Fanfic: Tears and Smile #7







#Uci’s PoV

Setelah malam itu, aku dan Ryu menangkap sinyal-sinyal janggal dari Yuto. Sinyal-sinyal bahwa Yuto menyukai Zahra. Beberapa hari terakhir aku memang jarang berpergian atau bersama Ryu karena lebih sering bersama Chii. Sifat humble dan ramah  Chii membuatku tertarik padanya. Ia mempunyai kreteria yang lumayan untukku jadikan seorang sahabat. Chii selalu mau mendengarkan ceritaku dan ia selalu memberi solusi setiap kali ada masalah. Aku, Chii, dan Zahra tak bisa terpisahkan. Kami cocok.
9 Mei pun datang. Hari ulang tahun Yama. Aku batal mengerjainya dengan Ryu karena aku lebih sering bersama Chii. Akhirnya kamipun membuat rencana sendiri yang sedikit berbeda. Rencananya nanti malam kami akan makan malam bersama, sebenarnya yang makan malam bersama hanya Yama dan Zahra, tapi kami nanti akan muncul, disitulah kami akan memberikan kue tart dan kami akan meminta maaf.
Karena aku dan Zahra sudah kelas 9, kami juga tak lupa belajar. Tiap kali kami datang ke tempat latihan JUMP, kami pasti membawa buku untuk belajar, bersyukurlah kami karena Chii mau mengajari materi-materi yang kami tak mengerti.
Ketika Chii sedang menjelaskan materi fisika padaku, Yama mendatangi kami.
“Chii, bisa tukeran sebentar? Kamu gentian ngajarin Zahra, aku mau bicara sebentar dengan Uci” tanya Yama
“Yokkata~ akhirnya.. aku hamper botak mengajarinya, ia sulit memahami. Harus dijelaskan beberapa kali baru dia akan mengerti.” Jawab Chii dengan lega.
“Aku tak sebodoh itu Chii. Rambut selebat itu kau bilang hamper botak???!!! lebay” protesku sebal.
“Bhahahah..jangan ngambek. Manchatte Uciii” bujuk Chii sambil mencubit kedua pipiku.
Aku menepisnya.
“Pergilah! Hus hus..” usirku bak mengusir ayam.
“Hai! Hai! Nantiku traktir ice cream deh” kata Chii malas sambil beranjak dari kursi.
“Ayo. Ajari! Aku lupa materi ini. Ini materi kelas 8 kok.” Pintaku pada Yama.
Yama duduk di depanku. Bukannya mulai mengajariku, Yama justru bertopang dagu sambil menatapku dengan mimic wajah seperti anak kecil.
Aku tahu maksudnya. Pasti ia menginginkan sesuatu.
“Apa yang kau inginkan?” tanyaku to the point.
Ia tersenyum.
Astagaaa.. kiyut bangetttt batinku.
“Zahra suka tipe pria yang bagaimana?”
Aku senyum menyeringingit. Wajahku yang tadi sudah datar, kini jadi tanpa ekspresi.
“Ck.. bilang aja mau nanya-nanya tentang Zahra. Make acara bilang gentian pula sama Chii” desahku
TUK..
Yama memukul kepalaku dengan buku tulisku.
“Sudahh, katakana saja” desak Yama
“Hh. Iya iya. Sebenernya Zahra nggak suka cowok yang protect, tapi entahlah kenapa dia bisa jantuh cinta sama oppa”
“Eh? Benarkah itu? Terus apalagi?” tanya Yama gembira
Aku menyandarkan punggungku dikursi, sambil membaca buku cetak fisika.
“Zahra bukan tipe orang yang muluk-muluk; Zahra juga nggakpapa kalau misalnya jadian, terus jarang smsan, asalkan tiap kali ketemu selalu ngobrol; nggak suka di panggil bebep/say/dsb mending pake nama kesayangan aja, gimana kalo Saki?” definisiku
“Aku memang sudah memanggilnya Saki”
“Wueehhhh? Majide? Eceiyehhhh” godaku
Akupun memberi banyak informasi tentang Zahra kepada Yamada oppa.
“Zahra ngefan berat sama SeungRi BIGBANG. Kau pasti taukan?”
“Unn~ aku tau”
“Tapi kau tak perlu menjadi SeungRi, just be yourself. That’s enough. Zahra aishiteru yo”
“Zahra juga punya 1 adek. Cewek” lanjutku
“Namanya?”
“Lupa..heheh”
“Hmm.. yasudah. Arigatou Uci. Besok aku traktir ice cream” sambil beranjak dari kursi
“Extra large!”
“Enak saja-_-  medium sudah cukup”
“Hai.. hai! Tapi aku yang pilih tokonya ya?”
Kalau tidak aku yang memilih tokonya, pasti Yama akan memilih toko langanannya yang hanya menjual ice cream rasa stroberi.
“Unn”
“Arigatou!”
“Chinennn, aku sudah selesai. Silakan kembali pada muridmu yang gembul itu” teriak Yama.
“Hoooo?? Aku sudah terlanjur dengan Zahra, aku juga nggak capek ngajarinnya”
“Aku sudah selesai dengan si gembul itu, sekarang gentian gih” kata Yama sambil menarik Chii. Chii jadi berdiri.
Aku menghampiri Yama, tak terima ia menyebutku gembul.
“Gembul gembul! Ngaca ngapa?!”
Yama berdiri lagi.
“Kau cari masalah denganku ya? Hah?!”
“Iya! Dasar ayam obesitas!” kata
Yama menghampiriku.
Pertempuran dimulai..
“Gembul gembul gembul gembul” ejek Yama lalu menjulurkan lidahnya
“Ayam obesitas..obesitas” ejekku sambil menirukan gaya ayam.
Emosi Yama meningkat.
“Kau ini!!!!!!!!!!” kata Yama sambil menjewer telinga kiriku.
“Eeeiiitttt” cegah Chii dan Zahra.
Terlambat. Telingaku terlanjur panas dengan jewerannya.
Akupun mengacak-acak rambutnya. Lalu kami dapat dipisahkan dengan bantuan Yabu.
“Sudah sudah! Kalian ini apa-apaan? Kalian sudah besar. Kau juga Yama. Malah seperti bocah seumuran Uci-san saja. Kau kan sudah berjanji menjadi kakaknyakan?”lerai Yabu.
Emosi Yama menurun.
“Unn~ kau benar” kata Yama lalu duduk di tempat ia mengusir Chii tadi.
Aku yang sedang mengelu-elus telingaku yang panas digiring Chii ke sofa tempat Ryu sedang membaca manga.
“Uci Daijobu?” tanya Ryu singkat dan datar
“Daijoubu” sambil mengangguk.
Setelah ku jawab, Ryu kembali sibuk dengan manganya, ia seperti tak memperdulikanku. Wajahnyapun tampak datar. Tak biasanya ia begini, jika aku dan Yama perang, pasti Ryu orang pertama yang mencoba melerai kami. Tapi entah, kali ini ia berbeda. Ia tak meleraiku dan Yama.
“Ryu? Doushita no?” tanyaku
“Daijoubu” jawab Ryu sambil membaca manga
“Ryu? Kau kenapa?”
“Daijoubu”
“Ryu, kau kenapa?”
Ryu menutup manganya. Ia menoleh ke arahku. Menatapku dengan tatapan dingin dan sebal.
“Sudah kubilang, aku nggak kenapa-napa” jawab Ryu dingin tapi terkesan seperti membentak. Lalu beranjak dari sofa pergi meninggalkanku.
Aku kaget dan semakin bingung dengan sifat Ryu yang seperti itu. Ruangan jadi hening ketika Ryu membentakku.
Chii dan Dai-chan menghampiriku setelah Ryu beranjak dari sofa.
“Kau tak apa? Mungkin Ryu sedang emosi. Bersabarlah” kata Dai-chan.
“Sudah. Sabar Uci. Dia memang seperti itu. Suka berubah-ubah moodnya. Sabar ya” kata Chii menenangkanku
“Unn~ arigatou Dai-chan, Chinen” kataku sambil mencoba tersenyum.
Karena keadaan tempat latihan semakin tak enak, Chii mengajakku pergi membeli ice cream. Keluar dari tempat latihan JUMP sedikit membuatku lebih santai.
“Akan kubelikan kau 2 ice cream sekaligus. Bagaimana?” kata Chii ceria mencoba menghiburku
“Tidak! Aku mau extra large” jawabku
“Yeeeehh. Sama aja-_-“
“Bhahaha.. enggak. 1 aja udah cukup kok Chii” jawabku ceria
“Nah, ketawa gitu kan enak. Ikou!”
Kamipun membeli ice cream rasa vanilla kesukaan kami. Kami tak langsung pulang menuju tempat latihan JUMP, kami menikmati ice cream kami disiang hari di  taman dekat latihan JUMP. Kami duduk di bangku panjang taman.
Aku menikmati ice creamku sambil melihat pemandangan taman kota yang luas  ini. Melihat anak kecil bermain layangan bersama teman-temannya, piknik keluarga, dan beberapa orang yang sedang berduaan dengan pasangannya.
“Uci?” panggil Chii
“Emm?” jawabku sambil menikmati ice creamku.
“Bagaimana perasaanmu terhadap Ryu?” tanya Chii serius
Aku berhenti menikmati ice ku. Lalu menoleh kea rah Chii. Aku menunduk.
“Entahlah”
“Apa yang membuatmu suka pada Ryu?” tanya Chii lagi.
Aku menatap Chii. Jika Chii bersikap seperti ini, berarti ia siap mendengarkan ceritaku dan ia akan memberi solusi. Akupun cerita sejujur-jujurnya padanya.
“Awalnya, aku hanya suka pada penampilannya saja. Tapi, setelah aku mengenalnya, penampilan kini jadi tak berarti. Aku tak bisa menebak sifatnya, ia sulit untukku pahami.  Sifatnya yang sering berubah-ubah itulah yang membuatku tertarik. Ryu seperti alien bagiku, ia tak dapatku mengerti, sulit ku jelaskan perasaanku tentangnya. He’s natural person.”
“Jika kau benar-benar menyayanginya, tolong jagalah dia, pertahankanlah dia demi cintamu”
Aku tersenyum.
“Arigatou Chii. Akanku pertahankan Onetaro ku. One untuk 1, ia memang nomor satu dihatiku, dan Taro, penggalan namanya.”
“Kyyyaaaa.. berbahagialah Ryu memiliki pacar sepertimu. Fighto! Fighto!”
“Ganbette!”

#Zahra’s PoV

Aku menenangkan Yama, sedangkan Chii menggiring Ucik ke sofa. Aku duduk di sebelah Yama.
Astagaa, ini orang emosinya gampang banget sih dipancing. Itu tadi rencana buat ultahnya Yama bukan sih?batinku bingung.
“Sabar Yam, control emosimu.. kau kan sudah dewasa. Mengertilah Ucik.ne?” kataku sambil mengelus-elus pundak Yama.
“Hai! Arigatou Saki-chan” jawab yama sambil tersenyum
Ya Allah, orang yang punya senyum seperti malaikat ini bisa emosian begitu? Ya Allah, jangan biarkan senyum itu hilang oleh kesedihan.batinku
“Sudah kubilang, aku nggak kenapa-napa” bentak seseorang.
Aku dan Yama otomatis menoleh kearah suara itu. Ryutaro. Ialah sumbernya.
Ehh?? Ryu bentak Ucik kayak gitu?
Lalu Ryu beranjak dari sofa, pindah ke studio.
Aku dan Yama hanya bisa diam saja. Diam karena kaget.
Lalu, Dai-chan dan Chii datang menghampiri Ucik. Aku sedikit tenang ketika Ucik dan Chii keluar sebentar. Perbaikan mood. Hawa di tempat latihan ini berbeda dari biasanya.
“Yama-chan, bisa nggak, kamu ngomong sama Ryu? Tanyain dia kenapa gitu” pintaku
“Hai! Aku memang harus bicara dengannya. Kau mau ikut Saki-chan?”
“Nanti saja, akan kususul”
“Hai” kata Yama lalu memasuki studio musik.
Aku membereskan buku-buku ku.
“Eh? Saki-chan? Saki nama jepangmu?” tanya Yuto tiba-tiba
“Ehh? Yuto. Kau mengagetkanku saja”
“Gomen.. jadi Saki itu nama jepangmu?” tanya Yuto lalu duduk di sampingku
“Hai! Saki nama jepangku”
“Boleh aku memanggilmu Saki-chan juga?”
“Gomennasai Yuto, demo, aku lebih senang dipanggil Zahra saja oleh orang lain”
“Ohh.. yasudah” kata Yuto. Kulihat mimic kecewa diwajahnya.
“Gomen ne Yuto. Daijoubu?”
“Daijoubu”
“Kalau begitu, aku permisi dulu, aku ingin ke studio sebentar”
“Unn~”

Ketika aku masuk studio, Yama masih berdiri di depan Ryu. Hawa studio sangat kaku. Hening.
“Yama?” tanyaku sambil menepuk punggung Yama pelan.
“Dia tak mau menceritakan” bisik Yama
“Ryutaro, kudasai. Kenapa kau begitu kasar dengan Ucik?”
“Tanyakan saja padanya sendiri. Kenapa ichibannya bukan Chii saja? Mereka cocok”
“Ooh,, jadi itu. Kau cemburu?” tanya Yama
Astagaa,, Cuma gara-gara Ucik deket sama Chi,i Ryu jadi gini?!  Astaga. Klasik banget nih orang.
“Ryu, kamu salah paham. Mereka Cuma sahabatan kok. Percaya deh”
“Pergilah. Kau sudah taukan aku seperti ini karena apa? Pergilah”
“Ryu! Cobalah berfikir dewasa” kata Yama sebelum menggiringku keluar studio bersamanya.
“Aku nggak nyangka, Cuma hal begituan Ryu jadi kasar?” tanyaku setelah keluar studio
“Dia sedang labil. Ia memang begitu dari dulu. Tiba-tiba meledak. Sudahlah. Nanti pasti akan kembali seperti awal. Mau kuantar pulang?”
“Hai! Terimakasih”
Akhirnya aku diantar Yama pulang. Diperjalanan kami mengobrol. Aku akan menjalankan rencanaku. Mengajak Yama makan malam.
“Ryosuke?”
“Eeh? Tumben memnggilku begitu. Doushita?”
“Annoo, nanti malam nggak ada acara kan? Mau makan malam bersamaku?”
“Tidak. Aku tidak ada acara. Beneran nih? Aku mau. Dimana?” jawab Yama semangat.
Aku mengajaknya di resto yang sudah di pesan oleh Hikka. Iapun menyetujuinya.
“By the way Yama, kamu nanti balik lagi ke tempat latihan?”
“Iya. Nande?”
“Nanti temenin Ucik ya. Haaah. Aku punya ide Yama-chan.”
“Hai! Eh? Ide apa?”
“Nanti, taman tempat latihan dibersihin ya, ayunan juga dibersihin. Kasih mereka tempat buat bicara.”
“Hah! Ide bagus Saki-chan! Nanti aku bersihkan setelah mengantarmu”
“Hai! Tos!”
Plakkk..
Kamipun sampai.
“Nanti aku jempu jam 7 ya?”tanya Yama
“Loh? Kan jam 8 makannya. Mau kemana?”
“Liat aja nanti! Jya!” kata Yama sambil menyium keningku lalu masuk mobil dan pulang.
Aku tersenyum tak percaya.
Yama ngesun aku? Kyaaaaa>.<


#Uci’s PoV

Kamipun kembali ke tempat latihan JUMP sore hari. Aku dan Chii memang lama berada di taman. Dari jam 2 sampai jam 6.
“Kalian lama sekali” kata Dai-chan
“Servis mood berhasil” jawab Chii
“Haduh, ada-ada saja. Kami Cuma makan ice cream di taman kok. Eh? Mana Zahra?”
“Zahra sudah pulang tadi. Tapi katanya kamu nggak usah pulang dulu, nanti jam makan malam ia menjemputmu” jelas Yuya
“Ehm, Hai! Arigatou”
SREEKK
Suara pintu terbuka.
Yamada oppa datang.
“Eh? Kau datang lagi?” tanya Inoo
“Aku nanti ada janji dengan Zahra, tapi ia menyuruhku untuk menemani adikku yang kawaii ini” kata Yama sambil mencubit pipiku
Aku menepisnya.
“Sudahlah. Katakan saja apa yang kau inginkan”
Aku masih sebal dengannya.
Yama malah mencubit pipiku lagi seperti aku adalah anak kecil dengan pipi yang chubby.
“Uhhh.. masih marah dengan oppa mu ini ya? Gomennasai..”
“Tidak akan ku maafkan jika kau terus mencubit pipiku seperti ini”
Yama langsung berhenti menyubit pipiku.
“Sudah dimaafkan?” kata yama sambil meringis
“Hmm.. sudahku maafkan” kataku sambil menghampiri buku-bukuku yang masih berantakan di meja.
Aku belajar lagi. Kulihat, Yama keluar lagi
Entahlah.. aku tak peduli.batinku.
Sepintas, aku tadi melihat Ryu tiduran di sofa sambil membaca nmanga yang berbeda. Sewaktu aku lewat tadi, Ryu seperti membuang muka.
¾ jam aku mencoba memusatkan pikiranku terhadap fisika. Aku mulai letih. Lalu Keito menghampiriku.
“Uci-san daijoubu?” tanya Keito
“Daijoubu Keito. Aku nggakpapa”
“Sabar ya Uci-san, dia hanya cemburu” kata Keito lembut
Nanni? Ryu cemburu? Cemburu apa coba?tanyaku dalam hati
“Eh???”
Lalu Yama datang, Keito pun pergi.
“Bersabarlah” kata Keito saat beranjak dari kursi.
“Heeyyyy” kata Yama sambil meloncat duduk disampingku
“Nanni?”
“Aku hanya ingin memberi tahumu. Sini ikut!” kata Yama sambil menarikku keluar. Ia menarikku ke taman tempat latihan.
Aku terkaget melihat taman sekarang menjadi rapih dan dipenuhi lilin lilin kecil.
“Eehh??? Ada apa ini?”
“Ajak Ryu bicara secara pribadi, sudah kurapihkan ayunan yang berdebu itu.ia hanya cemburu. Ia cemburu karena belakangan kamu dekat sama Chii. Itu saja. Dia hanya salah paham.”
“Arigatou gozaimasu” kataku sambil menunduk berterimakasih hamper 90E.
“Sudah sudah. Berikan dia juga ice cream. Aku sudah menyiapkan juga di ayunan” kata Yama sambil menegakkan tubuhku.
“Arigatou gozaimasu oppa! Aishiteru!”kataku sambil memeluk abangku itu. Baru kali ini aku merasa terharu oleh apa yang ia perbuat.
“Douita. Good luck ne”
“Hai! Bukannya kau ada janji sama Zahra ya? Kok belum berangkat?”
“Ini juga mau berangkat. doakan aku ya! Aku, mau nembak Zahra”
“EEEHH??? MAJIDE? HUWAAA!!! GOOD LUCK MAH BROTHAAAA! GOD BLESS YOU!! FIGHTING FIGHTING FIGHTHHMMMMMPP!”
Yama membekap mulutku
“Eiit! Nggak perlu gitu juga!”
“Buahhh..huaahh. iya iya” jawabku setelah Yama melepaskan bekapannya.
“Ganbette!”
“Ganbatte oppa!”
“Jyaaa!!”

Akupun masuk, mencari sosok Ryutaro yang sedang merajuk itu. Ternyata masih berbaring membaca manga di sofa. Aku memberanikan diri untuk mendekatinya. Takut-takut Ryu akan meledak lagi seperti tadi siang.
“Ryu” panggilku takut-takut
“Nanni?” jawab Ryu dingin
“Aku ingin bicara denganmu”
“Bicara saja” jawab  Ryu singkat sambil membaca manga
“Bukan disini. Ayo ikut aku!”kataku sambil menggeret Ryu.
“Kau ini apa-apan sih?” bentak Ryu
“Kau ini yang apa-apaan. Ayo ikut aku!” kataku sambil mencoba menggeret Ryu keluar dengan susah payah.
Aku berhasil menggeretnya sampai ayunan.
“Apa? Kau mau bicara apa?” tanya Ryu emosi
“Duduklah”
Ia mendesah sebal. Tapi ia menurut juga.
“Jaga emosi mu. Jika kau begitu emosi, kau tak dapat melihat keindahan disekelilingmu”
Aku duduk di ayunan juga.
Kulihat, Ryu baru sadar, taman yang biasanya berdebu dan daun-daun berserakan dimana-mana kini berubah menjad taman yang bersih serta  dikelilingi lilin-linin kecil yang indah.
“Baiklah. Bicaralah” kata Ryu dengan nada yang lebih tenang
“Ini.. makanlah” kataku sambil menyodorkan ice cream rasa stroberi. Ia menerimanya. Lalu ia mulai makan ice nya. Aku juga. Ice cream rasa vanilla.
Suasana hening sejenak. Kami makan ice cream sambil memandangi bintang-bintang yang bertaburan menghiasi langit malam Tokyo. Lalu aku mencoba memberanikan diri berbicara lagi. Tapi aku tak berani menatapnya atau menoleh padanya.
“Ryu.. kamu seharusnya nggak perlu bersikap kayak gini Cuma gara-gara aku dengan Chii dekat. Kami hanya bersahabat”
“Oh..”
 “Jangan salah paham”
“Chii memang lebih daripada aku. Apa bagusnya aku? Aku nggak ada apa-apanya disbanding Chii”
“Tidak. Itu tidak benar. Tolonglah, jangan pernah kamu merasa seperti kau tidak ada apa-apanya. Seperti apapun dirimu dimata orang, you’re perfect to me”
“Cih..”
Betapa sakitnya perasaanku hanya mendengar kata ‘cih..’ dari bibirnya. Aku hamper menitihkan air mata. Tapi kutahan.

“Ryu, kau lihatkan bintang yang paling terang diatas sana? Dari beribu bintang yang bersinar, ada salah satu bintang yang paling terang. Kau seperti bintang itu. Tidak, menurutku, kau adalah bintang yang paling benderang. Kau selalu ada disetiapku membutuhkanmu. Demo, kadang aku berfikir. Kau memang seperti bintang itu. Terlalu jauh. Sulitku capai. Tidak mungkin untuk kumiliki”
Air mataku tak terbendung lagi. Aku berdiri ingin meninggalkan tempat ini. Tapi tangan Ryu mencengkram lenganku, ia mencegahku. Secepat kilat kuhapus air mataku yang membasahi pipiku ini.
“Kenapa kamu berfikir seperti itu?” tanya Ryu
Karena kau terlalu jauh untukku capai. Walaupun hubungan akan terjalin, pasti sangat susah untuk mempertahankannya, belum lagi dengan peratu..” belum sempat kuselesaikan kalimat, ibu jari Ryu menempel dibibirku.
“Sudah.. Giliran aku yang bicara” kata Ryu sambil menggiringku duduk kembali.
Aku menurut saja. Tapi aku tidak bicara.
“Gomen Uci, aku sudah bersikap jahat padamu”
Aku hanya tersenyum menahan kepedihan.
“You’re my special little lady, the one that mekas me crazy of all the girl’s I’ve ever known it’s you, it’s you Uci”
Aku tersenyum.
“Itukan lirik lagu”
“Memang. Tapi kau benar-benar membuatku gila. Kau yang pertama yang bisa membuatku seperti ini. Membuatku menikmati hidupku. You make my life colorful while everyone paint them black.”
“Ehh? Really?”
Ryu mengajakku berdiri.
Ia menggenggam kedua tanganku.
“Uci, sebenarnya, aku sudah ingin mengatakannya beberapa waktu lalu, kamu jadi yang pertama membuat hidupku lebih berwarna, tanpa beban. Aku ingin kamu tahu, aku bener-bener pingin bilang ke kamu, bahwa cuma kamu, kimi ga subete. You’re my everything. Suki dakara. Uci, wanna you be my girl?”
Aku tak percaya mendengar kalimat yang Ryu ucapkan barusan. Aku tersenyum tak percaya. Apakah semua ini nyata? Iya. Rasa senang,kaget,bahagia bercampur jadi satu. Aku tidak tahu kata-kata lain selain ‘iya’ yang inginku ucapkan. Karena aku benar-benar telah jatuh cinta padanya.
“Iya.. aku mau” jawabku
“Yokkata.. I can be the one for you” kata Ryu sambil memelukku.
Aku menangis di pelukkan Ryu. Menangis karena bahagia.
Lalu terdengar suara kembang api merebak. Kami menatap ke langit. Kembang api dengan warna-warng indah menghiasi langit Tokyo yang cerah ini. Bukan berasal dari tem[at ini. Melainkan taman kota.
Kudengar, ada orang yang siul-siul. Kami menoleh kebelakang.
Ternyata Chii, Hikka, keito, Yuto, dan yang lainnya.
“ECEIYEEEHH, ADA YANG HABIS JADIAN NIHH”goga Chii
“CIYEEEEEHHH.. OMEDETOU GOZAIMASU NE RYU-CHAN!!! SEMOGA LANGGENG” teriak Hikka
Wajah mereka nampak gembira dan lega melihat kami resmi berpacaran.
“Kamu bilang, kamu takut ketinggian kan? Ayo ikut aku”
“Ehh? Mau kemana?”
“sudah ikut saja” kata Ryu sambil menggeretku.
Ia mengambil sepeda.
“Ayo ikut!” ajak Ryu sambil tersenyum. Aku menurut saja. Aku duduk di tempat penumpang. Ryu memboncengkanku. Entah Ryu mengayuh sepeda ini kemana.
Ia mengayuh sepeda ini dengan penuh semangat. Aku tersenyum melihatnya begitu. Aku baru sadar, ternyata Ryu mempunyai punggung yang lebar. Tubuhnya melindungiku dari tiupan angin malam.
 Ternyata kami berhenti di depan gedung pencakar langit. Kami naik ke lantai paling atas. Lalu menaiki tangga untuk sampai ke atap. Ryu berjalan ke pinggir gedung terlebih dahulu. Kakiku mulai lemas.
“Ryu? Kau tidak gilakan? Ayo kita pulang”
“Kemarilah” ajak Ryu
Tapi aku tak berjalan sedikitpun ke pinggir atap gedung ini. Lalu ryu datang, dan menggandengku ke pinggir atap. Lalu ia naik ke atas kursi panjang. Aku mencoba memberanikan diri ikut naik ke kursi. Sekarang tidak hanya kakiku yang lemas, tapi seluruh tubuhku juga ikut lemas.
“Pejamkanlah matamu, genggamlah tanganku” kata Ryu
Aku menurut. Kupejamkan mataku. Dan ku genggam kedua tangan Ryu. Ryu merentangkan tanganku. Lalu berbisik
“Feel the air, rasakan hembusan angin ini”
Aku mencoba merasakan dan menikmati angin yang berhenbus
“Dengarkan baik-baik,, dengarkanlah semua yang berada disekitarmu”
“Hai!” jawabku
“Now, can you listen to my heart?”
Aku membuta mataku. Menoleh kebelakang. Menatap Ryu.
“Aku hanya ingin kau tahu, bahwa perasaanku tak akan berubah sampai kapanpun.” Kata Ryu
Ryu membalikkan badanku. Ia menyuruhku melihat suasana Tokyo dari atas gedung ini.
“Lihatlah.. lihatlah ke indahan Tokyo di malam hari. Kerlap-lerlip mobil seprti bintang di atas sini”
“Ya. Kau benar. Indah sekali”
“Aku Cuma mau bilang, bahwa ketinggian itu nggak selalu menyeramkan. Dan dibalik kegelapan malam, ada kerlap-kerlip bintang dan lampu-lampu yang ada dibawah sana. Dan juga rasaku ini, tak pernah berhenti sepeti angin yang selalu berhembus”

#Zahra’s PoV
Yama sudah datang. Ia mengenakan kemeja. Ia terlihat lebih dewasa mengenakan kemeja.
“Sudah siap Saki-chan?” tanya Yama
“Hai!”
“Ikou!”
Kamipun berpamitan pada ibu.
Sewaktu diperjalanan aku bingung, nggak biasanya Yama diam di perjalanan. Ia terlihat tegang.
“Yama-chan, doushita?”
“Daijoubu..kita dengerin radio aja ya?” jawab Yama sambil menghidupkan radio.
Aku menurut saja.
“Sebenarnya kita mau kemana? Kita kan acaranya jam setengah 8 baru berangkat.”
“Himitsu. Nanti juga tahu”
Aku paling nggak suka penasaran. Dan sekarang Yama sukses membuatku penasaran.
Kamipun sampai ke suatu tempat. Taman.
Hah? Taman? Taman deket latihan JUMP ini mah. Ngapain ke sini?batinku
“Yama-chan, mau ngapain kita ketaman?”
“Ikut saja sini” kata Yama sambil menggandeng tanganku. Kami duduk di bangku panjang sedelah lampu taman yang antic.
Wajah Yama berubah jadi serius. Tegang lebih tepatnya.
“Saki-chan, langsung saja ke intinya ya”
“Hai! Ada apa?” tanyaku
“Kimi ga daisuki”
Aku kaget setengah mati.
Yama-chan? Suka? Suka aku? Ini ngga bohongkan?tanyaku dalam hati
“yama-chan? Kau serius?”
“Sangat serius. Saki-chan, mau jadi pacarku?”tanya Yama.
Aku nggak mungkin mengingkari perasaanku terhadap Yama, aku memang menyukainya.
“Unn~ aku mau” kataku sambil menyunggingkan senyum serta lesung pipitku.
Yama tersenyum. Lau ia beranjak ke tempat bunga-bunga tumbuh. Ia mencabut satu bunga kecil. Ia kembali duduk disebelahku. Ia membuat sebuah cincin dari bunga itu. Setelah jadi,ia memasangkannya di jari manisku. Dan tersenyum bak malaikat.  Lalu ia mencium pipi kananku. Dan tersenyum lagi.
Aku menunduk, berharap wajahku memerah karena malu.
“Tataplah langit yang indah ini. Jangan menunduk begitu” kata Yama
Lalu keluarlah kembang api yang memeriahkan malam ini.
“Yama?”
“Arigatou Saki-chan.. sudah mau jadi pacarku” kata Yama
“Douita. Dengan senang hati”
Kini aku bisa menggandeng tangan Ryosuke dan menggelayut di lengannya dengan mantab. Bahagia bukan main, mimpiku menjadi kenyataan.
“Ikou.. kita pergi sekarang” kata Yama setelah kembang api habis sambil menggandengku.
“Unn~” jawabku.

Sesampainya di resto, tak kulihat seorangpun. Sepi. Member JUMP yang lain juga belum kelihatan. Aku mulai panik.
Kami duduk di meja paling besar. Yama bingung.
“Eh? Kita hanya berdua kan? Kok kita di meja paling besar gini?” tanya Yama bingung
“Pesanannyakan banyak.heheh” jawabku asal. Hanya itu yang terlintas di otakku.
Kulihat, pelayan resto ini memanggilku. Jadi kuhampiri saja. Ternyata member JUMP yang lain beserta Ucik sudah bersiap di dapur. Akupun menghampiri mereka dan bersiap juga.
Listrik resto ini dipadamkan, agar Yama panik sedikit. Dan benar. Yama panik. Ia memanggil namaku terus. Aku acting berteriak dari jauh padahal aku sudah ada dibelakangnya.
“Yama-chan, jangan bergerak-gerak. Aku akan segera datang” teriakku
Yama menurut.
Lalu..
Kami mengejutkan Yama, kertas-kertas bertaburan, dan listrik dinyalakan kembali.
“HAPPY BIRTHDAY YAMA-CHAN!!!!!” teriak kami kompak.
Lalu kami menyanyikan lagu happy birthday.
“Happy birthday Yama, Happy birthday Yama, happy birthday happy birthday, happy birthday yaaamaaaaa”
“Minaaa.. arigatou” kata Yama, matanya berkaca-kaca. Wajahnya yang seperti anak kecil ketika kami menyanyikan happy birthday itulah salah satu yang membuatku tertarik padanya.
“Tiup lilinnya.. tiup lilinnyaaa” kata Ucik heboh.
Lalu aku maju, mendekat Yama, menyodorkan kue tart.
Setelah lilin-linlin kecil di kue tart ini mati,  Yama memotong kue pertama.
“Untuk siapa yam potongan pertama?” tanya Chii
Yama melihat ke arahku.
“Untuk orang yang kusuka, dan telah menjadi pacarku” kata Yama sambil memberikan potongan kue pertama itu untukku.
Semuanya jadi heboh.
“Pengumman minnaa, aku dan Saki-chan, ehm, maksudku Zahra, sudah resmi pacaran” kata Yama sambil memelukku.
Aku hanya tersenyum kikuk. Aku malu.
“Huaaa?? Jadi ada dua pasangan baru hari ini yang jadian” kata Yuya
“Eeh? Siapa?” tanyaku
“mereka” kata Hikka, Chii, Yabu, Yuto,dkk kompak sambil menunjuk Ucik dan Ryu.
“Aku dan Ichi-chan, Uci maksudku, sudah resmi pacaran” kata Ryu dengan bangga
“Eheheh.. iya. Kami sudah resmi pacaran tadi sebelum berangkat kesini” terang Ucik sambil malu-malu.
“Kalau begitu mari kita rayakan hari yang bahagia ini” kata Yama
“Hai! Kita rayakan hari jadi mu dengan Zahra dan Ryu dengan Uci dan juga hari ulang tahunmu” Hikka
“Hai!” kata semua orang dengan kompak.
Kami memesan banyak makanan. Ucik dan Yama memesan makanan yang sama. Makanan yang tidak pedas.
Setelah semuanya pesanan datang, Ucik malah izin ke toilet.
Alhasil, makanan yang ia pesan, jadi bahan kejahillan Yama. Yama memasukkan banyak cabai ke mangkuk Ucik. Ryu dan aku sudah mencoba mencegahnya. Tapi tak berhasil.
Setelah Ucik datang, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan mangkoknya.
“Yama, kau pesan makanan yang sama kan? Tukeran” kata Ucik
“Eeh? Mau tukeran? Kan sama makanannya, ngapain tukeran?”
“Iya dehh” jawab Ucik smalas lalu mencoba satu suapan. Alhasil Ucik tersedak.
“UHUKK..HUAAAHH!!! PEDES! PEDES!!!!!”kata Ucik sambil mencari-cari minuman. Dengan telaten Ryu membantu Ucik. Ia memberikan minumnya ke Ucik, lalu mengelus-elus punggung Ucik.
Yama tertawa, semua tertawa. Yama paling bahagia.
“YANADA RYOSUKEE!! PASTI INI PERBUATANMU! TUKER! TUKER ENGGAK! SINI! TUKERR!!!!!!”kata Ucik emosi.
“Yee.. enak aja! Sana! Sana!” kata Yama sambil menepis tangan Ucik dan melindungi mangkok makanannya.
“Sini. Biar aku saja.” Kata Dai-chan sambil menukar mangkok makanan Ucik dengan punyanya.
Ucik dan Yama langsung diam seketika.
“Ueehh? Dai-chan?? Nggak usah Dai-chan. Itu pedes baget” cegah Ucik
“Daijoubu. Kamu makan aja, pesenanku n\belum aku kasih saos atau sebagainya yang berbau pedas.” kata Dai-chan sambil tersenyum lalu mulai makan.
“Arigatou Dai-chan” kata Ucik
“Waahh, Dai-chan baik banget ih” kataku
“Dai-chan memang baik daridulu Zahra-chan” kata Ryu
Entah kenapa, Yama jadi diam. Padahal tadi ia sangat cerewet. Wajahnya seperti berfikir. Ketika aku dipergokinya sedang menatapnya, yama langsung makan lagi dan bersikap seperti biasa.
Apasih yang kamu pikirin Yam?

Sepulang dari resto, kami pulang ke rumah masing-masing. Ucik di antar Ryu.
Ketika sampai di gerbang, Yama memberikan aku sesuatu.
“Saki-chan, ini untukmu”
Handphone, Yama memberiku handphone yang sama dengangn miliknya.
“Ehh? Handphone? Yang ulang tahunkan Yama, kok malah aku yang dikasih kado?” tanyaku nggak percaya.
“Supaya bisa telfon dan email-emailan denganku. Selama ini kita nggak pernah telpon-telponan atau email-emailankan?”
“Iya juga sih.. tapi” belum sempat ku selesaikan kalimatku, Yama membekap mulutku dengan ibu jarinya.
“Terimakasih Saki-chan, kaulah kado terindah yang pernah kudapat selama ini”
Aku terkaget mendengar kalimat barusan. Senyumku serta lesung pipiku ini tak dapatku sembunyikan lagi.
Yama memegang kedua pipiku. Ia menatap tajam mataku.
Jantungku berdebar kencang.
Pikiranku sudah tak karuan. Entah apa yang akan dilakukan Yama setelah ini.
Duh duh,,, gimana ini????!!! Mampus!!!batinku gelagapan
Aku memejamkan mataku, nggak berani melihat apa yang akan Yama lakukan.
Tiupan angina terasa menembus sela-sela poniku.
EEHH??!! Batinku kaget.
“Ada kotoran di ponimu” kata Yama sambil merapihkan poniku setelah ia meniup kotoran yang ada di poniku ini.
Aku nggonduk seketika.
“Ehh? Kirain ada apa T.T ” kataku sebal
“Emang kamu piker aku mau ngapain?” kata Yama dengan senyum nakalnya.
“Entahlah” jawabku sambil mengibaskan tangan.
Lalu..
CUP….
Sebuah kecupan mendarat di pucuk kepalaku.
“Kau kan masih kecil. Belajar dulu yang benar. Aishiteru yoooo” kata Yama.
Pipiku terasa panas.
“Aishiteru mo” jawabku sambil tersenyum malu, lalu masuk kerumah meninggalkan Yama.
#Uci’s PoV
“HAPPY BIRTHDAY YAMA-CHAN!!!!!” teriak kami kompak.
Lalu kami menyanyikan lagu happy birthday.
“Happy birthday Yama, Happy birthday Yama, happy birthday happy birthday, happy birthday yaaamaaaaa”
“Minaaa.. arigatou” kata Yama, matanya berkaca-kaca.
Kiyuuutt bangeeettt abangku satu ini!!!!batinku senang
“Tiup lilinnya.. tiup lilinnyaaa” kataku  heboh sendiri.
Lalu Zahra maju, mendekat Yama, menyodorkan kue tart.
Setelah lilin-linlin kecil di kue tart itu mati,  Yama memotong kue pertama.
“Untuk siapa yam potongan pertama?” tanya Chii spontan
Yama melihat ke Zahra.
“Untuk orang yang kusuka, dan telah menjadi pacarku” kata Yama sambil memberikan potongan kue pertama itu untuk Zahra.
Semuanya jadi heboh.
WHAT THE? YAMA JADIAN SAMA ZAHRA? BANNZZAAAAIIII!!! HOREEE!!!!batinku tak kalah heboh.
“Pengumman minnaa, aku dan Saki-chan, ehm, maksudku Zahra, sudah resmi pacaran” kata Yama sambil memeluk Zahra.
Zahra hanya tersenyum kikuk. Malu-malu kucing..
Kulihat Yuto yang tadinya girang, wajahnya langsung berubah sedih, sangat shock dan berjalan kebelakang.
“Doushita Yuto?” tanyaku pelan.
Yuto kaget. Lalu wajahnya berubah lagi seperti awal mula.
“Daijoubu Uci” jawab Yuto lalu membaur lagi dengan yang lain.
Actingnya sangat bagus.
“Huaaa?? Jadi ada dua pasangan baru hari ini yang jadian” kata Yuya
“Eeh? Siapa?” Tanya Zahra.
“Mereka” kata Hikka, Chii, Yabu, Yuto,dkk kompak sambil menunjukku dan Ryu
MAIGAATT-_- LUPA NGASIH TAUbatinku.
“Aku dan Ichi-chan, Uci maksudku, sudah resmi pacaran” kata Ryu dengan bangga
“Eheheh.. iya. Kami sudah resmi pacaran tadi sebelum berangkat kesini” jelasku.
“Kalau begitu mari kita rayakan hari yang bahagia ini” kata Yama
“Hai! Kita rayakan hari jadi mu dengan Zahra dan Ryu dengan Uci dan juga hari ulang tahunmu” Hikka
Lalu kami merayakan hari bahagia kami. Walaupun ada insiden Yama mengerjaiku dengan memasukkan bumbu super pedas ke dalam mangkok makananku. Tapi untung saja ada Dai-chan yang dengan rela menukarkan makanannya dengan makananku. Dai-chan sungguh baik hati.
Sepulangnya acara, aku memberitahu Ryu tentang apa yang kulihat tentang Yuto. Tapi aku dan Ryu tidak mau langsung mengatakan bahwa Yuto suka Zahra.
“Belum ada bukti juga untuk membuktikan kalau Yuto suka sama Zahra” kata Ryu.
Aku jadi teringat foto yang diambil di depan Dotonbori waktu itu. Aku langsung melihatkannya pada Ryu.
“Kalau ini cukup tidak untuk membuktikannya?” tanyku sambil memperlihatkan foto malam itu.
Ryu terkaget.
“Yu..Yuto? ngelihatin Zahra?”
“Unn~ tapi aku belum mau ambil kesimpulan dulu”
“Biar aku tanya saja padanya”
“Tapi jangan sampai kita menyinggung perasaannya”
“Hai. Tentu saja”
“Ini rahasia kita ya? Jangan sampai yang lain tahu. Pasti ada hati yang tersakiti nantinya. Aku nggak pingin hal itu terjadi. Bagaimanapun, Yuto juga Niban Zahra, aku nggak tahu perasaan Zahra terhadap Yuto sekarang”
“Hai. Kamu benar. Semoga nggak ada hati yang tersakiti”

Komentar

  1. astaga. astaga. astaga. Ryu kau emang susah ditebak de, uci masa diomelin. Ryu kau minta dicium ya? hahaha
    mau dong eskrimnya double rasa pisang Yuma *dibunuh*

    BalasHapus
  2. gaaaak kuat baca ini, cenat cenut bangeettt kebayang terus>//< aaaah Ryosuke kun<33

    BalasHapus
  3. stop Lisa! jangan menodai Tears and Smile dengan ke ero an mu!wkwk
    yang udah jadian-______-

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer