Love Is In The Air - Protect You
Title :
Love Is In The Air
Sub Title :
Protect You
Genre :
Romance
Type :
Multichapter, One Shoot
Chapter : 2 [Two]
Chapter : 2 [Two]
Ratting :
PG
Author :
Ucii Pradipta
Cast :
Hikaru Yaotome, Yamada Ryosuke, Ichiko Sugawara [OC] dan segelintir karakter
lainnya.
Disclaimer :
This is Just a fanfiction. Ichiko Sugawara belong to me and Hikaru Yaotome plus
Yamada Ryosuke belong to themself. Fictionyang pertama kalinya dibuat ngebut
dengan pengerjaan 145 menit saja. Dengan
ulang tahun Hikka tanggal 2 Desember kemarin, maka saya tetapkan cast fiction
kali ini abang ganteng bergigi gingsul. Ini Cuma fiction yaaa~ saya masih butuh
kritik dan saran, jadi setelah membaca fiction ini harap memberikan komentar.
Thakyou! Selamat membaca!^^
-Love
Is In The Air-
Protect You
Berkas-berkas cahaya yang masuk melewati jendela kaca membuat
debu-debu di salah satu gedung olahraga Tokyo tampak jelas. Suasana hening yang
nyaman, penuh dengan rasa kemenangan dan kekalahan yang berbaur jadi satu.
Hikaru duduk disalah satu kursi penonton, memandangi arena pertandingan yang
kosong itu.
“Hikka, dari tadi kau hanya memandangi arena kosong itu.” Ujar
Yoko memecahkan keheningan.
“Dulu, arena itu adalah arena Ichiko bertanding fencing. Masih
terbayang dibenakku, bagaimana Ichiko memenangkan pertandingan. Betapa indah
gerakan yang ia buat.”
“Hei, tahukan kamu jika otakmu selalu mengedit memori yang
tersimpan dikepalamu itu?”
“Aku sudah mati, hal biologi seperti itu sudah tak berlaku
untukku.”
“Ah, benar juga.. kalau begitu lanjutkan saja ceritamu.”
Hikaru menunduk, mencoba untuk tidak menunjukkan emosinya
dihadapan Yoko. Namun ia gagal, senyumnya tak dapat ia sembunyikan ketika
mengingat gadis itu.
---FLASHBACK---
“Ichiko, mau kemana? Aku boleh ikut?” Tanya Hikaru yang melihat
Ichiko sudah bergegas membereskan barang-barangnya.
“Aku mau latihan.”
“Kalau begitu, aku akan menemanimu.”
“Tidak perlu. Kamu belajar saja katamu besok kamu ada ulangan
kimia, bukankah itu alasanmu memintaku mengajarimu kimia?”
“Aa, tashikani.. demo, aku ingin melihatmu bermain anggar.”
Ichiko menarik dasi Hikaru, kemudian menyeretnya mendekat.
“Seberapa besar keinginanmu untuk melihatku latihan, aku tetap
tidak akan memperbolehkanmu menontonku atau mengikutiku.” Ucap Ichiko dingin,
namun matanya menatap mata Hikaru lurus-lurus.
“Nan.. nande?”
“Karena kau bisa mati.” Balas Ichiko kemudian melepas tangannya
dari dasi Hikaru secara perlahan.
“Ahaha… tidak mungkin! Satu-satunya alasan tepat untuk aku mati
adalah sebuah perpisahan denganmu, saat aku tak dapat bersamamu lagi.”
“Pokoknya jangan ikuti aku!”
“Yasudah, aku akan belajar saja disini.” Jawab Hikaru menyerah.
Setahun sudah keduanya saling mengenal, namun Ichiko masih belum
bisa Hikaru dapatkan. Namun ia percaya, bahwa di hati Ichiko hanya ada namanya
seorang.
Hikaru tak ingin menjadi siswa laki-laki abal yang hanya
mengandalkan ketampanan dan kepopuleran saja. Ia juga harus berprestasi dan
berpengetahuan luas. Hikaru belajar mati-matian demi mendapatkan peringkat 1
paralel di sekolah, supaya ia diakui oleh gadis ajaib itu.
“Ketampanan seorang lelaki
akan luntur, when his brain filled nothing. Aku harap, kamu bukanlah orang yang
seperti itu.” Kalimat tersebut menjadi motivasinya. Bahkan gara-gara
motivasi tersebut, Hikaru mendapatkan tawaran beasiswa untuk kuliah di
universitas ternama yang sebelumnya ia tak yakin ia bisa melewati tes masuk
universitas tersebut.
Setelah belajar 10 menit, Hikaru merasa cukup dan segera
bergegas mengikuti jejak Ichiko. Tunggu… kalau Hikaru juara 1 paralel di
sekolah, mengapa ia meminta Ichiko untuk mengajari kimia padanya? Bukankah
seharusnya sebaliknya? Well, belajar bersama merupakan modus yang sering ia
lakukan. Ia hanya ingin bersama Ichiko. Menurut Hikaru, belajar dengan
seseorang yang ia cintai dapat membuat tingkat pemahaman terhadap pelajaran
bertambah. Mengapa? Karena kau pasti ingin melihat orang yang kau sayangi
merasa bangga bahkan bersyukur atas kesuksesanmu, kan?
“Ah.. gor tempat latihannya Ichi-chan dimana ya.. etto..”
gumamnya sambil mengecek email di handphone miliknya, berharap menemukan pesan
milik Ichiko yang menyebutkan tempatnya latihan anggar.
“Ahh, ini dia! Etto, aku harus naik bus jalur 2A berarti.” Tambahnya
dengan didampingi senyuman yang membuat gigi gingsulnya nampak.
Beruntung, Ichiko masih di halte menunggu bus dengan jalur yang sama.
“Ich…” hampir berteriak, Hikaru menutup mulutnya dengan kedua
tangan. Ia ingat, bahwa ia dilarang untuk mengikutinya. Akhirnya ia terpaksa
menjaga jarak dan juga harus sembunyi-sembunyi. Tepat sebelum bus datang,
Hikaru mengenakan topi baretnya dan kacamata-hidung-kumis miliknya supaya gadis
itu tak mengenali wajahnya dengan mudah.
Hikaru berhasil menaiki bus tanpa disadari Ichiko. Ia duduk di
bangku belakang, supaya dapat mengamati gadis yang membuatnya menyerah itu. Tak
lama kemudian, mereka turun dan berjalan menuju gedung olahraga.
Ichiko menghentikan langkahnya, “Berhentilah mengikutiku.”
Hikaru membeku. Tak memberikan jawaban, ia sedang mengumpulkan
mental sebelum ia kena marah.
Ichiko berbalik, berjalan ke arah Hikaru. Kemudian mencubit
lengan siswa lelaki yang sedang menyamar itu.
“Taukah kamu, aku menahan tawaku saat kau menaiki bus. Aku tahu
bahwa siswa yang menggunakan topi baret dan berkacama aneh ini adalah kau. Aku
menahan tawa sepanjang jalan kau tahu! Hahahahah.” Kini tawa gadis itu pecah.
“Aku kira kamu akan marah..” balas Hikaru bingung.
“Iya, awalnya aku memang ingin marah. Tapi sungguh, wajahmu itu
konyol sekali! Aku tak dapat menahan tawaku! Kamu konyol sekali, Hikaru!”
“Kamu nggak marah, kan?” Tanya Hikaru takut-takut.
Ichiko menggeleng, dan tersenyum lembut.
“Aku boleh menemanimu latihan, kan?” Tanya Hikaru lagi.
“Karena sudah sejauh ini, apa boleh buat. Ikou!” jawab Ichiko
ceria diluar dugaan Hikaru. Bahkan ia juga menggenggam tangan Hikaru.
“Apa? Dia menggenggam tanganku? Ini yang pertama kalinya! Aku
harus bagaimana? Aku senang sekali!!!” batin Hikaru. Saat itu juga ia merasakan
rasa bebas dan juga rasa aman.
Selang beberapa langkah mereka mendekat ke gedung olahraga, ada
tiga orang yang menghalangi jalan mereka berdua. Candaan Hikaru berhenti saat
melihat wajah Ichiko menjadi dingin.
“Oh, jadi ini Hikaru yang selalu kau bicarkan itu?” ujar seorang
lelaki yang tingginya tak lebih dari 165 sentimeter.
“Bukan urusanmu.” Balas Ichiko datar. Hikaru bingung dengan
suasana aneh yang muncul tiba-tiba ini.
“Ne, Ichiko, siapa dia?” Tanya Hikaru pelan.
“Dia orang yang berbahaya. Ini yang ku takutkan jika kau bertemu
dengannya.” Jawab Ichiko pelan.
“Oi, Ichiko! Kau yakin, memilih pria kurus kerempeng seperti
dia? Apa dia bisa melindungimu? Kau benar-benar buta. Harusnya kau memilih
aku.” Kata lelaki itu sedikit berteriak.
Ichiko tertawa sinis, kemudian menatap lelaki itu dengan tatapan
membunuh.
“Jangan membuatku tertawa, Ryosuke! Tutup mulutmu itu. Jangan
berbicara yang tak berguna.” Balas Ichiko.
Yamada Ryosuke, seorang siswa SMA ternama saingan sekolah Ichiko
yang juga seorang atlet. Diketahui, sudah sejak lama Ryosuke memiliki persaan
terhadap Ichiko dan ia juga sudah sering menyatakan perasaannya itu kepadanya
namun sesering ia menyatakan, sesering itu juga ia ditolak.
“Aku berbicara atas fakta. Dia tak mungkin bisa melindungimu
seperti aku melindungimu selama ini.”
Nafas Ichiko memburu, rasanya ia sangat ingin menampar atau
meninju orang tiu sampai giginya terlepas. Tunggu, Ichiko marah? Kenapa? Atau
jangan-jangan hal tersebut memang benar adanya? Atau hanya karena Ichiko sangat
menyayangi Hikaru?
“Jika memang begitu, maka aku yang akan melindunginya. Ya, aku
akan melindunginya dengan segala kemampuanku.” Balas Ichiko dengan tegas dan
penuh dengan keyakinan.
Hikaru terpaku mendengar jawaban Ichiko. Ryosuke menelan ludah.
Ia kalah telak dari seorang siswa bernama Hikaru.
“Terserah kau saja.” kata Ryosuke kemudian meninggalkan mereka
berdua.
“Mari kita lihat seberapa besar kemampuanmu, Ichiko..” gumam
Yamada dengan kilatan di matanya.
“Ichiko..” ujar Hikaru sambil menatap gadis yang ingin
melindunginya itu kemudian mendekap Ichiko dalam peluknya.
“Kau tidak perlu melakukan itu.. aku bisa menjaga diriku
sendiri.” Bisik Hikaru dengan nada yang lembut.
“Tidak.. aku hanya.. aku hanya ingin bisa bersamamu terus.”
Jawab Ichiko dengan nada yang tak kalah lembut.
Kemudian Ichiko melepaskan pelukannya, dan kembali tersenyum.
“Ayo, aku bisa terlambat!” ucap Ichiko kemudian berlari menuju
gor.
Dengan setelan baju seperti itu, Ichiko nampak seperti gadis
yang hebat. Benar-benar gadis impiannya. Ia bisa merasakan aman dan tentram
jika bersama Ichiko.
Gerakan anggar yang tak begitu Hikaru mengerti membuat ia
terperangah ketika melihat Ichiko sedang bertarung dengan salah satu lawannya.
Hikaru mengira bahwa lelaki bernama Ryosuke tadi adalah salah satu atlet
anggar. Ternyata lelaki itu adalah atlet karate. Hikaru memergoki lelaki itu
menggunakan baju serba putih khas karate dengan sabuk berwarna hitam.
“Ah, sabuk hitam ya? Mungkin aku tidak akan mati, hanya cidera
parah saja.” prediksi Hikaru terhadap dirinya sendiri jika ia bertarung dengan
Ryosuke.
Setelah latihan selesai, Hikaru mengantar Ichiko pulang. Sudah
sering ia mengantar Ichiko pulang, bahkan ia juga sudah berbincang-bincang
dengan orang tua Ichiko!
Dalam perjalanan pulangnya, Hikaru mendpatkan dua orang
menghadangnya. Dan tanpa alasan dan motif yang jelas, kedua orang itu
melayangkan tinju. Tentu saja Hikaru melawan, namun tetap saja ia kalah saing.
Dibalik sebuah pohon, ada seseorang yang mengintai kejadian tersebut sambil
tersenyum menyeringai.
Keesokan harinya…
“Hikaru! Apa yang telah terjadi padamu?” Tanya Ichiko sambil
mengamati setiap inchi tubuh Hikaru.
“Aku hanya kepleset kok kemarin.hehe jadi tak perlu sekhawatir
itu.” Balas Hikaru ringan.
“Huh, pokoknya nanti Hikaru aku antar pulang. Titik!” ujar
Ichiko kemudian melangkah keluar kelas.
Sepulang sekolah…
“Ne, Hikaru.. ulangan kimia berhasilkan?” Tanya Ichiko memulai
obrolan saat perjalanan ke rumah Hikaru.
“Aku sedikit mengantuk tadi, karena efek obat.”
“Eh? Hontou desuka? Lalu bagaimana?”
“Aku tetap mendapat nilai yang tertinggi dong.”
“Huh.. syukurlah kalau begitu.”
“Wah, wah.. masih bisa berjalan dengan tegap ternyata. Kau
taggih juga.” Ujar seseroang dengan angkuhnya.
“Ryosuke..” gumam Ichiko saat melihat sosok itu.
“Masaka… luka ini apakah dia pelakunya?” lanjut Ichiko.
“Memang benar aku dihadang beberapa orang, tapi aku tidak yakin
bahwa dia pelakunya.” Balas Hikaru.
“Ya! Kedua orang yang semalam adalah pesuruhku.” Sela Ryosuke.
Darah Ichiko nampaknya mulai memanas. Ia naik darah.
“Kamu! Iya, kamu! Kamu yang bernama Yamada Ryosuke adalah
seorang pengecut! Jika kau menginginkanku maka kau hanya perlu berurusan denganku.
kau tak perlu menyakiti orang lain selain aku! Bukankah aku yang telah
menolakmu selama ini? Bukankah aku yang selalu bersikap dingin dan tak acuh
kepadamu!”
“Ah, baiklah kalau begitu. Aku ingin duel denganmu.” Balas
Ryosuke.
“Dengan senang hati, akan ku patahkan rahangmu itu!” jawab
Ichiko.
“Ichiko, kau tak
perlu melakukan ini. Aku tak ingin kau terluka.” Cegah Hikaru.
“Akan lebih menyakitkan jika melihatmu semakin terluka karena
aku. Lebih baik aku saja yang terluka.”
“Tapi Ichiko..” kata Hikaru mencoba mengelak pendapat Ichiko.
“Oi.. kalau kalian tak ingin salah satu diantara kalian terluka.
Mengapa kalian tak mencoba untuk terluka bersama, hah?! Akan ku lumpuhkan
kalian berdua!” teriak Ryosuke .
Kemudian, datanglah tiga orang bala bantuan di pihak Ryosuke
yang mengepung Hikaru dan Ichiko. Si gadis atlet anggar itu melempar tasnya,
kemudian mengepalkan kedua tangannya. Ryosuke masuk dalam lingkaran yang
mengepung Hikaru dan Ichiko.
“Dalam hitungan ketiga, kalian akan aku habisi.” Teriak Ryosuke
frustasi.
“Ne, Hikaru. Misalkan, aku yang menjadi korban, jangan lupakan
aku ya. Aku bersyukur bisa bertemu denganmu”
“Satu..”
“Kau lah satu-satunya orang yang menjadi tujuan akhirku, tempat
dimana aku pulang. Aku mencintaimu.”
“Dua..”
“Dan aku akan melindungimu. Aku tak akan membiarkanmu menjadi
korban apapun. Aku janji.”
“Tiga!”
Baik Ryosuke, maupun bala bantuannya, mulai berjalan mendekat
dan kemudian mulai menyerang. Ichiko yang dulu sempat mengikuti karate selama
SMP, mencoba untuk memanfaatkan ilmunya kembali saat ini.
Ichiko membanting salah satu bala bantuan Ryosuke dengan
mudahnya. Kemudian dengan bantuan Hikaru, Ichiko merobohkan bala bantuan yang
kedua.
“Hikka, aku akan bertarung melawan Ryosuke. Kamu urusi yang satu
ini ya. Aku yakin kamu bisa.”
Hikaru mengangguk.
“Ne, Ichiko. Mengapa kau tak mau juga menerima cintaku ini!”
teriak Yamada kemudian melayangkan tinjuan di perut Ichiko.
“Karena kau adalah manusia paling bodoh!” balas Ichiko diikuti
dengan tendangan yang mendarat di kepala Ryosuke.
“Tapi aku selalu ranking pertama di sekolah! Aku tidak bodoh!”
kata Ryosuke, kemudian membanting Ichiko.
“Kau terlalu bodoh dalam urusan hidup di dunia nyata. Kau buta
mengenai indahnya dunia. Kau hanya terobsesi olehku. Kau hanya manusia yang penuh
dengan obsesi.” Kali ini Ichiko membelitkan tubuhnya dikaki Ryosuke sehinga
Ryosuke terjatuh.
“Aku mengira kau adalah sahabatku, tapi kau ternyata membunuh
orang yang aku suka ketika SMP. Karena itu aku keluar dari karate. Kau seorang
pembunuh!” lanjut Ichiko kemudian membombardir Ryosuke dengan segala teknik
karate yang ia kuasai.
Ryosuke nampak lemas, ia sudah tak berdaya. Ia hancur. Hati dan
juga tubuhnya.
“Oi.. Ichiko.. sudahlah.” Ujar Hikaru sambil menahan tangan
Ichiko yang hendak ia layangkan ke wajah Ryosuke.
“Cih, aku tidak butuh rasa kasihanmu!” kata Ryosuke masih saja
arogan.
“Jika kau mati, maka kau tak akan belajar apapun dari kesalahan
yang telah kau perbuat.” Jawab Hikaru membuat Ryosuke terdiam. Kemudian
menitihkan air mata.
“Dan satu lagi, aku tak akan membuat gadis yang aku cintai ini
sebagai gadis pembunuh. Satu-satunya yang dapat ia bunuh adalah rasa rinduku
kepadanya, dengan cara ia selalu ada di didekatku.” Ujar Hikaru kemudian pergi bersama
Ichiko meninggalkan Ryosuke yang tergeletak di trotoar.
“Ah, Ichiko.. sekarang aku paham mengapa kamu lebih memilihnya
daripada aku.” Gumam Ryosuke yang menghadap ke langit senja sambil menitihkan
air mata.
Sesampainya di rumah Hikaru, keduanya pingsan bersamaan. Mereka
kehabisan energi, mebuat ibu Hikaru panic setengah mati.
Ketika mereka sadar, langit sudah gelap dan dipenuhi
bintang-bintang. Di teras rumah Hikaru, keduanya berbincang dengan nyaman.
“Ne, Hikaru. Terimakasih atas semuanya.”
“Aku yang seharusnya berterimakasih, karenamu aku masih hidup.
Kau telah melindungiku. Aku cinta kepadamu..” ujar Hikaru kemudian mengecup
kening Ichiko.
Hari itu akan menjadi hari yang tak akan pernah keduanya
lupakan…
---FLASHBACK END---
“Wah, berarti Ichiko itu adalah gadis yang kuat ya?” ujar Yoko
kagum.
“Yah, begitulah. Aku bersyukur bisa bertemu dengannya. Namun
sayang, waktuku dengannya setelah itu… hanya sebentar saja. Setidaknya, aku
telah bersamanya dan membuat kenangan yang tak terlupakan sebelum aku
menghilang dari hadapannya.”
====== To Be
Continued=====
Komentar
Posting Komentar