Love Is In The Air - Pertemuan Pertama di Musim Gugur
Title : Love Is In The Air
Sub Title : Pertemuan Pertama di Musim Gugur
Genre : Romance
Type : Multichapter, Oneshoot
Chapter : 1 [One]
Ratting : PG
Author : Ucii Pradipta
Cast : Hikaru Yaotome, Ichiko Sugawara [OC] dan
segelintir karakter lainnya.
Disclaimer : This is Just a fanfiction. Ichiko
Sugawara belong to me and Hikaru Yaotome belong to himself. Fiction ini dibuat
setelah berakhirnya masa suram part pertama –UAS- di hari Sabtu 6 Desember 2014.
Dengan ulang tahun Hikka tanggal 2 Desember kemarin, maka saya tetapkan cast
fiction kali ini abang ganteng bergigi gingsul. Ini Cuma fiction yaaa~ saya
masih butuh kritik dan saran, jadi setelah membaca fiction ini harap memberikan
komentar. Thakyou! Selamat membaca!^^
-Love Is In The Air-
Pertemuan Pertama di Musim
Gugur
Hembusan angin musim
panas membuat Ichiko semakin terlihat cemerlang. Rambut hitamnya terurai
berkibar seperti bintang iklan shampoo ternama. Senyumnya yang merekah membuat
siapa saja jatuh cinta dengannya begitu mudah.
"Hey, Ichiko! Sudah
cukup bermainnya. Kita disini untuk mengerjakan tugas." ujar Yagi sedikit
berteriak sambil melambaikan tangannya yang menggenggam kuas lukis.
"Ah, iya maafkan
aku. Habisnya anak-anak ini begitu menggemaskan, sih." balas Ichiko dengan
volume suara keras. Yagi berada dibawah pohon rindang ditemani dengan satu
kanvas lukis miliknya yang sudah memunculkan lukisan. Sedangkan Ichiko berada
di tengah taman sambil bermain dengan beberapa anak kecil.
"Ne minna, sudah
dulu ya. Lain kali kita main lagi. Sayonara.." lanjut Ichiko pada
anak-anak.
"Sayonara
onee-chan!" balas anak-anak tersebut serempak sambil melambaikan tangan
pada onee-chan yang mereka jumpai beberapa jam yang lalu.
Dari kejauhan, ada
seorang pria dan wanita yang memandangi Ichiko.
"Apa kau yakin
dengan begini saja cukup?" ujar wanita dengan setelan baju serba hitam kepada pria berwajah
pucat itu.
"Ya.. Sudah
cukup." balas sang pria.
"Hikaru, kenapa
begitu? Bukannya gadis itu adalah gadis yang engkau cinta?
"Aku sudah cukup
bersyukur dengan melihat senyum merekah dan tawanya. Memang menyakitkan melihat
seseorang yang kita cintai tersenyum dan tertawa bukan karena kita. Tapi yang
seperti itu lebih baik daripada melihat air mata membasahi wajahnya karena
keberadaanku disekitarnya." jelas Hikaru dengan ekspresi sedih yang tak
dapat ia sembunyikan.
Matanya
kembali menerawang, mengingat masa lalu ketika ia masih berada dalam jangkauan
Ichiko. Masa pertama kali ia bertemu dan jatuh cinta dengan Ichiko. Gadis yang
ia temui ketika musim gugur dua tahun silam. Perih memang, hanya bisa
mengenang. Namun Hikaru masih bersyukur dapat mengingatnya, dengan mengingat
sosok yang ia cintai itu setidaknya dapat mengurangi rasa rindu karena ia tak
mungkin berada dalam jangkauan Ichiko. Mereka tak akan pernah bersatu. Suatu kenyataan
pahit yang tak bisa ia hindari.
---FLASHBACK---
Bunyi bel pertanda
pelajaran pertama dimulai. Hikaru yang mendapatkan tempat duduk di deretan
paling belakang dekat jendela memandangi halaman sekolah. Saat ini bukanlah
masa tahun ajaran baru, namun entah mengapa gadis itu masih asing dimatanya.
Gadis dengan rambut panjang yang diikat dendah dekat rahang sebelah kannya itu
dengan asal. Gaya memakai tas ransel yang juga asal-asalan, dengan bagian tali
ransel sebelah kiri justru berada di lengan dekat siku bukan di bahu. Sweater
yang dikenakan gadis itu juga terlihat kebesaran.
Memang sekarang sudah
musim gugur, udara mulai terasa dingin. Tapi memakai sweater yang bukan aturan
sekolah namapaknya akan memicu kalimat-kalimat "bijaksana" dari guru
bk. Gadis itu masih saja bermain dengan kucing liar walaupun ia sudah mendengar
bel.
Saat gadis itu tersenyum,
Hikaru tak dapat mengungkiri bahwa degup jantungnya bettambah cepat. Tanpa
rencana apapun, Hikaru membuka jendela kelas tiba-tiba membuat teman sekelasnya
menoleh ke arah suara. Tak kalah mengejutkan, Hikaru melompat ke luar jendela
membuat seisi kelas geger. Pada saat itu, guru mata pelajaran pertama di hari
itu memasuki kelas dan membuatnya marah.
"Hikaru Yaotome!
Pergi ke ruang BK!" teriak Furukawa-sensei yang terdengar samar-samar di
telinga Hikaru yang kini tengah berlari ke arah gadis berkuncir asal-asalan
itu.
Degup jantung Hikaru semakin memburu
ketika melihat wajah gadis itu yang juga sedang memperhatikannya dengan wajah
bingung.
Wajah gadis itu seakan-akan
penuh dengan efek menyilaukan dan bunga-bunga yang bermunculan dimata Hikaru.
Love is in the air. Pandangan Hikaru hanya terfokus dengan gadis itu. Udara
disekitarnya terasa manis dan menyenangkan.
Langkah Hikaru berhenti
saat ia sadar ia tak mampu lebih dekat lagi dengan gadis itu. Ia takut ia akan
pingsan karena tak kuat berdekatan dengan gadis ajaib itu. Sambil
mrnyembunyikan nafas terengahnya, Hikaru membenarkan posisi rambutnya. Ia tak
tahu harus berkata apa. Lidahnya terasa kaku. Sekarang ia justru terlihat
seperti pria sinting yang melompat dari lantai 3. Ia hanya mampu memandangi
gadis itu.
Jantung Hikaru seakan
hampir meledak, ketika gadis itu melangkah mendekati dirinya.
"Anoo.." ujar
gadis itu dengan ekspresi bingung di wajahnya.
"Ha.. Hai?"
balas Hikaru terbata.
"Anata... HENTAI
SAAAAAAA!!!!!!" teriak gadis tersebut.
"Eh? EHHHH????"
giliran Hikaru yang berteriak sekarang.
Sedetik kemudian gadis
itu melayangkan sebuah tendangan ke wajah Hikaru.
Hikaru terbelalak kaget
karena kalimat yang tak terduga itu keluar dan juga karena ia melihat pants
berwarna pink yang dipakai gadis ini.
Sebuah pertemuan yang
menggelikan bukan? Setelah itu keduanya dipanggil ke ruang BK.
Brak...
Kedua tangan Kawai-sensei
memukul meja. Kedua murid itu duduk tertunduk dengan ekspresi wajah menyiapkan
mental sebelum mendapat serangan kalimat bertubi-tubi dari guru BK yang cantik
namun galak ini.
"Hikaru Yaotome
kelas 2-1 nomor urut 34. Ichiko Sugawara kelas 2-2 nomor urut 21. Apa motivasi
kalian untuk melanggar peraturan?" ujar Kawai-sensei dengan aura siap
menerkam.
“Ah, jadi namanya Sugawara. Eh? Sugawara? Bukannya dia aktif
diberbagai organisasi?" gumam Hikaru dalam hati. Hikaru pernah mendengar nama
Sugawara di kelasnya, ya pembicaraan para aktivis organisasi dikelasnya. Yah,
bisa dibilang orang yang menyibukkan diri.
"Ichi-chan, bukannya
sudah ku peringatkan beberapa kali untuk menggunakan sweater official sekolah?
Bukankah sudah ku katakan untuk mengubah gaya rambut yang acak-acakan itu?
Bukankah sudah ku katakan berulang-ulang jika sudah bel segeralah masuk ke
kelas bukannya bermain dengan kucing di halaman sekolah? Bukankah..."
belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Hikaru berdiri.
"Sensei, kalau sudah giliranku cari saja aku dikelas.
Aku baru ingat kalau aku ada ulangan harian." ujar Hikaru.
Ichiko ikut-ikut berdiri.
Tak terduga, ia menarik dasi Hikaru.
"Oiii hentai sa!
Jangan melarikan diri! Kau harus mendengarkannya sampai kupingmu
panas!!!!"
Bukan kuping yang terasa
panas, melainkan wajah Hikaru terasa panas karena begitu malu. Wajah Ichiko
hanya berjarak satu jengkal saja dari wajah Hikaru. Dan setelah sadar akan
kalimat yang dilontarkan Ichiko yang mungkin saja bermakna: "Bodoh, temani
aku. Jangan tinggalkan aku!" membuat senyum Hikaru mengembang.
"Oii.. Ichiko,
Hikaru... Duduk dan diamlah atau kalian saya skors!" ujar Kawai-sensei.
Keduanya membeku mendengar ucapan guru BK itu. Tak ada pilihan selain duduk
diam menuruti kalimat perintah itu.
Dua jam kemudian, kedua
murid itu baru keluar dari ruangan konseling. Beruntung mereka hanya dihukum
untuk menyapu halaman sekolah selama seminggu berturut-turut.
"Kalau bukan karena
kemunculanmu pasti kejadiannya tidak akan seperti ini." ucap Ichiko cuek.
"Aku juga tidak
mengira akan terjadi hal seperti ini. Habisnya kamu seperti badai, sih."
balas Hikaru yang sedang menyapu.
"Dasar cowok cabul.
Tak perlu mencari alasan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan
permasalahan."
Hikaru tak mengira bahwa
Ichiko adalah gadis yang sedikit kasar. Namun Hikaru sama sekali tak
mempermasalahkan hal tersebut. Hikaru melihat adanya benteng besar yang
mengelilingi gadis dengan tingkah tak terduga itu. Hikaru ingin merobohkan
pertahanan itu perlahan.
“Ne, Sugawara-san..”
“Hm?”
“Kamu itu.. asli
perempuan kan?”
“Tentu saja! Dasar cowok
cabul sok bodoh!”
“Oh yasudah, berarti aku
normal.”
“Hah?!!”
“Karena aku melihat
keindahan dan kelembutan terpancar dari dalam dirimu.”
“….” Tak ada jawaban dari
gadis berkuncir asal-asalan itu. Ia hanya terpaku mendengar kalimat yang Hikaru
ucapkan.
“Padahal aku sudah bersikap kasar kepadanya. Dan dia
mengatakan seperti itu? Ah, iya benar. Pasti dia mengejekku! Dasar cowok cabul
gingsul!” batin
Ichiko
Hikaru yang merasakan
suasana canggung langsung mencoba mencairkan suasana.
“Etto.. ya, walaupun kau
memiliki sifat brutal dan kasa..” ucapan Hikaru terpotong.
Bukk..
Satu tinjuan di dagu
Hikaru membuat siswa kelas 2-1 itu hamir terbang. Lagi-lagi Ichiko mengeluarkan
kekuatannya.
“Fuh..” ucap Ichiko
sambil meniup tangan kanan yang ia gunakan untuk meninju Hikaru.
“Kalau tidak mau terluka,
jangan berani-berani mengejekku. Beginipun juga aku adalah seorang atlet bela
diri.” Lanjut Ichiko dengan nada yang tegas.
Hikaru memegang area dagu
dan rahang miliknya, sedang menikmati sensasi tinjuan dari sang pujaan hati.
Hikaru tersadar, Ichiko bukanlah gadis yang mudah untuk digapai. Tak dapat
mengelak. Ia menyerah. Ia akan menyerahkan hatinya, hidupnya dan segalanya
kepada gadis itu. Gadis impiannya.
“Setelah beres, segeralah
ke UKS.” Ujar Ichiko kemudian jalan meninggalkan Hikaru dengan dedaunan yang
masih berserakan.
Sekitar 15 menit
kemudian, Hikaru segera ke UKS seperti apa yang disarankan Ichiko. Tentu saja
mau tak mau ia harus kesana untuk mengobati lukanya. Tak disangka-sangka,
ternyata Ichiko berada disana!
“Oi, Sugawara-san. Ku
kira kau sudah pergi ke kelas.” Kata Hikaru membuyarkan fantasi Ichiko.
“Kau lama sekali! Aku
menunggumu, tau!” balas Ichiko sebal.
Sudut-sudut bibir Hikaru
tertarik ke atas, ia tersenyum.
“Ah, gomen gomen.. jaa,
mana ibu guru uks? Kok tidak ada? Lalu yang mengobatiku siapa?”
“Bodoh, jika ibu guru
yang mengobatimu pasti ia akan bertanya siapa pelaku yang telah membuatmu lebam
seperti itu. Pasti aku akan dapat masalah lagi. Cepat, sini! Akan ku obati.”
Benar juga, pikir Hikaru.
Ia menurut saja. Ia menarik sebuah kursi kemudian duduk didepan Ichiko. Dengan
telaten Ichiko mengompres luka Hikaru.
“Apa rahangmu terasa sangat
sakit?” Tanya Ichiko khawatir.
“Ah memang sakit, tapi
tidak terlalu.”
“Maaf, sepertinya aku
berlebihan sampai menendangmu dua kali didaerah kepala. Untung saja tidak
separah yang aku khawatirkan.”
“Jadi.. kau
mengkhawatirkan aku?” balas Hikaru dengan nada yang penuh harap/
“Tentu saja, aku tak
ingin diskors.”
“Ah.. souka.” Sekarang nadanya
mulai loyo.
“Sepertinya lukamu tak
terlalu parah.”
“Untung saja begitu. Tendanganmu
lumyan juga.”
“Hahah, jangan main-main
dengan atlet karate sabuk merah.” Jawabnya dengan sedikit tawa yang keluar.
Telinga Hikaru merasa
nyaman dengan tawa itu. Tawa yang terdengar menyenangkan. Ditambah, dengan
wajah lucu Ichiko yang tiada tandingannya. Lagi-lagi wajah Ichiko seperti
memancarkan efek yang menyilaukan.
“Aah, sebaiknya aku harus
berhati-hati denganmu.”
“Sudah sewajarnya hahaha.
Jangan sampai jatuh sakit, ya! Kau masih harus menjalankan hukuman denganku
selama seminggu ini. Kalau begitu aku duluan. Jya mata!” balas Ichiko kemudian
menyunggingkan senyuman mautnya.
Lagi-lagi di mata Hikaru,
Ichiko terlihat bersinar. Bahkan kali ini efek love muncul dimana-mana dan
membingkai wajah Ichiko. Love is in the air.
“Jya mata? Lagi? Ah! Dia memberikanku
kesempatan! Yoshaaaa, semangat Hikaru!” ujar Hikaru penuh semangat setelah
menyadari bahwa ia akan berjumpa lagi bahkan berduaan dengan Ichiko esok hari.
Love is in the air. Degup
jantung semakin cepat, hari-harimu menjadi terasa menyenangkan. Hanya dengan
sebuah pertemuan dapat membuatmu jatuh cinta dan bertekuk lutut dihadapannya. Love
is in the air. Ketika hari-harimu dipenuhi oleh pikiran tentangnya.
---FLASHBACK END---
“Yoko! Abunai!!!!” teriak
Hikaru saat melihat wanita dengan setelan hitam yang bernama Yoko itu
menyaberang jalan. Ya, bahkan gadis itu telah diterpa mobil berulang kali namun
masih saja berdiri tegak dengan kedua kakinya.
“Tidak ada gunanya kau
mengkhawatirkan orang yang telah mati, mati.” Jelas Yoko santai ketika tubuhnya
terus menerus dilewati mobil.
Yoko menghampiri Hikaru,
kemudian menariknya ke tengah jalan. Hikaru nampak kaget dan ingin mengumpat
kepada gadis itu.
TEETTTTT…
Suara klakson bus membuat
mata Hikaru mendelik. Ia memejamkan mata bersiap untuk diterjang bus dengan
kecepatan tinggi itu. Anehnya, Hikaru tak merasakan apapun. Ia kembali membuka
matanya, ia fikir ia sudah berada disurga.
“Bagaimana? Kau tidak
akan mati. Karena kau sudah mati.” Jelas Yoko santai.
Dengan frustasi, Hikaru
menatap kedua tangannya kemudian berlanjut ke seluruh tubuhnya.
“Ah, iya benar. Aku sudah
mati bulan Desember lalu.” Gumam Hikaru dengan mata sayupnya.
*******************************************************
=To Be Coninue=
Komentar
Posting Komentar