Teman Masa Gitu
Title : Teman Masa Gitu [Part 2]
Genre : Drama, School, Fantasy, Shounen (?)
Type : Multichapter
Author : Ucii Pradipta
Cast : Hey Say JUMP!'s Yamada Ryosuke, Daiki Arioka, Nakajima Yuto. Yamazaki Kento, Yo Yoshida dan segelintir OC lainnya.
Disclaimer : This is Just a fanfiction. Kesamaan sifat dan karakter adalah ketidak sengajaan. Para idol belong to theirself, daku hanyanlah butiran debu yang cuma bisa bikin fiction nggak jelas. Dan, kalau ada yang merasa seperti ini, introspeksi diri aja yhaa :)) Ini cuma fiction, so please enjoy! :D
Perasaan kikuk muncul, udara terasa kering dan tidak lagi nyaman. Aneh! Yamada tak tahu harus menanggapi apalagi. Bagaimana tidak, jika ada orang yang menjelekkan salah seorang sahabatmu tepat dihadapamu! Dan perasaan
complicated semakin menjadi.
“Waaah, rasanya aku rindu masa SMA! Apa kau juga merasa
begitu?” tanya Yamada mencoba mengalihkan pembicaraan. Ia merasa tak nyaman,
karena Daiki merupakan salah satu teman terdekatnya saat SMA.
Yuto hanya tersenyum tipis menanggapinya. Mungkin ia merasa
tertampar dengan pertanyaan Yamada. Bagaimana tidak, Yuto dan Daiki sewaktu SMA
seperti perangko! Di mana ada Daiki, pasti di sana juga ada Yuto.
Yuto, Daiki dan Yamada adalah sahabat baik, saat SMA mereka
juga terkenal karena wajah mereka yang “pacar-able”. Namun Yamada adalah yang
terpopuler saat itu. Karena bosan di kelilingi wanita, Yamada akhirnya memilih
untuk kuliah di sebuah fakultas yang jarang ada peminat perempuannya. Ia
mengambil jurusan seni murni meskipun ia bisa juga masuk ke jurusan musik. Yuto
dan Daiki masuk ke universitas yang berbeda dengan Yamada, mereka masuk ke
universitas yang cukup terkenal dan mengambil jurusan ilmu komunikasi.
“Yuto-san..” suara seorang wanita berhasil memecahkan
keheningan yang ada di antara kedua pemuda tampan itu.
Yamada mendongak, mendapati seorang wanita dewasa berhenti
tepat di depan Yuto. Seketika Yuto menyenggol lengannya seakan memberi isyarat ‘waktuku sudah habis’ kemudian ia
berdiri di samping wanita tersebut.
“Jaa, kalau begitu aku duluan ya! Ada urusan. Sampai besok!”
ujar Yuto berpamitan, lalu tangan wanita itu menggelayut di lengan Yuto.
Yamada memiliki perasaan aneh ketika melihat mereka berdua
berjalan menjauh. Ah mungkin karena ia jomblo sehingga merasa aneh kalau melihat
temannya bersama pacarnya, pikirnya. Kemudian ia membuang jauh-jauh perasaan
aneh yang muncul seketika itu.
*
“Wah lukisanmu tidak buruk juga, Yamada!” ujar Yamazaki
Kento teman satu kelasnya.
“Aduh, aku dipuji master lukis... rasanya aku mau meleleh.
Kyaaa~” balas Yamada sembari meletakkan palet dan kuasnya.
“Minjijikkan, jangan ikuti gadis-gadis itu dong..” jawab
Yamazaki geli. Ia salah satu ikemen
yang ada di fakultas ini.
Kedua “Yama” yang
tampan ini di pertemukan saat upacara penerimaan mahasiswa baru di kampus.
Mereka bertemu saat bersembunyi di gedung belakang dari gadis-gadis yang
mengejar mereka. Mungkin prodi mereka, atau bahkan fakultas mereka hanya
memiliki pria tampan yang hanya dapat dihitung dengan jari. Dan yang paling
laris diantaranya adalah duo Yama ini, Yamazaki dan Yamada. Keduanya berteman,
namun juga saling bersaing. Ada kabar bahwa keduanya menyukai seorang gadis
yang sama.
“Jadi, kenapa kau melukis dengan ekspresi sedih? Bukankah
tiga orang yang kau lukis itu saling berangkulan dengan senyum yang cerah?”
tanya Yamazaki sembari melanjutkan lukisannya.
Yamada menghela nafas panjang, “Saaa.. entahlah.”
“Hei, apa kau sudah minta izin kepadaku?” lanjut Yamada
sembari meletakkan kedua tangannya di pinggang.
Yamazaki mengintip Yamada dari balik kanvasnya, “Hah? Izin
untuk apa?”
“Izin untuk melukis gadisku..” ujar Yamada dengan tatapan
dingin serta amarah yang muncul di matanya.
*
“Benarkah? Hebat sekali! Kapan pamerannya?” ujar Yuto
gembira saat Yamada menelponnya.
“Emm.. seminggu lagi. Bagaimana, kau bisa datang?” suara
Yamada tak kalah gembiranya.
“Pasti dong! Aku sangat menantikannya!”
“Kalau begitu, sampai jumpa minggu depan!”
“Tut..tut..tut..tut..” Yuto baru menutup ponselnya setelah
Yamada memutuskan panggilannya.
“Siapa yang menelpon? Tampaknya kau begitu gembira?” ujar
Yoshida kemudian bersandar manja di bahu Yuto.
*
Pagi yang cerah membuat Daiki bersemangat kuliah, meskpun ia
berangkat sendirian. Kehidupannya sedikit berubah semenjak ia sebatangkara
tanpa ada seorang sahabat yang menemaninya. Di depan sana ia melihat Yuto yang
akan memasuki gedung perkuliahan. Ia memberanikan diri untuk menyapa Yuto
meskipun ia masih kecewa dengannya.
“Yuto! Selamat pagi!” sapa Daiki kikuk.
Yuto hanya menatapnya dingin, bahkan Elsa dan Jack Frost
kalah dinginnya. Lalu ia jalan lagi, seakan menganggap bahwa Daiki tidak ada di
sana. Daiki menarik tangan Yuto tiba-tiba, dan tentu saja Yuto menepisnya.
“Kau kenapa sih? Aku berbuat salah denganmu? Kenapa kau
seperti ini, menghindariku?” tanya Daiki emosional.
“Karena kau buruk dalam melakukan pekerjaan apapun, jadi
kita tidak level. Jangan mendekat padaku lagi.”
“Wah, kau jujur sekali.” Ucap Daiki tak percaya.
“Bukankah lelaki memang harus jujur?”
“Ne, Yuto-kun, jika aku buruk dalam melakukan pekerjaan
apapun, lalu mengapa sejak dulu kau selalu memintaku membantumu melakukan
segala hal?”
“Karena kau mudah untuk dimanfaatkan..”
Dada Daiki seakan tertancap sesuatu, sakit. Oksigen yang
masuk juga seakan lenyap, nafasnya terasa berat. Apakah ini yang namanya
kecewa? Apakah ini yang namanya dimanfaatkan? Apakah ini yang dinamakan terlalu
baik?
Daiki tak lagi menahan Yuto. Ia hanya menatap punggung Yuto
yang semakin menjauh. Kemudian ia bertanya-tanya dalam hati, apakah ada yang
namanya mantan sahabat?
*
Peluh yang bercucuran membasahi tubuh para mahasiswa seni
itu nampaknya justu menjadi pemandangan yang menyenangkan bagi beberapa oknum.
“Ah, lihat! Keringat Kento di dagunya! Seksi sekali!!” ujar
seorang gadis di tengah gerombolan gadis pengintai lainnya.
“Lihat deh, ototnya Ryosuke! Ampun, perutnya kotak-kotak
begitu. Aduh ngga nahan..”
“Kyaaaaa, pingin ena-ena sama Ryosukeee!” ujar seorang gadis
yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari para gadis lainnya.
“Kalian, kalau hanya menutupi jalan lebih baik kalian pergi
saja!” ujar seorang penanggung jawab pameran yang sukses membuat gadis-gadis
itu lari terbirit-birit karena auranya yang galak.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam. Semua persiapan
pameran berjalan dengan lancar. Semua lukisan dan karya-karya mereka sudah di display dengan baik.
“Yoshaaa! Semuanya selesai!” hampir semua orang bersorak
gembira.
“Besok waktunya menunjukkan ini. Aku harap dia senang.” Ujar
Yamazaki sambil tersenyum mengamati karyanya sendiri.
“Ckk.. dasar curang! Aku pasti tidak akan kalah darimu.
Lihat saja siapa yang menang.” Balas Yamada kemudian memukul dada Yamazaki
lemah.
Kemudian semua orang membersihkan segala sesuatu yang tidak
berhubungan dengan pameran mereka. Sampah-sampah mereka punguti sambil bercanda
ria karena gembira karya mereka akan di pamerkan ke publik pertama kalinya.
Setelah semuanya selesai, lampu galeri dimatikan dan semua orang pulang untuk
beristirahat.
Suasana yang begitu sepi melekat di galeri tersebut, hanya
cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah ventilasi. Seharusnya, semua orang
sudah pulang. Namun ada seseorang yang masuk galeri dengan cara ilegal. Ia
membobol kunci pintu masuk galeri dengan mahir. Tubuh yang cukup tinggi itu
mengenakan pakaian serba hitam, dan tak lupa mengenakan masker dan sarung
tangan untuk menutupi identitasnya.
Setelah berhasil membobol pintu, ia masuk dengan hati-hati.
Di kepalanya juga terdapat senter kecil yang menerangi pengelihatannya. Ia
menelusuri lukisan-lukisan yang di pajang, seakan-akan mencari-cari nama dari
sang pelukis.
“Ini dia!” ucap orang itu ketika menemukan sebuah lukisan.
Kemudian orang itu membuka tas yang ia bawa.
-TO BE CONTINUED-
Komentar
Posting Komentar