menurut saja.
“Cocok kan?” kata pemilik toko itu.
“Hai. Arigatou gozaimasu”kataku ceria.
“Eh? Kita kembaran?” tanya Uci baru sadar topinya kembaran denganku.
“Iya. Bagus&cocokkan topi yang kupilihkan?”
Uci mendorongku ke cermin besar disebelahku. Uci berdiri disampingku.
Uci mencermatiku dan mencermati dirinya sendiri di cermin. Menghadap kea rahku. Lalu ia tersenyum.
“Sangat bagus dan cocok! Arigatou Dai-chan!!!” kata Uci ceria
Ku gandeng tangan Uci-san keluar dari toko itu. Lalu kembali menjelajahi gudangnya fashion ini.
Aku menemaninya belanja.aku tidak mengeluh. Demi melihat senyumnya yang ceria.
Baju-baju yang ia beli juga lumayan banyak. Tapi celana juga tak kalah banyak. Ia membeli 3 celana pendek sedengkul warna polos, 2 celana pendek sedengkul polkadot&garis-garis, 2 celana yang berkantongkan banyak, 2 celana yang panjangnya ¾ dan satu celana jeans. Dia juga membeli sepatu kats dan 2 cardigan beserta sebuah rompi berwarna kakhi.
Kami juga mampir ke toko yang menjuak gelang, kalung, dan manik-manik. Di toko itu juga bisa membuat karyanya sendiri. Kami mencoba itu.
Uci sedang sibuk dengan kalung buatannya sendiri. Katanya, untuk Tae Yang oppa. Uci sangat berharap sekali bisa bertemu dengan idolanya itu.
Diam-diam, aku membuatkannya gelang. Khusus untuknya, kubuat dengan sepenuh hati. Satu setengah jam kemudian, Uci berhasil membuatkan kalung untuk idolanya itu. Sedangkan aku, hanya memerlukan satu jam untuk membuat gelang seperti ini. Gelang berwarna vanilla twilight ini berbentuk seperti rantai, satu demi satu butiran manik-manik crystal kulekatkan ke kerangka gelangnya. Supaya tidak terlepas dari kerangkainya, ku panaskan crystal itu dengan alat yang disediakan di toko itu agar melekat kuat tidak mudah lepas. Hasilnya lumayan untuk ukuran pemula sepertiku. Bahkan aku juga dipuji oleh si pemilik toko ini.
“Bagaimana Uci? Aku mau lihat hasil karyamu dong” kataku sambil keluar dari toko.
“Sudah jadi! Lihat ini. Bagaimana?” kata Uci sambil melihtakan kalung buatannya itu.
Kucermati kalungnya itu.
Bagus.
Kalung yang bertuliskan nama TaeYang itu memiliki warna biru laut yang indah.
“Bagus kok. Di dalam tulisannya, kamu masukan apa? Seperti bersinar”
“Arigatou Dai-chan. Eh? Cermat juga kamu. Itu, aku masukan sedikit gliter. Hehe. Hasilnya sedikit berantakan. Tapi nggak apalah. Ini juga kalung pertamaku, yang aku buat. TaeYang pasti mau menerimanya. Dia dan grubnya sangat menghargai para fansnya, itu salah satu yang membuatku jatuh cinta padanya dan grubnya. Tentu saja” jelas Uci panjang lebar
“Pasti dia mau. Hmm, sini tanganmu” kataku sambil meraih tangan kirinya dengan paksa.
Kupasang gelang buatanku tadi di tangan kirinya.
“Ehh? Apa sih Dai-chan?” tanya Uci sedikit kesal
“Hah, bagus kan?” kataku sambil melepaskan tangan Uci.
Uci diam menunduk. Menatap sebuah gelang yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
“Kubuatkan khusus untukmu” tambahku.
Aku takut ia tidak menyukainya. Aku berdoa dalam hati. Berharap ia menyukainya.
Ya tuhan, semoga saja dia suka. Please…
Lalu ia mengangkat wajahnya. Tersenyum bahagia.
“Arigatou Dai-chan. Ini sangat bagus. Terimakasih banyak. ” kata Uci senang.
Aku senang bukan main.
Arigatou! Terimakasih ya tuhan!!batinku girang
“Eh? Benarkah?”kataku dengan nada yang nggak kalah senang.
“Iya Dai-chan. Arigatou. Ini sangat indah”
“Baiklah. Ayo kita lanjutkan petualangannya. Sini biar kubawakan belanjaanmu”
Kuambil belanjaan Uci dari tangannya. TapiUci malah menangkisnya.
“Tidak usah Dai-chan. Aku bisa sendiri” kata Uci sopan
“Tidak baik membiarkan wanita membawa barang sebanyak ini. Ayo” kataku lagi sambil meraih belanjaan dari tangan Uci.
“Arigatou Dai-chan” kata Uci senang.
Lalu, kugandeng tangan Uci. Setelah berjalan cukup jauh dari toko gelang tadi, aku bingung, kenapa Uci tidak bersuara.

Lho? Kok diem sih? Tadi aja cerewet. Kok sekarang diem?tanyaku dalam hati.

Kueratkan lagi tanganku.

Lho? Kok rasanya beda? Tadi perasaan nggak gini deh tangannya Uci batinku.

Aku menunduk, memperhatikan sepatu Uci.

Lho? Kok beda sama yang tadi
?
Lalu kuperhatikan tangannya.

Kok agak berisi ya tangannya? Lho? Gelang yang aku kasih tadi mana?

Aku semakin bingung.

Aduh. Jangan-jangan..

Aku menoleh hati-hati kearah Uci.
Aku terlonjak kaget. Mataku melebar.
Aku langsung melepas gandenganku.
“SIAPA KAMU?” kataku kaget pada wanita yang entah siapa dan sejak kapan berada di sampingku serta dalam genggaman tanganku. Aku mencermati wanita itu.
Astagaaa.
Cewek dengan postur tubuh mirip Uci, tetapi gayanya nggak banget.
“Lah? Kamu siapa? Tiba-tiba kamu tadi nggandeng tanganku lebih dulu”
“TERUS KENAPA NGGAK DILEPAS PAS DARI AWAL HAH? OH YATUHAN. .. Gomen gomen. Maaf. huhhuuh..”
“Soalnya,,kamu.. kakkoi sih..” kata cewek itu dengan pd nya.
“Astagaa .. huhuh .. kemana Uci sekarang? Astaga. Aku salah ambil anak orang. aduh. Aku harus cari Uci sekarang” kataku tanpa memperdulian cewek nggak jelas itu tadi
“HEEYY!! KAMU MAU KEMANA!!! HEEEY!! JANGAN PERGI” teriak cewek tadi.
Tapi ku abaikan.
Aku sangat merasa bersalah.
Kemana Uci?
Aku berlari ke tempat terakhir yang kami kunjungi tadi. Nihil. Tidak ada. Aku berlari lagi,  memanggil namanya. Aku tidak peduli kalau orang-orang sampai sadar keberadaanku. Jika aku dikepung oleh fansu ku, aku akan meminta izin secepatnya pada mereka, untuk segera pergi. Tapi untung saja, tak ada yang menghiraukanku.
“UCI!! UCI!! DIMANA KAMU?” teriakku ke segala penjuru arah.
Aku sangat cemas.
Aku mencarinya kesana kemari.
Tak peduli berapa puluh orang yang sudah ku tabrak dalam keramaian Harajuku ini.
Ya tuhan. Temukanlah Uci. Bantulah aku untuk mencarinya batinku dalam hati, meminta pertolongan pada tuhan.
Aku berteriak sekencang-kencangnya.
“UCIIIIIIII!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
**********************

# Uci Pov



CRIIIINGGG..
Suara genrincing pintu toko gelang saat kami keluar.
“Bagaimana Uci? Aku mau lihat hasil karyamu dong” kata Dai-chan sambil keluar dari toko.
“Sudah jadi! Lihat ini. Bagaimana?” kataku sambil melihtakan kalung buatanku pada Dai-chan.
“Bagus kok. Di dalam tulisannya, kamu masukan apa? Seperti bersinar” kata Dai-chan
Horee. Eh? Dai-chan cermat juga ternyatabatinku
“Arigatou Dai-chan. Eh? Cermat juga kamu. Itu, aku masukan sedikit gliter. Hehe. Hasilnya sedikit berantakan. Tapi nggak apalah. Ini juga kalung pertamaku, yang aku buat. TaeYang pasti mau menerimanya. Dia dan grubnya sangat menghargai para fansnya, itu salah satu yang membuatku jatuh cinta padanya dan grubnya. Tentu saja” jelaskupanjang lebar
“Pasti dia mau. Hmm, sini tanganmu” kata Dai-chan sambil meraih tangan kiriku dengan paksa.
Dai-chan memasang sesuatu di tangan kiriku.
“Ehh? Apa sih Dai-chan?” tanyaku sedikit kesal
“Hah, bagus kan?” kata Dai-cahn sambil melepaskan tanganku.
Aku diam menunduk. Menatap sebuah gelang yang melingkar di pergelangan tangan kiriku.
Gelang? Dai-chan memberiku gelang?batinku tak percaya, tapi tersirat nada genbira saat mengatakan kalimat itu dalam hati
“Kubuatkan khusus untukmu” tambah Dai-chan.
WHAT? DIBUATKAN KHUSUS UNTUK AKU? TERIMAKASIH YA ALLAH.. MIMPI APA AKU SEMALEM?batinku girang tapi masih nggak percaya.
Lalu aku mengangkat wajah. Tersenyum senang ke Dai-chan.
“Arigatou Dai-chan. Ini sangat bagus. Terimakasih banyak. ” kataku senang
“Eh? Benarkah?”kata Dai-chan dengan nada yang nggak kalah senang.
“Iya Dai-chan. Arigatou. Ini sangat indah”
“Baiklah. Ayo kita lanjutkan petualangannya. Sini biar kubawakan belanjaanmu”
Dai-chan mencoba mengambil belanjaanku. Aku menangkisnya.
“Tidak usah Dai-chan. Aku bisa sendiri” kataku sopan
“Tidak baik membiarkan wanita membawa barang sebanyak ini. Ayo” kata Dai-chan lagi sambil meraih belanjaan dari tanganku
Aku mengalah.
“Arigatou Dai-chan” kata Uci senang.

“Eh, ada toko batik? Wah hebat. Masuk ah” kataku semangat.
Aku berjalan semangat menuju toko batik yang berada di seberang toko gelang yang barusan kami masuki.
CRINGG..CRINGG..CRINGG
Suara pintu toko batik itu, ketika aku memasuki toko itu.
“Waahh, batiknya bagus. Eh? Mega mendung!” kataku ketika melihat baju dengan motif mega mendung.
“Selamat datang”
“Eh? Orang Indonesia?”
“Iya. Eh? Kok bisa tau?” kata si pemilik toko nya.
“Logatnya kayak orang Surabaya. Hehe” kataku sok tahu.
“Wah, pinter. Aku pancen seka Suroboyo dek. Kamu seka Suroboyo juga?”
“Tuhkan. Saya benar.hehe. bukan, dari Jogja saya. Hehe”
“O.. Jogja. Mau beli batik apa?”
“Mau beli yang ini.” Kataku sambil menunjuk baju batik bermotif mega mendung yang di modiv seperti kemeja.
“Sing iki tah? Yang ini bajunya sepasang. Dan yang ini langka lho. Motif utamanya memang mega mendung, tapi juga disen-isennya ada motif lain. Kainnya juga enak di pakai. Coba di rasain kainnya.”
Aku mencermati kainnya. Iya. Benar. Ada motif lain juga. Kainnya juga enak untuk di pakai.
“Apik kok. Aku jadi beli yang ini”
“Unn~ tunggu sebentar ya.”
Setelah membayar di kasir, aku keluar.
“Dai-chan, bagaimana pendapatmu? Aku membeli sepasang baju batik. Ryu suka nggak ya?” tanyaku kepada Dai-chan sambil melihat baju batik yang sehabis ku beli
Eh? Kok nggaj nyaut ya?batinku bingung. Aku mendongak.
“Eh? Dai-chan mana?” tanyaku bingung. Aku menoleh ke segala arah. Tapi aku tidak melihat Dai-chan dimanapun.
“Dai-chan? Dai-chan?” aku berteriak memanggil-manggil Dai-chan.
Aku mencarinya kesana kemari.
“DAI-CHAN!!!” aku berteriak takut.
Aku berlari ke kerumunan orang, mencari Dai-chan.
Tetapi tetap nggak ketemu.
Aku takut.
Aku memanggil namanya keras-keras hamper menangis.
“Dai-chan.. dimana kamu?” kataku putus asa, kali ini air mata menetes, turun ke pipiku.
“Dai-chan?” kataku pada seseorang yang kukira Dai-chan.
Setelah orang itu menoleh, aku meminta naaf
“Ne?”
“Oh.. gomenn.. gomen”
Lalu orang itu pergi. Aku melanjutkan mencari Dai-chan
“Dai-chan?” kata ku pada seseorang. Salah. Dia bukan Dai-chan. Berkali-kali aku panggil Dai-chan, dan berkali-kali juga aku salah.
“Dai-chan. Dimana kamu?” kataku lemas.
Aku sudah tidak tahu, apa yang akan terjadi nanti.
Aku tidak tahu arah jalan untuk pulang. Buta arah. Aku takut kejadian seperti ini terjadi lagi. Pertama, aku hilang dari rombongan Indonesia, kedua, ya sekarang ini.

Ohhh ya Allah..kataku sedih.

Aku duduk ditrotoar, bersandar di tiang listrik.
Aku melihat kea rah gedung yang memasang spanduk hp.
“Hmm.. hp..” kataku nggak sadar
“Ah. Iya! Hp! Aku seharusnya telepon dari tadi”
“Bodoh!”
Aku mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans ku.
Kucari nomor Dai-chan.
Tidak ada.
“Ah.. Iya. Ryutaro!”

Tuuuttt.. Tuuuttt..

Diangkat!

“Moshi-moshi” kata Ryu dari sebrang sana
“Ryutaro! Tolong aku! Aku terpisah dari Dai-chan. Aku tidak tahu sekarang Dai-chan dimana” kataku dengan nada penuh minta pertolongan
“Hah? Kenapa bisa begitu? Dimana kamu sekarang?” kata Ryu khawatir
“Nanti saja ku jelaskan. Aku takut sendirian. Cepatlah datang. Aku masih di Harajuku. Depan gedung yang ada spanduk handphone merk X”
“Oh, hai. Akan kujemput kamu sekarang. Tunggu aku! Jangan kemana-mana”
“Hai”
Kutekan tombol END untuk mengakhiri pembicaraanku dengan Ryu.
Aku duduk.
Bersandar pada tiang listrik sambil memeluk kedualututku.
Aku takut sekali.

20 menit kemudian
Ku lihat seseorang berlari kearahku. Ryu datang. Ia tidak memakai perlangkapan paparazinya. Ia hanya menggunakan kaos hijau dan celana jeans putih.
Ia datang kea rah ku.
“Uci!”
Aku mendongak kearah suara itu. Suara Ruytaro.
“Ahh, untungkah kau tak apa” kata Ryu sambil memelukku.
“Aku sangat takut..”
“Tenang. Aku ada disini Uci. I’ll be there Aku akan menemanimu.” kata Ryu perhatian sambil mengajakku berdiri. Dan menggiringku ke mobil Yabu yang ia pinjam tadi untuk menjemput ibunya dan Natsune.
“Arigatou Ryu” kataku pada Ryu ketika sampai di parkiran Latihan JUMP.
“Douita~ jangan buat aku khawatir lagi ya. Aku sangat mencemaskanmu” kata Ryu sambil tersenyum manis.
Ya Allah, terimakasih telah mengirimkan malaikat pelindung untukku. Akan ku jada dia dengan baik. Terimakasih ya Allahkataku dalam hati, bersyukur.
“Hai”
“Janji?” kata Ryu ceria sambil menyodorkan kelingkingnya.
“Janji” kataku sambil membalas melingkarkan kelingkingku di kelingkingnya.
Setelah itu kami keluar. Ryu membukakan pintu mobil untukku.
“Arigatou” kataku.
“Douita~” kata Ryu sambil tersenyum, lalu lengan sebelah kanannya ia lingkarkan di bahuku. Tangan yang sebelah kiri, membawa belannjaanku tadi. Ia menuntunku sampai kami masuk ke ruang latihan.
Ryutaro memang sangat baik sekali.
“Minnaa… Uci sudah bersamaku” teriak Ryutaro.
Semua yang berada di ruang latihan menengok ke arah kami. Wajah mereka yang tadinya sangat khawatir, sekarang berubah lega.
“UCIIIKKKKK!!!!” kata Zahra, lalu menghampiriku, dan memelukku.
“Kamu kemana aja? Kenapa bisa pisah dari Dai-chan? Kami sangat khawatir tau!” kata Zahra, setelah memelukku.
“Duduk dulu Ci” kata Ryu lembut
“Hai”
Zahra menatap Ryutaro
“Arigatou Ryu-chan! Terimakasih! Terimakasih banyak!” kata Zahra sambil menunduk memberikan rasa terimakasih sebesar-besarnya pada Ryutaro.
“Douita Zahra-san. Aku pasti akan mencarinya walau sampai ke ujung dunia sekalipun” kata Ryu lembut
“Ahh, Ryutaro. Terimakasih!” kata Zahra, lalu memeluk Ryu sebentar. Lalu, Zahra langsung duduk disampingku.
“Ucikk.. jangan buat kita semua khawatir lagi ya” kata Zahra sambil memelukku erat sekali.
“Iya. Gomen gomen. Kamu mau buat aku sesak nafas ya Zah?” kataku ke Zahra
“Gomen, maap maap. Aku sayang kamu cik!” kata Zahra sambil melepas pelukannya.
“Oppa juga sayang kamu. Kami semua sayang kamu. Minumlah” kata Yamada oppa penuh sayang yang tiba-tiba muncul sambil menyodorkan secangkir coklat hangat untukku.
“Ahh, oppa. Arigatou. Aku juga sayang kalian. Terimakasih kalian sudah mengkhawatirkanku.” Kataku sambil menerima secangkir coklat hangat yang diberikan oppa Yama. Mataku sembab. Terasa panas.
“Aaahh.. nggak perlu nangis adikku sayang.. kami semua sayang sama kamu” kata oppa Yama. Lalu Ryutaro, Yuto, Chii, Keito, Inoo, Yabu, Hikka, dan Yuya merapat ke arahku. Kamu semua berpelukan.
“Hey, hey. Sudah. Sudah. Kasihan Uci-san ke gencet kita.” Kata Chii
“Iya. Bubar bubar.” kata Ryu, tapi Ryu sendiri tidak melepaskan pelukkannya dariku.
“Yeeeeeeee!!! Ke eanakan kamu tuh Ryu.” kata Keito.
Lalu semua tertawa.

“Eh,iya. Dai-chan bagaimana?” kataku teringat Dai-chan ketika melihta gelang yang ku pakai.
“Eh, iya sampek lupa. Emm, Yama? Kamu udah telepon Dai-chan?” kata Zahra
“Oh, iya! Astaga. Sebentar. Akan ku telpon dia”

Yama pun menelepon Dai-chan.

30 menit kemudian, suara mobil terdengar memasuki parkiran tempat latihan JUMP.
Terdengar juga suara langkah kaki yang sedang berlari.

KREEEKKK..

Suara pintui yang dibuka kasar.

Dai-chan datang. Nafasnya memburu. Tidak stabil.
Matanyanya mencari-cari sosokku.
“Uciiiiiiiii!!!” Dai-chan berlari ke arahku.
Aku yang sedang asyik-asyiknya main kartu bersama Yuto, Chii, Keito, dan Inoo menoleh kea rah pintu.
“Dai-chan?” kataku kaget, tapi senang.
Dai-chan berlari masuk. Ia memelukku.
“Untunglah kamu ketemu! Aku sangat khawatir. Aku mencarimu kemana-mana” kata Dai-chan dengan nada nggak teratur.
Semua yang kaget, melihat Dai-chan memelukku. Tapi oppa Yama lebih kaget melihat Dai-chan memelukku. Tapi dia tidak komentar apapun.
“Tenanglah Dai-chan. Aku menelepon Ryu tadi. Dan untung saja Ryu bisa menjemputku. Nggak perlu khawatir lagi Dai-chan. Oke?” kataku sambil melepas pelukan Dai-chan dengan sopan dan lembut
“Gomen Uci. Maafkan aku”
“Nggak perlu minta maaf Dai-chan. Nggak ada yang salah kok. Yang pentingkan aku sudah kembali.” Kataku lembut sambil menyunggingkan senyum.
“Minumlah Dai-chan” kata Ryu sambil menyodorkan sebotol air mineral kepada Dai-chan
“Arigatou Ryu” kata Dai-chan lalu meneguk air mineral itu.
Setelah nafas Dai-chan kembali normal, kamu duduk membentuk lingkaran. YamaZa(Yamada+Zahra) duduk di sampingku. Sedangkan Ryu duduk di samping Yuya.
“Jadi, Dai-chan, kenapa kalian bisa terpisah?” kata Zahra seperti anak kecil yang mengintrogasi temannya.
“Kalian benar mau mendengarkan ceritaku?” jawab Dai-chan
“Ayolah Dai-chan, cerita saja. Aku penasaran” rengek Chii
“Jadi, sewaktu kami keluar dari toko, aku menggandeng Uci. Setelah lumayan jauh dari toko, aku baru sadar kalau cewek yang aku gandeng itu ternyata bukan Uci. Tapi cewek lain yang aku nggak tau itu siapa. Pokoknya..hiiii” jelas Dai-chan geli sendiri
Wajah kami semua yang mendengarkan cerita Dai-chan yang penuh penasaran, berubah menahan tawa.
“HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA” tawa Keito yang tak tertahankan
Akhirnya seisi ruangan tertawa semua(kecuali aku).
 “HAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAHA”
“Tuhkan.. kalian malah ketawa” kata Dai-chan sebal
“Hahahah,, habis, kamu ada-ada aja sih Dai-chan. Wkwkwkwk” kata Chii masih geli
“Yee, aku juga nggak tau” jelas Dai-chan sambil menggaruk-garuk kepalanya (yang tidak gatal) dengan malu-malu.
“Makanya dai-chan, kalau meu menggandeng, dilihat dulu orangnya. Jangan langsung nggandeng gitu. Hahaaha ” kata Yabu yang juga masih terkekeh.

“Terus kamu apain cewek itu,, hahaha..hmmppp” kata Ryutaro sambil membekap mulutnya sendiri menahan tawa.
Dai-chan seperti mengingat-ngingat kejadian tadi
“Aku marahi dan aku tinggal. Yang jelas, aku kayak kebakaran jenggot waktu itu” jelas Dai-chan
“BHAHAHAHAHAH”tawa kembali merebak.
“Heyyy, sudah sudah. Ini juga bukan kesalahan Dai-chan 100%. Aku juga ngeloyor ke toko batik tadi”
“Aah, rupanya begitu” kata Yuya.
“Lain kali jangan gitu ya, seenggaknya idzin dulu” tambah Yabu
“Aaah, iya. Maaf. Gomen. Dai-chan, gomen ne~”
“Un~ sudah ku maafkan”
“Aaah, so sweeeeeeett. Berpelukaaaannnnn” kata oppa Yama ceria.

Komentar

Postingan Populer