Teman Masa Gitu
Title : Teman Masa Gitu [Part 1]
Genre : Drama, School, Fantasy, Shounen (?)
Type : Multichapter
Author : Ucii Pradipta
Cast : Hey Say JUMP!'s Yamada Ryosuke, Daiki Arioka, Nakajima Yuto dan segelintir OC lainnya.
Disclaimer : This is Just a fanfiction. Kesamaan sifat dan karakter adalah ketidak sengajaan. Para idol belong to theirself, daku hanyanlah butiran debu yang cuma bisa bikin fiction nggak jelas. Dan, kalau ada yang merasa seperti ini, introspeksi diri aja yhaa :)) Ini cuma fiction, so please enjoy! :D
Teman Masa Gitu
Mungkin
sekarang adalah zamannya di mana sebuah rasa percaya itu sudah tak dianggap
berharga. Lihat saja fenomena-fenomena perpecahan suatu hubungan dalam sebuah
persahabatan. Keegoisan nampaknya mulai bangkit dari tidurnya, dan masa
jahilliyah akan kembali menjadi senjata yang ampuh untuk manusia masuk neraka
dengan mudahnya.
Contohnya
saja seperti seorang pemuda bernama Nakajima Yuto yang kini sedang terbaring
lemah di ranjang rumah sakit dengan kabel-kabel yang terpasang di tubuhnya.
Hidup enggan mati pun tak mau, sebuah kalimat yang cocok untuk hidupnya sekarang.
Ia bernafas dengan normal, namun ia selalu tertidur. Kesepian, kata-kata ini
muncul saat kau melihat wajah Yuto.
*
Terdengar
suara musik hiphop dalam sebuah toko fashion. Seorang pemuda yang tingginya tak
seberapa itu sedang mencari aksesoris untuk kepalanya yang sekiranya pas dengan
pakaian yang ia gunakan sekarang. Long Tee putih dengan layers jaket membuatnya
tampak modis.
“Ne,
Yama-chan! Aku harus pilih yang mana?” ujar seseorang yang sedang kebingungan
memilih sepatu namun ia sangat bersemangat.
“Tumben
sekali bingung memilih sepatu! Apapun yang kau pilih, kau selalu mempunyai
selera yang bagus kok, Dai-chan!” balas Yamada kemudian meninggalkan barisan
topi bermerk yang dipajang itu.
“Ah,
ini bukan buat aku kok! Aku akan memberikan ini sebagai hadiah untuk
seseorang.” Balas Dai-chan dengan gembira.
Yamada
tak mempertanyakan untuk siapa sepatu itu, karena ia terlalu senang melihat
Dai-chan terlihat gembira dan bersemangat seperti ini. Ia mengira pasti terjadi
sesuatu yang baik telah terjadi. Ia pun membantu Arioka untuk memilih sepatu
mana yang sekiranya cocok untuk orang itu.
Dua
hari berlalu, Yamada sedang nongkrong di bangku taman kota sembari asyik
menatap wanita-wanita yang menggunakan rok super pendek yang melintas di
hadapannya. Seorang wanita tak sengaja menjatuhkan ponselnya, sehingga ia harus
jongkok untuk mengambil ponselnya tersebut. Mata Yamada mengikuti pergerakan
tersebut, sehingga ia jadi sedikit menunduk. Matanya begitu berbinar melihat
pemandangan yang jarang ia temui di kampus karena ia melanjutkan studinya di
fakultas yang hanya ada pria di dalamnya.
Mata
Yamada kini tak lagi berbinar, karena ia melihat sesuatu yang mengherankan.
Sepatu yang ia pilihkan untuk Daiki beberapa waktu lalu nampak digunakan
seseorang. Langkah kaki orang yang menggunakan sepatu itu semakin mendekat.
Setelah melihat siapa pemakai sepatu tersebut, ia sedikit kaget.
“Mengapa
Daiki begitu bersemangat waktu itu, kalau ternyata hadiah itu hanya untuk dia?
Wah, Daiki tidak normal.” Gumam Yamada tepat sebelum orang itu berhenti
melangkah di dekatnya.
“Habis
lihat apa, Yama-chan?” goda orang itu kemudian duduk di samping Yamada.
“Maha
karya tuhan yang indah tiada duanya, tentu saja!” balas Yamada dengan konyol.
“Kau
hanya perlu mendekati mereka dan kemudian mengajaknya melakukan itu. Kau kan
pria populer!”
“Ah,
mungkin aku memang mesum. Tapi aku hanya ingin melakukan itu bersama jodohku
saja, Yuto-kun!”
“Baka!
Ahaha...” ejek Yuto dengan suara cemprengnya itu.
Keadaan
sempat hening sejenak. Yuto sedari tadi hanya menunduk, menatap sepatu yang ia
kenakan itu. Kemudian ia mulai angkat bicara setelah mengambil nafas panjang.
“Ne,
Yama-chan.. aku sedang kesal dengan Daiki.” Ucap Yuto mulai mencurahkan isi
hati.
Yamada
bingung mendengarnya, “Memangnya ada apa dengan dia?”
Sambil
melipatkan dua tangannya di depan dada, “Ah, dia tuh tidak becus melakukan
sesuatu. Kerjaannya tidak pernah bagus. Aku sebenarnya lebih menyukai Takaki
daripada dirinya.”
Yamada
diam sejenak. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan. Bagaimana bisa, seseorang
yang baik padamu tapi kau justru menjelek-jelekkan dia di depan orang lain? Dan
lagi, Takaki, ia baru bertemu dengannya di universitas tapi mengapa ia bisa
menjelekkan sahabatnya dan membandingkannya dengan orang yang baru ia kenal?
“Tunggu
dulu, bukannya kau sudah berteman dengan Daiki sejah masih kecil ya? Dan
bukannya Daiki selalu berbuat baik padamu?” jawab Yamada berhati-hati.
“Memang
sih. Tapi ya bagaimana lagi ya,
kualitasnya dalam berpidato jelek. Dan aku tidak suka itu. Mungkin aku
harus lebih dekat dengan Takaki daripada Daiki.”
Yamada
tak mampu menanggapi lebih jauh lagi. Hanya sebuah senyuman tak percaya yang
muncul di wajahnya.
*
Brrrt...
Brrtt...
Sebuah
pesan diterima. Daiki yang tengah sibuk menghafal materi pidato untuk ujian
tengah semester terpaksa mengambil ponselnya yang sedaritadi ia anggurkan itu.
09/04/2016
11:30 PM
Yuto:
Daikiiiii.. tolong aku!
Kemudian Daiki segera membalas
pesan itu, air mukanya berubah khawatir.
09/04/2016 11:31 PM
Me: Ada apa? Kau
baik-baik saja, kan?
|
|
09/04/2016 11:32 PM
Yuto: Aku belum selesai mengerjakan paper mata kuliah management,
nih! TT Aku juga belum membuat teks pidatoku sama sekali T^T
|
|
09/04/2016 11:32 PM
Me: Yabbaiiii! Kau harus segera
menyelesaikannya..
|
|
09/04/2016 11:33 PM
Dakara... aku mau minta tolong padamu. Tolong bantu aku kerjakan
paperku ya.. jika aku menyelesaikan paper ini, maka aku tidak akan sempat
membuat teks pidatoku. Onegai T^T
|
|
Daiki berfikir sejenak, ia merasa bahwa ia sanggup membantu Yuto.
Toh, dia sudah menyelesaikan papernya dan juga ia sudah menulis naskah
pidatonya.
|
|
09/04/2016 11:37 PM
Boleh. Aku akan membantumu..
|
|
09/04/2016 11:38 PM
Majide?? Arigatou! Kau benar-benar teman sejatiku! <3
Kalau begitu aku akan mengirimkan bahannya ya!
|
|
09/04/2016 11:39 PM
Baiklah.. jangan sungkan J
|
Tak lama kemudian, Daiki menerima sebuah email. Kemudian ia
akan melakukan belaian di keyboard laptopnya semalaman suntuk. Email yang
dikirimkan Yuto segera ia baca.
“Demi apa...........” gumam Daiki saat membuka file doc yang dilampirkan Yuto. Daiki melepas kacamatanya, mengusap wajahnya dengan perasaan
aneh.
“Belum selesai? Kau bahkan hanya membuat judul dan
abstraknya saja... huh, untung kau itu temanku. Kalau bukan, mana sudi aku
mengerjakkannya!” gumam Daiki lagi, kemudian ia dengan legowo mengerjakan paper milik Yuto.
“Yesss! Daiki memang yang nomor satu!” ucap Yuto setelah
membaca balasan chat terakhir dari Daiki.
Ia memasukkan ponsel ke saku celananya saat seorang wanita
memanggil namanya dengan sedikit berteriak. Musik lantang, bau alkohol dari
segala arah dan lampu warna-warni khas pub. Ya, Yuto sedang bersenang-senang.
“Anooo, sepertinya aku sudah harus pulang.” Teriak Yuto di
telinga seorang perempuan berambut pendek.
“Masih jam segini, sudah mau pulang? Kau benar-benar masih
anak kecil ya..” balas wanita itu.
“Aku harus mengerjakan tugasku, Yoshida-san.” Balas Yuto
dengan mendekatkan kepalanya ke telinga wanita itu.
“Baiklah kalau begitu, temani aku sampai 15 menit lagi.”
Balas wanita itu kemudian memeluk tubuh Yuto dengan manja.
-TO BE CONTINUED-
Komentar
Posting Komentar