Fanfic: Tears and Smile #6






#Uci’s PoV

Akupun diantar pulang oleh Ryu. Masih menggunakan mobil Yabu. Peran Yabu sangat membantu hari ini, ia sangat berjasa. Tapi aku sampai lupa mengucapkan terimakasih padanya. Akhirnya aku bertanya pada Ryu, aku minta nomor dan e-mail semua anggota JUMP.
“Ryu, bolehkah aku minta nomor dan alamat e-mail semua anggota JUMP? Aku takut kalau kejadian tadi terulang lagi”
“Unn~ silakan” kata Ryu singkat sambil memberikan hp nya padaku disela-sela saat ia sedang menyetir.
“Eh? Boleh aku mencarinya sendiri?” tanyaku takut-takut sambil menerima hp Ryu dari tangannya.
“Tentu. Kenapa nggak boleh? Berikan e-mailmu juga padaku, aku baru punya nomor hpmu saja”
“Unn~ baiklah” kataku menurut.
Ketika aku sedang menyalin nomor&e-mail anggota JUMP, Ryu bertanya padaku.
“Uci, besokkan sudah golden week, kamu ada waktu kosong? Kita pergi yuk”
“He? Golden week? Apa itu?”
“Jadi, selama seminggu besok, kita libur nasional. Awal bulan Mei ini. Setiap tahun pasti ada golden week. Sou, kamu ada waktu kosong?”
Ada. Aku selalu punya waktu kosong kok. Demo, doko ni?”
“Yokatta~ kamu maunya kemana? Aku menurut saja” kata Ryu sambil memberikan senyuman maut nya.
Ya allahh, berikanlah aku iman yang kuat!!!! Batinku
“Hontou desuka?”
“Tentu saja”
“Kalau begitu, Osaka!!”
Osaka? Pilihan yang bagus” kata Ryu sambil menatapku dalam.
Badanku serasa lemas. Jantungku berdebar kencang. Aku menunduk, mencoba meredam rasa yang tak biasa ini. Karena tak tahan, aku langsung acting pura-pura tidak suka.
“Heeey,,, jangan menatapku begitu -____-” kataku sok sebal
“Gomen gomen..hehe” kata Ryu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Oihiya, tadi ibu sms, katanya sepedanya sudah datang. Besok mau bersepada denganku?”
“Eh? Kamu ngajak aku? Beneran nih? Aku mau, aku mau. Tentu saja” kata Ryu senang.
Kulihat wajah bahagia Ryu saat aku mengajaknya tadi. Apakah ia punya rasa yang sama terhadapku? Semoga saja.
“Iya. Besok agak pagian dikit ya. Aku pingin muter-muter Tokyo sebentar. Maukan?”
“Huuwaaaaaa… yang benar? Aku mau. Mau sekali” kata Ryu ceria.
Mungkin memang sifatnya periang begini? Aku tidak boleh ke-ge-er-an dulu. Kalaupun memang Ryu tidak punya perasaan yang sama, tapi menjadi teman saja sudah cukup, asalkan dia selalu periang begini, aku rela, menjalin hubungan hanya sekadar teman dengannya.
“Iyaa, aku serius” kata ku sambil menyunggingkan senyum kekanak-kanakkanku.
“Baiklah~” kata Ryu sambil senyum-senyum.
“Aku mau kirim e-mail untuk Yabu-kun dulu ya, aku ingin mengucapkan terimakasih” laporku pada Ryu.
Lho? Kok aku jadi laporan gini ya sama Ryu? Aduuhh,,batinku sambil menjitaki kepala sendiri.
“Unn~ Yabu-kun memang orang yang baik kok. Kenapa menjitaki kepala sendiri? Ada yang konslet? Sini biar kubantu”
“Ehh. Jangan! Aku nggak mau dijitaki sama kamu”
Awalnya, kukira ia akan ikut menjitaki kepalaku, tapi ternyata.
CUP……
Sebuah kecupan mendarat di keningku.
“Eeehhh??” Kataku kaget. Aku bisu seketika. Jantungku serasa berhenti sebentar. Lalu berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Aku menunduk. Berharap rona merah diwajahku tak terlihat oleh Ryu.
“Bagaimana? Langsung benarkan?” kata Ryu
“Benar-benar membuatku jantungan” kataku malu-malu lalu mengalihkan pandangan keluar jendela sambil senyum-senyum sendiri. Kulihat dari ekor mataku ada senyuman yang tersimpul disudut-sudut bibir Ryu. Ia juga merasakan yang sama. Senyum-senyum sepertiku.
Aku mengalihkan fikiranku dengan mengirim email untuk Yabu-kun.

From    : ucigeelak@yahoo.com
To        : kouyabuta@yahoo.co.jp
Subject            : arigatou gozaimasu
Text     :

Yabu-kun, ini aku, Uci-san. Aku ingin berterimakasih untuk hari ini. Kalau tanpa mobil pinjaman Yabu-kun, mungkin aku masih kedinginan di luar sana. Arigatou gozaimasu ne~ J

Mail pun terkirim. Tak lama kemudian, mailku dibalas Yabu-kun

To        : ucigeelak@yahoo.com
Subject            : douiteshimashite
Text     :

Douteshimashite Uci-san J kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk minta tolong sama kami. Kami akan membantu kok J. Kau pulang dengan Ryu kan? Jangan berbuat aneh-aneh ya di mobilku :P *manchatte

Ketika membaca kalimat terakhir, aku menyentuh keningku, aku jadi teringat kejadian tadi. Aku melirik ke Ryu.
Ada apa?” tanya Ryu
Aduh,, ketahuan -_- sial amat si kula(saya)batinku
“Nandemonai” bantahku sambil melihat kea rah hp.
Yang benar saja, hp ku direbut Ryu dalam satu tarikan.
“Eeeehhh???!!! Kembalikan!!!”pintaku pada Ryu sambil mencoba meraihnya kembali.
Ryu tersenyum melihat mail dari Yabu-kun.
Dengan sigap, ia langsung membalas mailnya.

From    : ucigeelak@yahoo.com
To        : kouyabuta@yahoo.co.jp
Subject            : -
Text     :

Aku sudahh… Mau tau saja kau! :P #RT

Ryu langsung mengirimnya. Lalu mengembalikan hpku.
“Eehh, apa yang kau kirimkan ke Yabu-kun? Akukan malu -__-“ kataku sambil mengecek apa yang telah ia kirimkan
“Aku tidak mengirimkan apa-apa kok” bantah Ryu
“Ini apa?”kataku sambil menunjuk sent item nya dengan mwajah horror.
“Bhahahah, biarkan mereka penasaran ne~ pasti Yabu-kun tau kalo itu aku” kata Ryu lalu menjulurkan lidahnya.

Deg..
Kawaii

Walaupun sekarang ia bersifat kekanak-kanakan, nanti bisa saja berubah menjadi dewasa. Aku tak pernah bisa menebak sifatnya. Aku tidak bisa menebak Ryutaro. Ia seperti alien bagiku, aku tidak akan pernah mengerti, apa yang sebenarnya di dalam hatinya. Suasana menjadi hening.

Hpku bunyi, membecahkan keheningan. Balasan mail dari Yabu-kun


To        : ucigeelak@yahoo.com
Subject            :  EEH?
Text     :

Huaaa, apa yang kamu lakukan Ryuu? Itu anak orang Ryuu!!!! Jangan membuatku penasaran ¬_¬

Aku memperlihatkan balasan dari Yabu-kun kepada Ryu. Ia hanya tersenyum.
“Sudah, tak perlu dibalas. Akan kubalas pakai e-mailku sendiri saja” kata Ryu lembut
“Unn~ Eh,iya. Bukannya oppa Yama sebentar lagi ulang tahun ya? Aku ingin mengerjai dia” kataku sambil menyunggingkan smile evil ku.
“Bukan Cuma kamu saja. Ayo kita kerjai bersama-sama! Pasti anak-anak juga mau. Besok kita rapatkan. Ah,iya. Skalian beritau Zahra-san ne?”
“Siappp!!!”
“Hhaa, kita sampai” kata Ryu ketika kami sudah didepan gerbang rumahku.
“Ahh iya. Arigato gozaimasu Ryutaro-kun”
Aku langsung turun sendiri tanpa menunggu dibukakan pintu oleh Ryu.
“Eeh, kau ini. Akukan ingin membukakan pintu untukmu” kata Ryu sebal
“Gomen gomen, aku kan bisa sendiri. Aku bukan ratu. Aku hanyalah aku. Mengerti Ryutaro-kun?” kataku dengan nada ceria.
“Hmm, kalu begitu kau harus dihukum”
“Eh? Hukum?”
Kami berhenti di depan gerbang. Ryu mendorongku pelan sampai punggungku menyentuh gerbang.
“Kau mau menghukumku apa? Jangan aneh aneh -___-“ kataku sebal.
“Ini hukumannya” kata Ryu setelah itu mengecup pipi kananku dan langsung ngeloyor masuk mobil.
“Sering-sering ya, melanggar hukumanku” tambah Ryu ketika sedang ngeloyor menyelamatkan diri ke mobil.
Aku memegang pipiku. Tak percaya kejadian yang barusan terjadi. Aku diam, terpaku. Senyumku mengembang. Semangatku seperti dipompa. Rasanya seperti ingin meledak.
Tiba-tiba Ryu datang lagi.
“Aku pulang dulu ya?” kata Ryu ceria.
Lalu..
CUP..
Sebuah kecupan mendarat dipipi sebelah kiriku. Ia mencuri ciuman pipi pertamaku, yang sebenarnya akan kuberikan juga untuknya. Tapi aku tak menyangka akan secepat ini. Mungkin pipiku benar-benar merona sekarang. Sekarang aku memegang kedua pipiku dengan rasa tak percaya dengan mulut menganga.
“Jyaaa.. mata ashita!!” tambahnya dengan wajah malu-malu.
Aku belum beranjak dari depan derbang sampai mobil yang Ryu kendarai benar-benar hilang dari pandangan.

“Assalamualaikum~ tadaima!” kataku ketika memasuki rumah
“Walaikumsala~ Ojamashimasu “ saut Zahra
“Okaerinasai” tambah ibu
“Udah dari tadi Zer pulangnya?” tanyaku ke Zahra
“Enggak juga, 10 menit sebelum kamu. Kayaknya yang pulang duluankan kamu to?”
“Eh? Iya po? Ngebut amat si oppa nyetirnya”
“Aah,, Ryu kali yang nyetirnya dilama-lamain. Bisa bisa. Ehmm” jawab Zahra nakal
“Heeeehhh..-_-“
“Kids, come on! We have dinner right now!”  teriak ibu dari ruang makan.
“Hai!” teriak kami kompak.
********************
Keesokan paginya, Zahra sudah di jemput oppa Yama. Bahkan oppa Yama masuk  ke kamar untuk membangunkanku paksaà pertama, badanku digoyang-goyang, tp nggak ngefek sama sekali, kedua, oppa menarik-narik selimutku, alhasil, aku dan oppa Yama malah tarik-tarikan selimut, dan yang menang adalah oppa Yama ¬_¬ tetapi, aku juga nggak mau beranjak dari kasur. Akhirnyaa, aku digeret paksa keluar dari kasur dan aku pun terbangun. Memang kejam dia. Kata-katanya terngiang-ngiang samapi sekarang (lagi menunggu Ryutaro di teras) ‘Jadi wanita itu nggak boleh malas! Ayo bangun! Dasar pemalas! Bangun bangun!kata-katanya persis kayak emak gue di Indonesia ¬_¬ apa dia renkarnasi emak-emak ya?batinku.
“Mereka mau kemana ya? Kok pagi bener oppa nyamperin Zahra? Apa ini salah satu rencana Zahra yah?” tanyaku pada diri sendiri.
Semalam, sewaktu sebelum tidur, aku bercerita kepada Zahra tentang rencana untuk mengerjai oppa Yama, dan aku bilang, kalau besok pagi kami mau rapat jadi, kusuruh saja dia untuk mengulur waktu oppa Yama untuk datang telat. Dan juga aku bercerita tentang kejadian di dalam mobil dan gerbang. Alhasil, aku malah di ciyeee ciyeee olehnya. YamaZah juga aku ajak ke Osaka.
Karena yang ditunggu-tunggu telah datang, aku segera bergegas dan mengambil bekal bentou yang dibuatkan ibu.
“Gomen, buat menunggu lama” kata Ryu sambil tersenyum meminta maaf
“Enggak papa kok. Kamu jalan lagi ya?”
“Iya. Hehe”
“Yaudah, istirahat saja dulu. Sini!” aku menggeret Ryu ke Teras.
“Nah, istirahat saja dulu. Kau sudah sarapan? Jya, ima o bentou wo tabemashou” kataku sambil mengeluarkan kotak bentou dan mempersilakan Ryu untuk mengambilnya.
“Aaaa, enaknya” kata Ryu setelah menelan satu gigitan bentou yang dimasakkan ibu.
“Unn~ enakkan? Ibu pintar memasak. Bisa-bisa aku jadi gembul disini” kataku disela-sela mengunyah bentouku.
“Iya,, enak. Nggak papa kok Uci gendut,. Aku tetap suka” kata Ryu seperti anak kecil yang polos
Aku tersedak. Kaget mendengar kalimat yang ia lontarkan barusan.
“Uhukk.. tunggu, aku ambil minum dulu” kataku lalu melarikan diri ke dapur.
Aku bersender di tembok dapur, tersenyum behagia mengingat apa yang dikatan Ryu tadi. Lalu mengambil minum untuk kami berdua.
Aku kembali ke teras.
“Ini dia..” kataku ceria sambil menaruh gelas berisi air mineral.
Setelah menyelesaikan makan bentounya ia minum, aku juga. Lalu kami berangkat.
“Siap?” kakatu sambil beranjak menuju sepeda baru yang ibu berikan.
“Siap!!!!  Siapa yang kalah, di cium Hikka!!!” kata Ryu sambil mengendarai sepada gunung yang ibu berikan, sedangkan aku, aku naik sepeda yang ada keranjang didepannya.
“Hueekk!!!!!!”
Kami berlomba ke tempat latihan JUMP. Sangat asyik!. Kami juga bersanda gurau ketika berangkat. Kami juga menyanyi bersama, menyanikan lagu dari YUI – Life.ketika ketika kami mulai haus, kami berhenti di mini market membeli susu, aku rasa vanilla, sedangkan Ryu rasa stroberi. Kami minum susu sambil menuntun sepeda kami. Ryu banyak menjelaskan tentang Jepang, tentang kebiasaan, dll. Ryu seperti guide ku, guide cintaku. :D
Perjalanan kami ke tempat latihan JUMP terasa sangat cepat. Kamipun sampai tempat latihan JUMP. karena kami datang berdua, tak ada yang kalah. Maka tak ada pula yang dicium Hikka :D

#Zahra’s PoV

Sebelum tudur, aku memasang bozu di jendela.
“Kamu ngapain masang bazu segala?” tanya Ucik
Kan besok mau jalan. Biar ga hujan besok pas jalan”
“Astaga. Payungan selesai kan? Make masang bozu segala”
“Terserah aku dongse”
“Udahlah. Ngantuk. Oyasumi” kata Ucik sambil menguap
“Oyasumi”

Aku bersiap-siap mau berangkat dengan Yama, aku sengaja ingin lebih pagi dan juga agar Yama sampai ditempat latihan lebih siang.
Beberapa saat kemudian Yama datang.
“Ohayou Saki-chan” kata Yama sambil menyunggingkan senyum malaikatnya.
“Ohayou Yama-chan” jawabku.
“Sudah siap?” ajak Yama
“Sudah~” jawabku riang. Ketika aku beranajak dari sofa, ibu berteriak menyuruhku membangunkan Ucik.
“Biar aku saja ne?”
“Un~” jawabku manut.
Kami masuk ke kamar untuk membangunkan Ucik. Betapa teganya seorang Yama membangunkan cewek yang ia anggap adiknya sendiri itu dengan..
“Ichi.. ichii-chan.. bangun” kata Yama sambil menggoyang-goyangkan badan Ucik. Awalnya lembut dan sabar.. tapi makin lama suaranya mulai mengeras ketika Ucik hanya membenarkan posisi tidurnya.
“Ichii-chan.. bangun!!!” kata Yama mulai emosi
“Eeehh, biarkan aku saja Yama-chan” cegahku sebelum terjadi pertempuran. Tapi apa daya, Yama melarangku. Aku hanya bisa melihat keributan dibelakang Yama.
Yama menarik selimut Ucik. Tak mau kalah, Ucik menarik kembali selimutnya. Yama menarik selimut lagi, begitu juga Ucik. Tarik menarik selimutpun terjadi.
“Heehh!! Bangun! Bangun!” kata Yama ketika memenangkan selimut yang Ucik pakai tadi.
Memang dasar kebo, Ucik juga nggak beranjak dari kasur.
Yama mulai nggak sabar. Ia melipat jaketnya sampai diatas siku. Dengan satu gerakan, Ucik keluar dari kasur. Yama menariknya.
“Jadi wanita itu nggak boleh malas! Ayo bangun! Dasar pemalas! Bangun bangun!” kata Yama ketika berhasil membuat Ucik bangun.
Tega banget-_-tapi keren *.*batinku
Wajah Ucik kelihatan BT. Ia berdiri, tepat didepan Yama. Ucik menyeringit, lalu pergi ke dapur. Minum susu.
“Huhh,, harus dengan cara begitu baru dia bangun” kata Yama lega sambil merapihkan jaketnya lagi.
“Sugoiiii. Hebat, bisa bangunin Ucik! Keren!” kataku sambil tepuk tangan.
“Sudahlah.. ayo kita berangkat!” kata Yama sambil tersenyum ramah padaku, ia menggandeng tanganku.
Dheg..
Ya allah,, berikanlah aku kekuatan do’a ku dalam hati.

Kamipun berangkat. kami berkunjung ke tempat makan, benar. Kami berangkat pagi-pagi untuk pergi mencari sarapan bersama. Jelajah kuliner Jepang di pagi hari. Kami membeli makanan untuk sarapan kami, sedikit, tapi bermacam-macam. Ternyata sangat asyik pergi berwisata kuliner dengan Yama, ia tahu tempat-tempat yang menjual makanan enak.
Ketika aku memakan inarizushi, aku kaget. Ternyata enak.
“Waaa.. enak!!!” seruku setelah menelan satu gigitan.
“Iya, akan kubuatkan yang lebih anak dan special khusus untukmu” kata Yama sambil tersenyum manis, lalu mengelus-eslus pucuk kepalaku. Dadaku kembali berdebar..

#Uci’s PoV

Kami semua berkumpul membentuk lingkaran. Kami hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk merencanakan mengerjai Yama oppa di hari ulang tahunnya.
Yuto-kun menyiapkan kertas dan spidol untuk menggambar rencana kami.
“Baiklah, jadi siapa yang akan membuat emosi yama meningkat akhir-akhir iini?” tanya Hikka si King of jail itu.
“Aku!” usulku.
“Hah, kalau begitu Ryu juga ya? Biasanya kalian juga sering berangtem. Oke, jadi yang bertugas membuat emosi Tama adalah Uci-san dan Ryu” kata Hikka sambil menggambar pola
“Siaappp!!” kataku dan Ryu kompak.
“Tooss!!!”
PLAKK..
“Unn~ hmm,, Chii, bisa kan kamu nggak sama Yama terus?” tanya Hikka
“Hah? Maksudmu?” tanya Chii tak mengerti
“Kamu ngacangin Yama. Bisa kan?”
“Iya dehh iyaa” kata Chii nggak bersemangat.
“Sabar ya.. sabar ya” ejekku dan Ryu.
Aku dan Ryu memang kompak dalam hal seperti ini.
“Unn~ bagus! Jadi ini bagian Yuto, ini Dai-chan, Ini Yabu, ini Yuya, ini Inoo, ini Keito, ini aku” kata Hikka sambil menunjuk-nujnjuk pola yang ia gambar.
Rapatpun selesai. Lalu kami bermain kartu.
“Main gaplek yoook” ajakku
“Hah? Gaplek?” tanya Yuto bingung.
“Jadi, gaplek itu cara mainnya, kartu dibagi rata sampai tak tersisa, terus nggak boleh diliat, terus cara mainnya, nyebutin angka 1-10 terus J,Q,K,A kalo angka yang kita sebutin sama kayak kartu yang kita buka,  kita karus ngeletakin telapak kita di atas kartu cepet-cepet, kalo yang paling akhir megang atau tangannya di atas sendiri, berarti dia yang kalah. Nah, kan kalah tuh, terus dia harus nerima kertu kartu yang udah kebuka. Terus maen lg sampek habis, nggak ada yang pegeng kartu lagi.” Definisiku panjang lebar pada Keito, Yuto, Dai-chan, dan Chii.
“Ohh.. oke oke. Ngerti!” saut Chii.
Permainanpun dimulai..
Ketika Yuto melontarkan angka 9 dan ternyata kartu yang ia buka 9, kami cepat-cepak menumpuk tangan kami. Tanganku berada di bawah tangan Dai-chan. Semua tangan terlepas, tetapi tangan Dai-chan juga tak kunjung lepas, malah Dai-chan juga memerhatikanku sampai bengong.
“Dai-chan.. Dai-chan” panggilku.
Tapi Dai-chan tak kunjung sadar juga. Ia malah menatapku semakin dalam.
Jantungku berdebar..
“Dai-chan!” teriakku
Dai-chan tersadar..
“Tanganmu.. tolong lepaskan..” pintaku dengan kaku
“Oh.. gomen” kata Dai-chan lalu melepaskan tangannya.
Kami jadi canggung. Kecanggungan itu terjadi sampai Yama dan Zahra datang.
Tugas kami dimulai.
“Hehh.. datangnya lama banget! Kasian tuh yang lainnya nungguin lama!” bentakku pada Yama. Memang tidak sopan, tapi bagaimana lagi.
“Gomennasai.. maaf aku datang terlambat” Yama minta maaf pada anggota JUMP lainnya.
Aku menggeret Zahra menjauhi Yamada oppa.
“Bagus!!!! Rapatnya udah selesai kok! Kemana aja sih? Lama banget. Eceiyeeehhhh” godaku
Zahra tersenyum seperti mengingat-ingat kejadian apa saja yang ia lalui.
“Mau tau ajee”
“Eceiyyeeeh”
Zahra tersipu malu.
Sementara kami bercengkrama ria, ke sepuluh cowok kawaii nan kakkoi itu mulai latihan.
***************
Setelah latihan selesai, aku,Ryu,Zahra,dan Yama berencana pergi ke Osaka. Ryu diantar pulang Yama untuk mengambil mobil dirumah. Ketika kami sedang bosan,  Keito mengajak kami masuk ke studio musik mereka. Ternyata disana sudah siap Dai-chan, Yuto, Hikka, dan Yuya. Mereka mau latihan ngeband.
“Baiklah ayo kita mulai, jangan samapi jatuh cinta denganku ya!” kata Hikka dengan PDnya.
Wajahku berubah datar mendengar perkataan Hikka barusan. Mereka memainkan Dash terlebih dahulu. Yang benar saja, Hikka terlihat sangat keren ketika sudah memainkan bass nya itu. Aku melongo,  sedang Zahra girangnya minta ampun.
Setelah lagu selesai, aku tepuk tangan, memuji mereka.
“Huwaaaa.. Kakkoi ne~”
“Mau request apa?” tanya Keito
“The only exception, Paramore. Bisa?” tantangku
“Bisa”
Dan yang benar saja. Mereka bisa. Aura Keito sebagai gitarispun meledak, begitu juga dengan Yuto. Aku makin melongo, melihat mereka bermain musik dengan baik. Zahra sedang melayang tinggi kegirangan melihat nibannya sedang menggebuk drum dengan mantab. Aku akui, mereka memang berbeda ketika memegang alat musik. Aura mereka berbeda, yang jelas mereka kakkoi sak plole..
Aku berdiri dan memberi mereka pujian, mataku berkaca-kaca.
“KEREN!!!!” pujiku sambil bertepuk tangan heboh.
Zahra tambah heboh.
“Sekarang giliran kalian!” kata Yuto
Aku dan Zahra mematung tiba-tiba.
“Hah? Kami? Memainkan alat musik?” tanyaku tak percaya
“Iya. Silakan” tambah Yuya dkk.
Dengan terpaksa kami maju. Aku memilih keyboard, sedang Zahra, ia memilih untuk menjadi vocalis.
“Well, aku harap kalian suka” kataku sebelum mulai memainkan tuts tuts keyboard.
Kumainkan lagu mereka yang telah ku aransemen ulang. Too Shy. Aku dan Zahra bernyanyi bersama.

Ai to yobenaide yume to shiranaide kimi wo mitsumeteta
Zutto zutto zutto itsudemo

Too shy… meguru kisetsu ni To say… tamiki tsukeba
Ano mabushii hibi sugu yomigaeru yo

Too shy… me ga au tabi ni To say… komatta you ni
Sotto waratta kimi otona no kao shiteta

Ichido mo fureawazu (yeah) kitto wasurenai
Sonna ni suki ni naru nowa kitto saigo sonna ki ga shita

Ai to yobenaide yume to shiranaide kimi wo mitsumeteta
Zutto zutto zutto itsudemo

Nanimo iwanaide nanimo shiranaide nanimo kikanaide
Tooku kieta kimi wa hitori de…

Too shy… te wo nobashitara To say… kimi ga ita no ni
Mou kanashii hodo okubyou na boku datta

Kotoba ni suru mae no (yeah) kimochi wo tsutaetara
Ima mo chigau katachi de kitto futari soba ni irareta

Ai to yobenaide yume to shiranaide kimi wo mitsumeteta
Zutto zutto zutto doushite

Koe mo kakenaide uso mo tsukanaide boku wo matanaide
Tooku kieta kimi wa hitori de…

Uh… Like it or not, forever… Like it or not, forever…
Like it or not… I love you, I need you, I want you, ima mo
I miss you kokoro I love you sono mama

Ai to yobenaide yume to shiranaide kimi wo mitsumeteta
Zutto zutto zutto itsudemo

Nanimo iwanaide nanimo shiranaide nanimo kikanaide
Tooku kieta kimi wa hitori de…

Uh… Like it or not, forever… Like it or not, forever…
Like it or not… I love you, I need you, I want you, sayonara…

“Sugoiiiiiii!!!! Keren sekali! Aransemen yang bagus!!! Hebat!!” kata Dai-chan sambil tepuk tangan.
“Kalian.. hebat! Kau bisa duet dengan Inoo Uci-san!” puji Yuya
Keito dan yang lainnya speechless hanya bisa tepuk tangan.
“Kalian pingin bisa alat musik? Kalian pingin apa?” tanya Yuya
“Sebenarnya,, aku ingin sekali bisa jadi DJ. Hehe”  jawabku
“Mau ku ajari?” tanya Dai-chan
“Hwaaaa… boleh?” tanyaku girang.
“Tentu saja boleh” jawab Dai-chan ceria.
“Hah, Zahra-san?” tanya Hikka
“Zahra pingin di ajarin sama Yuto katanya” godaku
“Eh? Majide?” tanya Yuto shock tapi bernada bahagia
“Ehh? Enggak kok! Enggak!”  kilah Zahra
“Nggak papa kok :D aku mau ngajarin Zahra-san ;)” jawab yuto dengan senyum polosnya.
“Yuto mau? Alhamdulillahh” kata Zahra bersyukur
“Hmm.. ya sudah. Kalian belajar ya. Kami mau diluar saja” kata Keito sebelum keluar studio. Tinggallah kami berempat.
“Ayo, ke ruang DJ. Ruang DJ ada didalam studio. Itu tuh, yang ada kacanya. Ayo” ajak Dai-chan
“Unn~” jawabku sambil mengikuti Dai-chan dari belakang.

#Zahra’s PoV

“Hah, Zahra-san?” tanya Hikka
“Zahra pingin di ajarin sama Yuto katanya” goda Ucik.
Sialan nih anak -_- malu tauuu!!!batinku
“Eh? Majide?” tanya Yuto shock tapi bernada bahagia
 “Ehh? Enggak kok! Enggak!”  kilahku
“Nggak papa kok :D aku mau ngajarin Zahra-san ;)” jawab yuto dengan senyum polosnya.
What the? What the? YUTO MAU?!!! ASIKKK!!! ALHAMDULILLAH YA ALLAH…batinku girang.
“Yuto mau? Alhamdulillahh” kataku
“Hmm.. ya sudah. Kalian belajar ya. Kami mau diluar saja”
“Ayo, ke ruang DJ. Ruang DJ ada didalam studio. Itu tuh, yang ada kacanya. Ayo” kata Dai-chan lalu berjalan ke ruang yang ditunjuknya.
“Unn~” jawab Ucik sambil mengikuti Dai-chan dari belakang.

“Haaa, ayok. Sini aku ajarin. Pertama, cara duduknya. Kayak gini nih. Terus, pegang sticknya, nggak usah kaku. Sekarang coba deh” jelas Yuto sambil mempraktikkan.
Aku duduk, dan mengikuti papa yang dicontohkan Yuto.
“Haaa, bagus. Udah bener kok. Coba deh, kamu pukul drumnya pelan-pelan. Terus injek itunya, yang kayak persegi panjang itu. Coba satu-satu dulu.”
Aku menuruti seperti apa yang Yuto perintahkan.
Dug.. dug.. cess.. cess..
Lho? Kok cess? Batinku bingung.
“Bukan injek yang itu, tapi yang satunya. Itu yang kamu injek buat tamborin, tuh, tamborinnya goyang-goyangkan? Injek yang ini” kata Yuto sambil  membenarkan posisi kaki ku.
Dheg…
Yu.yuto benerin posisi kaki ku? Kyaaa>.<
“Coba.. injek lagi. Ikuti tempo ku” kata Yuto
“Hai!”
Aku menurut saja..
Aku mencoba memukul drum dan menginjak entah apa namanya itu dengan tempo yang sama, tapi susah, susah sekali. Aku menyerah.
“Aku menyerah!” kataku sambil meletakkan stick drum.
“Yaaah, masa gitu aja nyerah. Sini-sini” kata Yuto tak sabar sambil meletakkan stick drum di kedua tanganku.
Ia menggenggam tanganku. Tangannya terasa sangat.
 “Gini nih.. ikutin temponya..”
Jantungku berdebar kencang, darahku pun juga mengalir lebih deras..
Ya Allah.. kyaaa kuatkanlah imanku  >.<
“Kok kaku sih? Lemes aja”  kata Yuto lalu mengeratkan lagi tangannya.
Begitu tersadar, Yuto langsung melepaskan tangannya. Ia salah tingkah.
“Gomen.. bukan bukan maksudku..”
“Ne.. gak papa”
Kulihat, Yuto tersenyum malu bercampur senang, entah. Yang jelas, aku jadi malu sekarang. Tapi juga bahagia.
#Uci’s PoV

“Astaga.. nih pencetan banyak amat” kataku terkaget begitu melihat meja DJ.
“Itu untuk efeknya aja, juga pengaturnya, nah, kalo yang ini tempat muter piringan hitamnya.” Kata Dai-chan menjelaskan dengan sabar..
“Hmm.. yaya.”
“Pake headphone nya dulu” kata Dai-chan sambil memakaikan headphone padaku.
Kyaaaa.. astaga.. dai-chan *.*  ya Allah, mungkinkah? Dai-chan suka aku? Nggak! Nggak! Nggak! Dai-chan nggak suka aku! Mungkin aku dianggap sebagai adiknya aja. Iya! Adiknya! Kilahku dalam hati
“Haah, kita pasang backsoundnya dulu” kata Dai-chan sambil memasang kabel penyalur laptop ke speaker, lalu menyalakan backsoundnya.
Lalu ia memasang piringan hitamnya.
Ia mencontohiku bagaimana cara memutar dan memainkan piringan hitam yang benar. Lalu aku mencoba memainkan piringan hitam dengan instruksinya. Ternyata susah menghasilkan bunyi yang bagus. Ku putar saja piringan hitamnya asal.
“Eeehh.. bukan gitu!!! Bisa rusak nanti. Mahal ini alat -_-“ kata Dai-chan
“Gomen,, aku nggak bisa. Gomennnn”
“Hmm.. nggak papa. Coba ulangi”
“Unn~”
Ku ulangi caraku memutar piringan hitam.
Tiba-tiba, tak kuduga, Dai-chan melingkarkan lengan kanannya di bahuku. Kepala kami berdekatan, mungkin hanya berjarak satu jengkal. Sedang tangan kirinya menuntunku bagaimana cara memutar piringan hitam.
Dadaku berdebar. Darahku mulai panas, oksigen terasa semakin menipis, keringatku mengalir tak seperti biasanya, padahal ruang ini ber-ac.
“Nahh,, jadi begini caranya” kata Dai-chan sambil menuntun tanganku untuk memutar piringan hitam dengan cara yang benar.
“Gomen Dai-chan”
“Eh?”
Aku tersenyum kikuk. Di-chan tersadar, lalu ia melepaskan tangannya beserta rangkulannya.
“Gomen Uci.” Kata Dai-chan dengan nada tak percaya dan kecewa. Terlihat sekali di matanya, bahwa ia kecewa. Ia melangkah kebelakang.
“Mm.. silakan, lanjutkan sendiri, maaf bukan maksudku...” kata Dai-chan sambil melangkah mundur. Ia hanya berdiri dibelakangku.
“Hai. Daijoubu Dai-chan”
Aku merasa bersalah, entah kenapa aku merasa berdebar tiap kali berdekatan dengan Dai-chan, tetapi rasanya berbeda bila aku berdekatan dengan Ryu, belum ku temukan kenyamanan di dalam diri Dai-chan.
**************
“Uchiiiiikkkkk~ Yama sama Ryu udah dateng. Ayook!” kata Zahra memecah keheningan yang dipadati musik yang ku buat.
“Ehh? Hai! Tunggu!” kataku sambil melepas headphone.
“Dai-chan, aku pamit dulu ya. Mau pergi sama Ryu, oppa Yama, sama Zahra”
“Doko ni?”
Osaka ni ikimasu. Nande?”
“Oooh, ki o tsukete ne”
“Hai! Jyaa”

Kulihat sudah ada Ryu dan Yama menanti di ruang tunggu bersama yang lain. Mereka tersenyum kea rah kami.
Yama meraih tangan Zahra, sedang Ryu hanya nenungguku.
“Kami pergi dulu yaa~ jangan merindukanku ya!!!”  kata Yama
Wajah-wajah yang mendengarkan pernyataan Yama barusan langsung berubah datar.
“Bhahahahaha.. Jyaaaa!!!!” pamitku disela-sela tawaku

Kami menuju Osaka dengan mobil pasangan masing-masing. Yaah, biasa lah Yama, serasa dunia milik berdua kalau sudah berada dekat Zahra.

Dalam perjalanan kami mengobrol banyak hal.
“Sou, Uci, kamu disekolah ikut ekskul apa ne?” tanya Ryu memecah keheningan.
“Aku? Ikut PMR. Ku dengar, kamu pinter karate ya? Sugooiii”
“Ah, bukan apa-apa. PMR? Palang merah? Huaaa,, sugoiiii. Kalau gitu, aku bolehkan diobati? Disini” kata Ryu sambil memegang dadanya.
“Bhahahah. Jangan ngelawak.  Setidaknya anggota PMR seperti aku ini mencanangkan hidup sehat, cinta lingkungan.”
“Hahahah.. aku serius.” Kali ini Ryu manarik tanganku ke dalam genggamannya lalu meletakkan tanganku didadanya.
“Eeeh?”
“Benarkan? Ada sesuatu yang aneh. Rasakan detak nya. Nggak normalkan?”
Aku diam, mencoba merasakan detak jantungnya. Benar. Detak jantungnya lebih cepat dari normal.
“Benarkan?” tanyanya
Aku menarik tanganku dari genggaman Ryu.
“Eeh? Benar. Kamu nggak punya masalah sama jantungkan?”tanyaku dengan polosnya.
“Aku emang nggak punya masalah jantung. Coba deh, kamu bentuk huruf ‘C’ dengan tanganmu. Kayak gini” kata Ryu sambil membentuk huruf C dengan tangan kirinya.
Aku menurutinya.
“Seperti ini?” tanyaku sambil memperlihatkannya.
“Unn~ jadi aku memiliki masalah tentang ini” kata Ryu sambil menyatukan tangannya yang membentuk huruf C ke tanganku. Membentuk bentuk hati.Æ.
“Ai?”
“Hai” kata Ryu lalu kembali menyetir.
“Asalkan kau bersamaku. Itu sudah cukup untuk menyembuhkan hatiku yang hampa dan sakit ini” tambahnya
Aku jadi tersipu malu.  Aku tak menyangka kalau kami menjadi sedekat ini.
Mungkinkah? Ada kesempatan? Untuk menjalin hubungan dengan seorang Ryutaro Morimoto?tanyaku dalam hati.
Pasti susah. Terlalu jauh untukku capai. Walaupun hubungan akan terjalin, pasti sangat susah untuk mempertahankannya, belum lagi dengan peraturan itu. Terlalu sulit. Terlalu sakit akhirnya. Terlalu banyak tangisan.batinku putus asa.
“Doushita no Uci? Kok tiba-tiba murung?”
“Daijoubu” kataku sambil menyunggingkan senyum merem ala Chii.
Ryu mencubit pipiku.
“Aduh… apa-apaan sih?!” keluhku sambil mengelus pipiku yang habis dicubit.
“Hahah.. wajahmu lucu banget”
“Yeeee-___- dari dulu kali. Hahahah” giliran aku yang tertawa.
“Nah, gitukan enak? Daripada murung terus”
“Unn~ kau benar” jawabku begitu menyadari perasaanku lebih baik dari sebelumnya.

Setelah beberapa jam duduk dijok mobil, kami akhirnya sampai di Namba, Osaka.

“Banzai!!! Akhirnya sampai juga!” kataku setelah keluar dari mobil.
Yamada oppa dan Zahra menghampiriku dan Ryu.
“Eeh? Kalian nggak pake masker atau sebagainya?” tanyaku pada Ryu dan Yama
“Nggak perlu. Sudah yuk! Jalan!” kata Ryu.
“Nanti kita ketemu disini lagi ya. Jangan sampai terpisah ya Ryu. Jaga Ichi-chan dengan baik” perintah Yama
“Unn~ siap”
“Jyaaa”
Akhirnya kami jalan berdua saja.
“Sejak kapan kamu di panggil ‘Ichi’ oleh Yama-chan?” tanya Ryu
“Sejak tadi pagi. Nande?”
“Aku juga boleh memanggilmu ‘Ichi’?”
“Unn~ mochiron”
“Hai! Ayo Ichi-chan kita jelajahi Osaka” kata Ryu sambil meraih tanganku.
“Unn~” jawabku penuh semangat.
Aku sangat senang hari ini. Wajah bahagiaku tak dapat terbantahkan malam ini.
 Kami terus bergandengan tangan, tak peduli ada orang yang menyadarinya atau tidak. Kami melihat dari stand satu ke stand lain.
Kami membeli jam tangan kembar di salah satu stand. Memang murahan, tapi kami tak memperdulikan itu. Karena yang terpenting adalah kami terhubung satu sama lain. Penjualnya juga bilang, jam tangan kami yang satu-satunya kembar, dan mempunyai satu hubungan yang terikat, dan jika yang memakainya adalah sepasang kekasih kelak mereka akan langgeng, dan walaupun putus, atau jarak terpisah jauh, kelak pasangan itu akan kembali bersama lagi.
“Lihat. Sekarang kita pakai jam yang sama. Kita akan terhubung terus. Power Ranger!” kata Ryu ceria.
“haha! Yeah! Power Ranger ne!”jawabku tak kalah ceria.
Kami jalan lagi  Shinsaibasi, melihat-lihat baju yang di tawarkan. Ternyata Ryu pintar menawar harga barang. Kami juga mendatangi stand yang menerima membuat gambar manga.
“Ehm, bisa gambarkan maga ‘L’ ?” tanyaku
“’L’ Death nNote? Hai! Bisa. Tunggu sebentar ne”
“Hai”
“Kau suka L?” tanya Ryu
“Semenjak nonton Death Note. Hehe. Kalau anime atau manga nya aku nggak begitu suka. hehe”
“Pasti karena aktornya kan?”
“hehe”
Lelah menunggu manga yang tak kunjung selesai, aku jadi lapar
“Onaka ga sukimashita” keluhku
“Watashimo! Jya, kai ni ikou!”jawab Ryu.
Ternyata ia juga lapar.
Kamipun menyusuri stand makanan.
“Oishiso desu ne” kata Ryu ketika melihat takoyaki yang sedang dibuat.
“Ayo, kita beli takoyaki” tambahnya
Yang benar saja, ketika menghampiri stand itu, aroma gurita merebak, sungguh-sungguh menggoda. Kami membeli 4porsi. 2porsi untuk Ryu, 2porsi lainnya untukku. Aku memnag makannya banyak, begitu juga Ryu.
Ketika kami ingin kembali ke stand manga tadi, aku mencium harum aroma keju yang lezat. Akhirnya kami berhenti di stand Rikuro’s cheese. Kuenya lumayan besar, jadi aku bungkus saja.
“Tsutsunde kudasai”
“Hai! Arigatou gozaimasu” kata penjualnya sambil menyerahkan kue nya padaku.
“Ikou! Ayo kembali” ajakku
“Ikou” kata Ryu sambil tersenyum.
Kamipun kembali ke stand manga tadi. Gambarnya sudah jadi. Bagus sekali. Tak kalah dengan penulis aslinya.
“Nah, sekarang mau kemana lagi?” tanyaku
“Dotonbori? Kamu nggak mau kesana?”
“dotonbori? Mau! Mau! Tunggu dulu, kita sama-sama dengan Yamada oppa dan Zahra ya? Tunggu, biarku telepon”
Akhinya kami bertemu Yamada oppa dan Zahra sebelum sampai di Dotonbori yang melegenda itu.
“Heyy. Kalian ngapain aja? Eh? Jamnya samaan ya?” tanya Zahra
“Unn! Kami terhubung seperti..”
“Power Ranger” kataku dan Ryu serempak.
“Lihat kami. Kami pakai syal yang sam” kata Yama sambil memeluk Zahra. Zahra terlihat sedikit kikuk saat dipeluk.
“Hah, ikou! Ayo ke Dotonbori”
“Unn~”
Tak disangka,  Yuto sedang berada di Namba juga, aku mengenalinya walaupun ia memakai anti pa[arazinya.
“Yuto? Tak kusangka bisa bertemu disini. Kebetulan sekali”
“Eeh? Uci-san? Kebetulan sekali” kata Yuto dengan nada sedikit aneh.
“Eh? Bukannya itu Dai-chan ya?” kata Ryu
“Eeh? Dai-chan? Mana?” kataku, Yama, Zahra, dan Yuto serempak.
Ternyata benar. Memang dai-chan.
Akhirnya kami berbincang-bincang ketika jalan menuju neon box yang legendaries itu.
“Kenapa bisa kebetuklan begini ya?” tanya Zahra
“Takdir kali”jawabku asal.
Ryu menyikut lenganku.
Eeh? Nani ga atta no?”
“Liat Yuto nggak? Dari tadi ngeliatin Zahra-san teru”bisik Ryu
“Eeh? Masa?” refleks, aku langsung melihat ke arah Yuto.
Benar.
“Sudah sampai!” kata Dai-chan
“Waa, lucu neon box nya. Sekarang siapa yang mau motretin?” tanyaku
“Biar aku saja” kata Yama sambil merebut kamera digitalku
“Baiklah”
Lalu kami berfoto di depan neon box itu.
Wajah Yama terlihat aneh saat melihat foto itu. Lalu mukanya kembali ceria lagi.
“Nah, gentian” kata Yama sambil memberikan kamera digitalnya padaku.
“Unn~”
Lalu aku memotret mereka.
Setelah memotretnya, aku melihat hasilnya, tentu saja.
Aku sangat kaget melihat hasil jepretanku.
WHAT THE?WHAT THE HELL? YUTO? YUTO NGELIATIN ZAHRA TERANG-TERANGAN????????

Komentar

  1. what the? adik ku di samain sama alien?
    abis ini apa? Yuto naksir Zahra? ku tunggu.

    BalasHapus
  2. terinspirasi lagunya katty perry.wkwkw
    ya tungguin aja cerita selanjutnya:D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer